Hizbut Tahrir Banda Aceh Adakan Safari Dakwah di Desa Lamleupung

IMG_9987_1HTI Press, Aceh Besar. Dalam rangka menyampaikan dakwah penegakan syariah Islam dalam bingkai Khilafah rasyidah ‘ala minhajjin nubuwwah Hizbut Tahrir Indonesia DPD I melakukan safari dakwah ke Kecamatan Keumireue, Desa Lamleupung, Aceh Besar pada Senin (24/3/2015) malam. Bersama dengan rombongan  Tengku Muhammad Ali Yunus atau akrab dipanggil Tengku Cut Ali, salah seorang ulama karismatik di Aceh Besar dan mantan Ketua Majelis Adat Aceh (MAA) Aceh Besar, HTI sampailah di Desa Lamleupung dengan berbagai peralatan multimedia untuk membantu terselenggaranya dakwah Islam di daerah tersebut.

Dalam kata sambutannya, Geuchik Desa Lamleupung, Bukhari sangat mengapresiasi sarana multimedia yang dipakai oleh HTI Banda Aceh dalam menyampaikan materi dakwahnya. Menurutnya cara penyampaian dakwahnya sangat berbeda dengan dakwah yang biasanya dilakukan di Nanggroe Aceh Darussalam, yakni ceramah dakwah Islam tanpa menggunakan multimedia.“Bila biasanya selesai ceramah, kita akan lupa. Namun, dengan dakwah multimedia ini, isi dakwah akan tetap berbekas setelah ceramah selesai,” katanya.

Sementara itu, Tengku Muhammad Ali Yunus dalam kata sambutannya menyampaikan bahwa Desa Lamleupung melahirkan beberapa ulama seperti Tengku Lam Pucok yang memperjuangkan diterapkannya Islam dalam setiap aspek kehidupan bernegara. Maka, sudah selayaknya warga Desa Lamleupung untuk melanjutkan estafet perjuangan ulama-ulama besar tersebut. Menurutnya, kemiskinan yang melanda Aceh karena umat Islam di bumi Serambi Mekkah ini tidak lagi memakai Syariat Islam dalam kehidupannya sehingga tidak ada lagi keberkahan dalam rizki pemberian Allah SWT. Ia memberikan contoh melimpahnya batu giok di Aceh namun tidak berimbas kepada perbaikan ekonomi masyarakatnya. Hal ini disebabkan umat Islam di Aceh lupa untuk bersyukur kepada Allah SWT atas nikmat tersebut.

Hal senada juga disampaikan oleh Ketua DPD I HTI Aceh, Ferdiansyah Sofyan. Menurutnya Syariat Islam belum bisa diterapkan secara kaffah di Indonesia, termasuk di Aceh. Ia mencontohkan hukuman rajam belum dapat diterapkan kepada pezina dan hukuman potong tangan belum bisa diterapkan kepada pencuri. “Yang diperjuangkan HT adalah syariat Islam kaffah bukan syariat Islam kapah (cocok, red),” ujarnya, maksudnya rakyat Aceh menganggap syariat Islam telah dianggap pas penerapannya, namun, nyatanya belum pas sama sekali. Masih jauh dengan harapan Islam Kaffah.

Dalam materi pertama, Humas HTI Aceh Rahmat Ibnu Umar menjelaskan berbagai problematika yang melanda umat Islam di Indonesia dan Aceh khususnya karena umat Islam tidak memiliki seorang Khalifah yang dapat menerapkan Syariat Islam secara total dalam setiap aspek kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Hal ini dapat dilihat dengan fenomena masih banyak orang Islam tidak shalat. Padahal sebenarnya, lanjutnya, umat Islam yang tidak shalat itu harus dihukum. “Saat ini yang wajib itu pakai helm. Orang lebih berdosa tidak punya SIM ketimbang tidak sholat,” kritiknya. Rahmat juga menjelaskan berbagai komentar ulama Islam yang menjelaskan keutamaan umat Islam berjamaah dan kewajiban memiliki pemimpin yang menerapkan Syariat Islam secara kaffah dalam bingkai Negara.

Sedangkan anggota DPD II HTI Banda Aceh, Zulfahrizal menjelaskan proses dakwah Rasulullah Muhammad Saw yang ternyata adalah dakwah dengan tujuan politik. Ia menjelaskan beberapa tahapan dakwah dengan tujuannya Islam benar-benar dapat diterapkan dalam bingkai Negara Islam bernama Khilafah Islamiyah ala minhajjin nubuwwah.

Tentunya, penyampaian dakwah tentang Rasulullah Saw ini sangat berbeda dengan ceramah yang biasa dilakukan di Aceh, yang biasanya lebih menitikberatkan kepada sosok kedua orangtua Rasulullah Saw dan Rasulullah Saw sendiri daripada aspek penyebaran dakwah Islam yang dilakukan oleh Rasulullah Saw dan para sahabatnya demi diterapkan Syariat Islam secara kaffah dalam bingkai Negara Islam bernama Daulah Khilafah rasyidah ala minhajjin nubuwwah.

Kegiatan safari dakwah ini dihadiri oleh seluruh masyarakat Desa Lamleupung. Masyarakat tampak antusias mengikuti ceramah dakwah hingga akhir karena hal ini pertama kali dilaksanakan di Aceh, penyampaian materi dakwah dengan tambahan pemutaran video perjuangan  umat Islam di dunia dalam menegakkan syariat Islam dan Khilafah.[] mi hti aceh

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*