Warga Rohingya Tolak Pulang

Para pengungsi Myanmar dari suku minoritas Rohingya menolak rencana pemulangan mereka ke daerah asal oleh Pemerintah Indonesia. Tidak terjaminnya keselamatan mereka di wilayah asalnya menjadi alasan utama penolakan tersebut.

Beberapa pengungsi yang berasal dari Myanmar ketika ditemui Kompas di dua lokasi penampungan sementara, yaitu di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Idi Rayeuk dan Kantor Camat Idi Rayeuk, Rabu (4/2), mengatakan, mereka sama sekali tidak berkeinginan untuk kembali ke negara asalnya. Mereka mengaku ingin mencari tempat yang lebih baik untuk mencari penghidupan.

Nurullah (20), salah satu pengungsi Myanmar, saat ditemui di ruang perawatan RSUD Idi Rayeuk menyatakan, dirinya tidak mau kembali ke kampung halamannya karena—selain faktor tidak tersedianya lapangan pekerjaan bagi suku minoritas oleh pemerintahan negara tersebut— faktor keselamatan diri menjadi pertimbangan utama.

Nurullah, yang mengaku sempat bekerja di Thailand, mengatakan, ketiadaan lapangan kerja di negara asalnya yang membuat dirinya terpaksa bekerja secara ilegal di Thailand. Meski sempat dikejar-kejar pihak otoritas Thailand, dia baru sekali ini ditangkap dan diusir secara bersama-sama dengan sekitar 1.200 orang dari suku yang sama oleh pemerintah negara tersebut.

Nurullah mengaku mengalami pemukulan di beberapa bagian tubuhnya saat menjalani masa tahanan dan pengusiran oleh aparat keamanan Thailand.

Hal senada dikatakan Rahmat, salah satu pengungsi Rohingya. Rahmat yang mengaku pernah tinggal di Malaysia selama beberapa tahun menyatakan, mereka akan mengalami kekerasan verbal dan fisik oleh pemerintah yang berkuasa apabila kembali ke kampung halamannya.

Dia menuturkan, sebagian besar pengungsi yang datang ke Indonesia adalah laki-laki. Menggunakan sembilan perahu, sekitar 1.200 orang asal suku Rohingya ini dilepaskan oleh aparat keamanan Thailand di lautan lepas.

Direktur RSUD Idi Rayeuk Edi Gunawan saat ditemui di kantornya menjelaskan, sampai saat ini terdapat 115 pengungsi yang telah mendapatkan perawatan darurat di rumah sakit tersebut. Sebanyak 45 orang sudah dibawa kembali ke tempat penampungan sementara di Kantor Camat Idi Rayeuk. Sampai saat ini masih sekitar 70 pengungsi yang mendapatkan perawatan di rumah sakit tersebut.

Komandan Pos Satuan Radar TNI Angkatan Laut Idi Rayeuk Letnan Dua Tedi Sutardi mengatakan, sampai saat ini belum ada perintah dari pimpinannya untuk memindahkan seluruh pengungsi Myanmar ke instalasi militer seperti yang terjadi di Sabang. ”Semua sudah ditangani oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Timur,” katanya.

Persoalan logistik

Di Jakarta, Juru Bicara Departemen Luar Negeri Teuku Faizasyah mengatakan, orang-orang Rohingya itu tetap harus dipulangkan ke tempat asal mereka. ”Ada beberapa orang yang mengatakan sukarela untuk dipulangkan. Yang lain masih ragu-ragu. Bagi yang bersikeras, memang akan sulit menghadapinya, tetapi Indonesia tidak membuka diri untuk migran bermotif ekonomi,” paparnya.

Selain masih menunggu kepastian soal asal negara dan status orang-orang Rohingya itu, masih ada persoalan logistik menyangkut penampungan dan pemulangan mereka.

”Kami tidak ingin persoalan ini berlarut-larut karena akan membebani pemerintah daerah dan pusat. Setelah mendapat jaminan perlakuan baik dari negara asal, kami siap memulangkan mereka,” ujar Faiza. (Kompas, 05/02/09)

Berita Terkait:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*