Maraknya aksi perampasan sepeda motor atau yang kerap disebut begal belakangan membuat warga was-was. Terlebih, banyak beredar informasi yang simpang siur semakin membuat situasi runyam.
“terror begal di masyarakat terjadi dikarenakan pemberitaan yang terus-menerus, sebenarnya begal sudah sejak lama ada. Selain itu, salah satunya hal yang membuat masyarakat cemas disebabkan oleh berita yang kurang akurat dan tidak diketahui asal-usulnya,” ujar Pemimpin Radaksi Satelit News, Deddy Maqsudi saat menjadi narasumber dalam seminar bertajuk “Teror Begal Marak, Bukti Sistem Rusak?” yang diselenggarakan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Kota Tangerang di Gedung Jiwasraya, Cikokol, Minggu (29/3)
Untuk itu, jelasnya, selayaknya awak media bekerja sesuai dengan undang-undang yang berlaku dan bertanggung jawab dalam menghadirkan berita yang benar dan akurat.
Sementara Wakil Ketua I DPRD Kota Tangerang Hapipi menjelaskan, teror begal disebabkan sistem yang rusak. Terjadinya kriminalitas merupakan hasil dari ketidakadilan yang diterima masyarakat dalam berbagai sistem; seperti sistem pendidikan, sistem hukum yang berlaku, sistem ekonomi.
Lanjut Hapipi, dirinya mengajak warga Kota Tangerang berperan dalam memperbaiki sistem, dengan turut dalam memberikan dalam perubahan dan penyusunan peraturan. “Kami membuka diri dan mengajak masyarakat untuk berperan aktif memberikan gagasannya,” ujar Hapipi
Sementara dari sudut pandang akademisi, Andi Azikin juga setuju rusaknya sistem menjadi penyebab teror begal yang selama ini menghantui masyarakat. “Hal itu dikarenakan kesalahan dalam sistem selama ini. Negara kita salah dalam menerapkan Demokrasi, yang pada kenyataannya demokrasi dimanfaatkan oleh kekuatan kapitalis. Pemanfaatan tersebut yang menjadikan Negara ini mengabaikan kepentingan rakyatnya. Akibatnya kekuatan asing berdampak merusak sistem dan tatanan kehidupan lainnya, “tegasnya.
Sementara itu, ketua DPD HTI Kota Tangerang Abu Miqdad mengatakan, kegiatan dialog ini merupakan bukti eksistensi HTI dalam memperjuangkan perubahan di tengah umat untuk dapat menerapkan hukum Islam secara paripurna di seluruh bidang kehidupan. “Seperti dalam dialog ini, begal walaupun berkurang bukan berarti telah menghilang, karenanya akar dari permasalahannya adalah dari sistem yang saling mempengaruhi dalam terjadinya tindak criminal,” kata Abu Miqdad. (satelitnews, 30/3/2015)