Ribuan Muslim berbaris di ibu kota India, New Delhi, 29 Januari lalu sebagai aksi protes atas kekerasan, pelecehan dan siksaan yang kerap dilakukan polisi terhadap komunitas mereka.
“Kami ingin pemuda Muslim tak berdosa yang telah ditahab oleh polisi dilepaskan dalam waktu dua minggu,” ujar Maulana Amir Rashadi Madani, pemimpin Dewn Ulama India, penggagas aksi tersebut.
Sebuah kerata khusus, bernama Ulema Express, berangkat dari Azamgarh, utara Uttar pada Rabu 28 Januari lalu mengangkut ratusan Muslim yang marah dan kecewa menuju rute akhir, ibu kota.
“Biarkan kebenaran terungkap, bawa mereka yang tak berdosa keluar dari penjara,” dan “Beri kami keamanan, bukan air mata dan darah,” begitu bunyi beberapa spanduk yang dibawa oleh para demonstran.
Mereka menuntut polisi yang bertanggung jawab atas penahanan dan penyiksaan terhadap sejumlah Muslim tak bersalah dibawa ke pengadilan.
Muslim juga menuntut proses pengadilan atas pembunuhan dua warga Muslim dan penahanan dua lainnya di wilayah selatan New Dehli, Batla House pada September silam.
Polisi sendiri mengklaim keempat Muslim tadi adalah tersangka, sementara Muslim setempat bersikeras mereka hanyalah mahasiswa dan profesional yang tak bersalah.
Apa yang terjadi di Batla house, layak untuk diselidiki pengadilan, yang akan membawa keluar fakta-fakta,” ujar Mohammad Tahir Madani, seorang pemimpin Muslim. “Banyak warga Muslim yang tak ada kaitan dengan masalah teroris telah ditahan dibalik jeruji,” ujarnya.
“Siapapun yang telah menjatuhkan tuduhan salah terhadap mereka, harus diproses di pengadilan, karena mereka telah menciduk Muslim tak bersalah dan menghancurkan hidupnya,” kata Madani lagi.
Pengamat Hak Asasi berbasis di New York mengatakan polisi di negara bagian selatan Andhra Pradesh seharusnya diadili karena menyiksa 21 Muslim di antara 100 yang ditahan setelah ledakkan 2007 di kota utama Hyderabad.
Pemerintah negara bagian sendiri mengakui jika ke-21 orang tersebut telah disiksa dan setiapnya akan menerima 600 dolar sebagai kompensasi.
Muslim juga telah berulang kali mengeluh karena ditarget dengan tidak adil oleh polisi anti-teror India. Mereka juga menuding pemerintah terus memelihara pandangan stereotip terhadap Islam.
“Kami akan mengintensifkan agitasi kami jika pelecehan, kekerasan, dan salah tangkap berlanjut,” ujar Madani.
“Perang melawan teror, tapi yang terjadi ialah perang melawan Muslim,” kata Wasim Ahmad Ghazi, politisi lokal dengan nada marah.
Amik Jamai, seorang aktivis dan pembuat film dokumenter, menyayangkan hal itu terjadi ketika Muslim memelihara hubungan-berakar dalam dengan tanah air mereka. “Muslim di sini bangga menjadi patriotik,” ujarnya. “Mereka mempromosikan perdamaian di sini, dan mereka hidup berdampingan secara harmonis,” ungkap Amik lagi.
Jumlah Muslim di India berasio 13 persen dari populasi total India sebesar 1,1 milyar orang. Namun mereka kerap mendapat diskriminasi dari negara.
Muslim terhitung hanya tujuh persen dalam pegawai pemerintahan, dan lima persen dalam sektor Kereta Api, lalu empat persen yang masuk dalam sektor perbankan. Saat ini hanya ada 29 ribu Muslim di India yang tergabung dalam 1,3 juta orang-angkatan bersenjata, India
Amik mengatakan Muslim hanya menginginkan semua bentuk ketidakadilan yang dilakukan pemerintah terhadap mereka segera berakhir. “Kami berharap ada keadilan. Kami berharap ada transparasi,” ujarnya. (mediaumat.com, 04/02/09)
Berita Terkait:
kapan lagi anda akan tergerak untuk mendirikan proyek khilafah pembebas kesuraman dan kedholiman,wahai singa-singa islam! selamatkan diri dan saudara anda dengan bergabung bersama HT dan mengajak umat untuk bersatu mewujudkan cita-cita besar.Ummatun wahidah!Allahu akbar!