Tinggalkan Sistem Kufur, Ganti dengan Islam

Rokhmat S labib, Ketua DPP HTI

Rokhmat S labib, Ketua DPP HTI

Kezaliman demi kezaliman dari setiap rezim selalu dirasakan rakyat, tetapi umumnya mereka diam saja. Kalau pun marah, hanya ingin mengganti rezim saja tanpa pernah menyalahkan sistem. Padahal, demokrasi dan liberalisme jelasjelas membawa masalah. Lantas bagaimana agar rakyat menyadarinya dan apa solusinya? Jawabannya ada pada wawancara wartawan Media Umat Joko Prasetyo dengan Ketua DPP Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Rokhmat S Labib. Berikut petikannya.

Makin banyak orang meragukan rezim Jokowi-JK dapat membuat Indonesia menjadi lebih baik. Menurut Anda?

Keraguan itu jelas beralasan. Sebab, tidak ada tanda-tanda negeri ini menjadi lebih baik di tangan rezim Jokowi-JK. Sebaliknya, negeri ini semakin terpuruk dan karut-marut.

Rakyat yang sudah menderita semakin sengsara akibat harga-harga kebutuhan yang terus naik. Dalam soal utang negara, Jokowi membuat negeri makin terjerat. Tahun ini saja Jokowi berutang sebesar Rp 451,8 trilyun. Padahal sebelumnya, dia berjanji tidak akan menambah utang baru.

Dalam soal korupsi, diperkirakan semakin merajalela karena KPK dilemahkan dan komisionernya dikriminilisasi; sementara koruptor diberikan hak mendapatkan remisi.

Rezim Jokowi juga gagal menjaga kekayaan alam negeri ini. Kasus Freeport menjadi bukti yang amat jelas. Meskipun perusahaan Amerika itu tidak membangun smelter, bukannya diberikan sanksi namun justru diberi izin mengekspor barang tambang dalam bentuk konsentrat. Jumlahnya tak tanggung-tanggung. Selama enam bulan, Freeport diizinkan mengekspor 580 ribu ton konsentrat!

Apakah itu semua itu kesalahan rezim Jokowi-JK?

Ya, jelaslah. Kan mereka yang berkuasa. Merekalah yang menaikkan harga BBM, harga elpiji, tarif listrik, tarif tol, tiket kereta api, dan aneka pajak yang membebani. Dan semua kenaikan itu jelas akan menyeret harga-harga kebutuhan lainnya.

Bukankah Jokowi selama ini mencitrakan dirinya sebagai pemimpin yang sederhana dan merakyat?

Pemimpin yang sederhana dan merakyat memang perlu. Namun, apa gunanya bergaya merakyat tetapi kebijakannya justru membuat rakyat menderita? Apa untungnya berpenampilan sederhana namun tunduk kepada asing dan menyerahkan kekayaan negara kepada mereka?

Karena itu, penting bagi rakyat dalam melihat rezim tidak hanya dari sisi penampilannya. Yang justru lebih penting dilihat adalah kebijakan yang diterapkan. Sebab, ketika kebijakannya salah, akibatnya akan dirasakan oleh jutaan rakyatnya.

Mengapa kebijakan rezim Jokowi-JK banyak bermasalah?

Karena semua kebijakan lahir dari sistem yang bermasalah, yakni demokrasi dan neoliberalisme.

Bisa ditunjukkan kaitan antara kebijakan Jokowi-JK dan sistem neoliberalisme?

Pencabutan subsidi BBM dan menyerahkan harga BBM kepada pasar adalah kebijakan yang lahir dari sistem ekonomi liberal. Sebab dalam sistem liberal, negara tidak boleh campur tangan dalam mekanisme pasar.

Pengelolaan tambang-tambang yang depositnya melimpah oleh swasta adalah kebijakan yang lahir dari sistem ekonomi liberal. Sebab, dalam ekonomi liberal negara tidak boleh terlibat dalam semua kegiatan ekonomi, termasuk dalam sektor yang menguasai hajat hidup orang banyak dan strategis.

Menjadikan pajak sebagai sumber utama pendapatan negara adalah kebijakan yang lahir dari sistem ekonomi liberal. Sebab, ketika negara dilarang melakukan kegiatan ekonomi, maka negara tidak mendapat sumber pendapatan dari sana. Maka, cara paling mudah untuk mendapatkan pendapatan adalah mengambil pajak.

Tapi mengapa banyak negara yang menerapkan liberalisme namun tetap maju?

Itu tidak mengherankan. Sebab, dalam mekanisme pasar bebas meniscayakan ada pemenang. Biasanya, mereka adalah para pemilik modal besar, teknologi canggih, manajemen yang bagus, dan berbagai keunggulan lain. Sebaliknya yang lemah akan kalah, dan akhirnya terjajah.

Nah, negara yang Anda sebutkan itu adalah negara pemenang. Mereka adalah negara liberalis penjajah. Sebaliknya, Indonesia termasuk negara liberalis terjajah.

Inilah yang sering kita tegaskan, penerapan liberalisme di negeri ini menjadi pintu pembuka bagi berlangsungnya neoimperialisme. Inilah yang sekarang dialami Indonesia. Terancam neoliberalisme dan neoimperialisme.

Oleh karena itu, sejak dini kita sudah memastikan bahwa rezim ini akan gagal sebagaimana rezim-rezim sebelumnya.

Mengapa Anda bisa memastikan seperti itu?

Karena Allah SWT telah memberitakan ini dengan jelas. Dalam surat Thaha ayat 124 Allah Swt berfirman: Waman a’radha ‘an dzikrî fainna lahu ma’îsyah dhanka[n], barangsiapa yang berpaling dari peringatanku, maka baginya penghidupan yang sempit.

Menurut Imam al-Qurthubi dalam tafsirnya, al-Jâmi’ li Ahkâm al-Qur`ân, yang dimaksud dengan dzikrî, peringatan-Ku, di sini adalah dînî, wa tilâwatî Kitâbî, wa al-‘amal bimâ fîhi. Yakni agama-Ku, membaca Kitab-Ku, dan mengamalkan apa yang ada di dalamnya.

Maka ayat ini menegaskan bahwa siapa pun yang berpaling dari agama-Nya, menolak menerapkan syariah-Nya, dan justru menerapkan sistem lainnya, maka akibatnya sudah dapat dipastikan. Mereka akan sengsara dan menderita di dunia.

Lalu apa solusinya?

Itu yang sudah sering kita sampaikan. Tinggalkan sistem kufur itu, dan ganti dengan syariah dan khilafah. Hanya itu solusinya. Siapa pun pemimpinnya, jika tidak menjalankan solusi ini dipastikan akan gagal. Sebab, hanya syariah sistem yang benar dan adil karena berasal dari Dzat yang Maha Benar dan Maha Adil.

Di samping itu, Allah SWT juga berfirman: Law anna ahla al-qurâ âmanû wattaqaw lafathnâ ‘alayhim barakât min al-samâ`i wa al-ardh. Seandainya pendududk negeri itu mau beriman dan bertakwa, yakni menjadikan aqidah Islam sebagai asas, dan syariah sebagai hukum yang mengatur kehidupan mereka, maka akan dibuka berkah-berkah dari langit dan bumi.

Bagaimana agar perubahan itu bisa terjadi? Soalnya masyarakat diam saja.

Yang harus ada pada rakyat negeri ini adalah keinginan untuk berubah. Keinginan meninggalkan sistem kufur dan menggantinya dengan Islam, dengan syariah dan khilafah. Tak bisa dibayangkan perubahan itu akan terjadi jika keinginan itu tidak ada.

Oleh karena itu, harus ada upaya keras untuk membuat rakyat negeri ini menjadi mau dan menginginkan tegaknya syariah dan khilafah. Ketika keinginan itu merata, lalu berubah menjadi tuntutan, insya Allah perubahan tidak akan terbendung.

Bagaimana mewujudkan keinginan kuat itu?

Dorongan dan motivasinya harus. Dan itu hanya akan terjadi jika didasarkan pada asas atau landasan kuat. Jika asasnya kepentingan, tuntutan ekonomi, atau ambisi kekuasaan, itu amat lemah. Mudah berubah dan ditaklukkan.

Berbeda halnya jika asasnya adalah iman. Bahwa menerapkan sistem kufur merupakan perkara yang diharamkan, mengundang bencana, dan menjerumuskan pelakunya ke dalam neraka; sebaliknya menerapakah syariah merupakan kewajiban dan tuntutan keimanan, mendatangkan rahmah dan berkah, serta mengantarkan pelakunya ke surga, maka akan memberikan dorongan dan motiviasi amat kuat.

Aspek keimanan inilah yang harus ditanamkan kepada diri umat agar memiliki tekad yang kuat melakukan perubahan.[]

 Sumber: Tabloid Mediaumat Edisi 147

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*