Setelah lebih dari satu dekade perundingan, Iran dan AS akhirnya sampai kepada kesepakatan tentang program nuklir Iran. Setelah dilakukan negosiasi panjang di Lausanne, Swiss, Iran dan enam kekuatan dunia mengumumkan suatu kesepakatan kerangka kerja yang sebagian besar menutup titik utama yang menjadi ganjalan dari perjanjian nuklir, namun menyisakan rincian teknis yang akan diselesaikan selama tiga bulan ke depan. Sementara AS menentang program nuklir Iran selama beberapa dekade terakhir, konteks politik pada hari ini jauh berbeda dan negosiasi nuklir ini merupakan aspek kecil dari hubungan AS-Iran, meskipun ini adalah salah satu hubungan yang penting.
Perjanjian ini akan memungkinkan Iran untuk melakukan pengayaan Uranium dalam jumlah terbatas dimana status dari sejumlah situs nuklir itu disepakati. Perjanjian yang berlaku efektif ini memungkinkan Iran untuk melakukan kegiatan nuklir, tetapi dengan cara yang lebih transparan, sebagai imbalan atas penghapusan sanksi terkait program nuklir. Ini adalah lanskap kesepakatan politik yang terjadi dan sangat penting bagi AS. Saat pemerintah Irak tidak mampu mengamankan negaranya dan saat AS ingin penarikan tentaranya di Afghanistan, Iran telah bekerja sama dengan AS untuk mempertahankan arsitektur politik Amerika di wilayah tersebut. Peran Iran di kawasan itu telah menjadi semakin penting karena Israel kurang lebih telah mencaplok Tepi Barat dan menjadikan Jalur Gaza sebagai penjara terbuka, sehingga berdampak pada solusi dua negara. AS membutuhkan Iran untuk membatasi Israel dan bertindak sebagai penyeimbang di wilayah tersebut. Demikian pula di Yaman, AS dan Iran berada di sisi yang sama ketika membawa Houthi ke tampuk kekuasaan. Inilah sebabnya mengapa kesepakatan ini tidak menghentikan program nuklir Iran, tapi malah melegitimasinya.[]