Penguasa rezim Kyrgyzstan berencana akan menutup pangkalan militer AS yang digunakan untuk mendukung operasi militer koalisi pimpinan AS di Afghanistan. Penutupan itu dilakukan setelah Rusia berjanji akan memberikan bantuan dan kredit sebesar 2 miliyar dolar AS kepada Kygyzstan. Pemerintah Kyrgyzstan termasuk rezim yang selalu menghalang-halangi kebangkitan Islam di negeri tersebut. Setelah bertahun-tahun bersekongkol dengan AS, kini Kyrgyzstan melirik kembali Rusia.
Pemerintah Kyrgyzstan telah menyerahkan kepada parlemen surat keputusan untuk menutup sebuah pangkalan udara Amerika di negara Asian Tengah tersebut. Langkah itu didorong oleh penolakan warga terhadap basis militer tersebut, kata jurubicara pemerintah Aibek Sultangaziyev.
”Pemerintah Kyrgyzstan telah memutuskan untuk mengakhiri keberadaan pangkalan militer itu. Kami tengah memulai langkah konkret untuk menutupnya,” kata Presiden Kyrgyzstan Kurmanbek Bakiyev.
Bakiyev, Selasa, bertemu Presiden Rusia Dmitry Medvedev di Moskwa, Rusia, dan menerima janji bantuan besar bagi negaranya. Rusia, yang juga memiliki pangkalan militer di Kyrgyzstan, menilai kehadiran AS di Kyrgyzstan sebagai upaya untuk menantang pengaruh Moskwa di bekas negara Uni Soviet itu. Uni Soviet yang dimotori Rusia bubar pada tahun 1991.
Jika Pangkalan Udara Manas benar-benar ditutup, konsekuensi bagi operasi AS di Afganistan untuk menghadapi kelompok Taliban dan Al Qaeda cukup besar. Saat ini, pangkalan itu menampung lebih dari 1.000 personel militer AS. Presiden AS Barack Obama berencana menambah jumlah tentara di Afganistan dari 36.000 orang menjadi 60.000 orang.
Washington membangun pangkalan militer di Kyrgyzstan sejak tahun 2001 setelah dimulainya perang melawan terorisme di Afganistan. Pangkalan itu diharapkan masih bisa beroperasi setidaknya sampai dua tahun lagi dalam mendukung operasi militer AS di Afganistan.
Peran Pangkalan Udara Manas semakin penting setelah AS memutuskan mengurangi ketergantungan pada rute suplai melalui wilayah Pakistan yang sering diserang kelompok suku bersenjata atau Taliban.
Pembunuhan “War on Terrorism” Tidak Berakhir
Para pejabat Amerika mengatakan mereka masih melakukan pembicaraan dengan Kyrgyzstan mengenai masa depan sebuah pangkalan militer Amerika di luar ibukota Kyrgyzstan, Bishkek.
Kedutaan Amerika di Kyrgyzstan hari ini mengatakan pihaknya belum menerima pemberitahuan apa pun bahwa pemerintah Kyrgyzstan akan memerintahkan penutupan pangkalan tersebut. Pangkalan itu berfungsi sebagai pusat dukungan penting bagi operasi di Afghanistan.
pada 19 Januari lalu, Komandan Pasukan AS di Afganistan Jenderal David Petraeus mendapat jaminan dari Kyrgyzstan bahwa Rusia tidak akan mendorong penutupan pangkalan militer tersebut.
”Kami telah mendiskusikan soal pangkalan militer tersebut dengan otoritas Kyrgyzstan sementara waktu ini. Kami berharap diskusi itu akan berlanjut hingga titik di mana bisa dicapai hasil yang saling menguntungkan,” kata juru bicara Pentagon, Geoff Morrell.
Akan tetapi, keputusan penutupan pangkalan militer itu dipastikan tidak akan menghentikan operasi militer AS di Afganistan. ”AS dan pasukan koalisi tetap akan meneruskan operasi di Afganistan tanpa Pangkalan Udara Manas,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri, Gordon Duguid.
Belum lama ini, AS juga telah mengucurkan dana sebesar 150 juta dollar AS untuk menyuntik perekonomian Kyrgyzstan, termasuk 63 juta dollar AS untuk biaya sewa pangkalan.
Kebanyakan dari 5,3 juta warga Kyrgyzstan bisa menerima kehadiran militer AS di sana. Kyrgyzstan adalah salah satu negara termiskin di Asia Tengah yang didera krisis politik bertahun-tahun. Pendapatan per kapita Kyrgyzstan sekitar 2.000 dollar AS atau sekitar Rp 23 juta.
Keluar dari Mulut Harimau Ditelan Buaya
Kyrgyzstan telah lama bersekongkol dengan Amerika Serikat dan membantu negara rajanya teroris itu untuk membunuh kaum Muslim di Afghanistan. Rezim Kyrgyzstan termasuk negara yang senantiasa berupaya menghadang geliat bangkitnya Islam di kawasan Asia Tengah.
Terhadap para pengemban dakwah di negerinya, rezim Kyrgyztan seringkali menangkap dan menjebloskan para perindu kebangkitan Islam tersebut ke dalam sel-sel penjara. Beberapa waktu lalu, pihak penguasa menangkap puluhan orang gara-gara ingin merayakan hari raya [baca: Lebih dari 30 Aktivis HT Dipenjara Hingga 20 Tahun di Kyrgyzstan, Gara-gara Ingin Merayakan Hari Raya]. Penahanan dan penangkapan terhadap para pengemban dakwah tersebut sebagai bentuk kekalahan intelektual penguasa korup Kyrgyzstan terutama untuk menghadang laju kebangkitan Muslim di negeri tersebut.
Setelah sekian lama bersekongkol dengan AS, kini Kyrgyzstan mulai melirik perhatian lebih terhadap Rusia. Sebuah negara yang tidak jauh beda dengan AS, terutama dalam pembunuhan terhadap kaum Muslim. Tidak ada perubahan yang berarti bagi kaum Muslim saat Kyrgyzstan melepaskan pangkalan AS, upaya pembunuhan atas nama “war on terrorism” yang dilancarkan AS pun tidak akan berhenti. Sementara, kedzaliman rezim Kyrgyzstan pun tidak berakhir. Kini rezim tersebut akan bergandengan lebih erat dengan rezim Rusia. (syabab.com, 05/02/09)