Memperingati Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika (KAA), menurut anggota Maktab I’lami DPP Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Farid Wadjdi, sama saja dengan memperingati kegagalan melawan penjajah. “KAA telah gagal membebaskan dunia ketiga dari penjajahan negara-negara imperialis, saat ini hampir semua negara dunia ketiga dibawah jajahan negara kapitalis,” ujarnya kepada mediaumat.com, Selasa (21/4) melalui surat elektronik.
Meskipun KAA Bandung mendorong kemerdekaan negara-negara dunia ketiga, namun dunia ketiga tetap terperangkap dalam penjajahan baru, kemerdekaan yang diperoleh adalah semu. “Dunia ketiga terperangkap dalam belenggu penjajahan baru melalui sistem kapitalis/sekuler yang mereka adopsi dan keberadaan penguasa-penguasa mereka yang tunduk kepada negara-negara imperialis,” bebernya.
Menurut alumnus Hubungan Internasional UNPAD ini , dunia ketiga, terutama negeri-negeri Islam, terpecah belah dan saling bertikai akibat konsep negara bangsa (nation state) yang mereka adopsi dari Barat.
Di samping itu, terjebak pula dalam sistem kapitalisme Barat melalui tatanan global yang dibangun Barat. “Dalam politik terjebak dalam PBB, dalam moneter dikendalikan oleh IMF, dalam perbankan dikontrol oleh Bank Dunia,” ungkap nya.
Tidak ada jalan lain, lanjutnya, bagi dunia ketiga agar lepas dari penjajahan, kecuali melepaskan diri dari kapitalisme global dan memutuskan hubungan ketergantungan dengan negara-negera imperialis. Namun untuk itu dibutuhkan ideologi yang global yang mampu membangun tatanan global dunia yang benar-benar berlawanan dengan kapitalisme.
“Itulah Islam dengan negara khilafah-nya, yang memiliki ideologi global yang berdasarkan aqidah Islam yang menyatukan dunia Islam, memiliki sistem kehidupan yang adil dan menyejahterakan dengan syariah Islam yang mampu memecahkan persoalan manusia,”
“Walhasil memperingat KAA tanpa memperjuangkan khilafah sebagai solusi yang membebaskan dunia ketiga terutama dunia Islam, berarti memperingati kegagalan!” pungkasnya.[] Joko Prasetyo