Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah mengecam Uni Eropa, Amerika Serikat dan negara-negara lain yang telah mengakui pembunuhan masal di Armenia pada tahun 1915 sebagai genosida.
Erdogan, Sabtu menuduh para pemimpin Prancis, Rusia, dan Jerman mendukung apa yang disebut sebagai “kebohongan Armenia” dengan mengatakan, “Negara-negara terakhir yang berbicara tentang genosida adalah Jerman, Rusia, dan Perancis. Apa yang terjadi selama dua perang dunia yang telah diprakarsai oleh Jerman pada abad yang lalu ada di depan mata kita. ”
“Pertama, satu persatu, mereka harus membersihkan noda dalam sejarah mereka sendiri,” tambahnya.
Kepala negara Turki itu lebih lanjut menekankan bahwa Uni Eropa – dimana parlemen Uni Eropa yang mengambil suara untuk menggambarkan pembunuhan masa itu sebagai genosida pada 15 tangga; April – “tidak mengatakan yang sesungguhnya “.
“Hei Uni Eropa! Jangan menawarkan pemikiran kepada kami, ambilah untuk anda sendiri.” Dia mengatakan. “Mereka memiliki telinga yang tidak dipergunakan untuk mendengar, mata yang tidak bisa melihat, dan lidah yang tidak berbicara kebenaran.”
Erdogan juga menuduh Washington berpihak dengan Armenia meskipun Presiden AS Barack Obama menghindari frase genosida yang kontroversial itu melainkan menggunakan istilah orang Armenia dengan sebutan ‘Medz Yeghern’.
Hal ini disampaikan pada saat yang sama Turki menegaskan mereka berbagi penderitaan dengan rakyat Armenia atas peristiwa itu namun dengan tegas menolak penggunaan istilah genosida, dan berpendapat bahwa baik ratusan ribu Muslim maupun Kristen telah tewas di kedua belah pihak dalam tragedi perang itu.
Sebelumnya pada bulan April, Paus Francis menimbulkan kemarahan rakyat Turki setelah menggambarkan pembunuhan yang terjadi pada abad yang lalu itu sebagai “genosida pertama di abad ke-20.”
Turki memanggil Dubes Vatikan untuk Ankara atas pernyataan itu dan memanggil pulang duta besarnya untuk Tahta Suci. (PressTV, 25/4/2015)