Presiden Ekuador yang berhaluan sayap Kiri memerintahkan pengusiran seorang diplomat senior Amerika Serikat yang dituduhnya menghambat bantuan untuk program anti obat terlarang negara itu.
Dalam pidato televisi mingguan, Rafael Correa mengatakan atase bea cukai Amerika Serikat Armando Astorga bersikap “kurang ajar dan bodoh” dan memperlakukan Ekuador seperti wilayah jajahan.
Kedutaan besar Amerika membantah tuduha bahwa Astorga bertanggungjawab atas perubahan kebijakan dan menegaskan diplomat ini sudah meninggalkan Ekuador.
Para pengamat mengatakan secara umum hubungan Correa dan Amerika berjalan cukup baik.
Namun dalam pidato televisinya itu, Correa melancarkan kecaman keras dengan menuduh Astorga mencoba membuat sejumlah bantuan ekonomi Amerika diikat dengan syarat Washington bisa memilih kepala polisi anti narkoba Ekuador.
“Tuan Astorga, simpan uang kotor anda, kami tidak memerlukannya. Kami punya harga diri di negara ini,” ujarnya.
Correa kemudian memerintahkan menteri luar negeri untuk “memberi waktu 48 jam bagi diplomat itu untuk membereskan barangnya dan keluar dari negara ini”.
“Kami tidak akan membiarkan siapapun memperlakukan seakan-akan ini negara jajahan.”
Juru bicara kedutaan Amerika Serikat Martha Youth mengatakan Astorga sudah meninggalkan Ekuador akhir bulan Januari karena masa tugasnya sudah selesai.
Sementara itu juru bicara departemen luar negeri mengatakan duta besar Amerika akan berunding dengan menteri luar negeri Ekuador untuk “mencari tahu mengapa pengumuman itu dikeluarkan”.
Correa berselisih dengan Washington dalam beberapa masalah – yang paling besar adalah penolakan memperbaharui sewa markas udara yang digunakan pasukan Amerika untuk membantu misi anti narkotika.
Namun dibandingkan dengan pemerintah berhaluan sayap kiri lain di Amerika Latin, perselisihan antara Quito dan Washington tidak terlalu digembar-gemborkan.
Akhir tahun lalu Bolivia dan Venezuela mengusir duta besar Amerika di masing-masing negara, setelah menuduh Washington mencoba menyingkirkan pemerintah sayap kiri Bolivia.
Washington membalas aksi ini dengan mengusir diplomat Bolivia dan Venezuela. (BBC Indonesia, 08/02/09)
Kapan pemimpin indonesia mengusir penjajah amerika?? Aah, ga mungkin kalee… Namanya juga Si Budak Yahudi. Lebih baikdiusir pemikiran2 dan ide2kufur yang berkiblat pada AS antek syetan. Kita ganti demokrasi dengan syariah. Allahuakbar…
Hihihi…malah kalah kita sama negara2 sosialis ini. Gak ada takut – takutnya, gak kayak pemerintah Indonesia cuap sana cuap sini…udah kena penyakit wahn’ semua kayaknya
indonesia & negeri2 muslim emang bakal terus memble, selama mereka mnerapkan kapitalisme sekuler.