Wartawan investigasi Wayne Madsen mengatakan ancaman akan terjadinya lebih banyak serangan oleh ISIS di daratan Amerika hanyalah “propaganda intelijen AS” yang bertujuan untuk menimbulkan ketakutan di kalangan rakyat Amerika.
Madsen memberikan pernyataan itu ketika ditanya tentang ancaman ISIS baru-baru ini bahwa akan ada lebih banyak serangan ke daratan AS setelah kelompok itu mengklaim bertanggung jawab atas insiden penembakan pada hari Minggu di Texas.
ISIS mengumumkan pada hari Selasa bahwa mereka memiliki “tentara yang terlatih” di 15 negara bagian AS yang siap untuk melancarkan serangan yang mirip dengan serangan di Garland, Texas.
Madsen mengatakan “pendapat bahwa ada sel-sel ISIS yang beroperasi di lima belas negara bagian Amerika saya kira adalah suatu hal yang agak menggelikan.”
“Saya kira hal ini berada pada wilayah mengenai siapa yang mengambil manfaat dari propaganda seperti ini,” katanya, sambil menambahkan “sekarang terdapat beberapa anggota Kongres dari Partai Republik yang berusaha mengatakan bahwa ISIS memiliki basis di Meksiko dan ini hanyalah suatu taktik rasis untuk menolak kebijakan imigrasi yang diajukan oleh presiden Obama.”
“Saya benar-benar menduga bahwa ancaman ISIS ini tidak berasal di Irak utara atau Suriah atau di wilayah lainnya yang diduduki oleh ISIS,” katanya.
Madsen mengatakan “Saya sangat mencium propaganda intelijen AS di balik ancaman ISIS karena mereka adalah satu-satunya pihak yang benar-benar mengambil manfaat dengan meningkatnya faktor ketakutan di kalangan rakyat Amerika atas ancaman yang benar-benar tidak ada.”
ISIS mengaku bertanggung jawab atas insiden penembakan di luar sebuah kontes provokatif untuk menggambarkan fisik Nabi Muhammad (Saw) pada hari Minggu malam.
Dua pria bersenjata melepaskan tembakan di luar gedung di mana sebuah kelompok anti-Islam, Amerika Freedom Defense Initiative, sedang melakukan kontes provokatif yang akan memberikan hadiah senilai $ 10.000 bagi pemenang lomba menggambar Nabi (saw). Seorang penjaga keamanan ditembak di kakinya pada saat penembakan. Kedua orang bersenjata itu kemudian ditembak dan dibunuh oleh pihak berwenang.
Madsen mengatakan “adalah sangat meragukan bahwa ISIS memiliki kontrol operasional atas dua orang yang melakukan penyerangan itu”. (presstv, 7/5/2015)