HTI-Press. Sebagaimana yang diberitakan (Kompas; 11/2/2009), penyidikan atas aksi demonstrasi anarki di Kantor DPRD Sumatera Utara kian membuktikan adanya peran politisi yang menggerakkan demonstran. Para aktivis dari berbagai partai menjadi pelopor unjuk rasa yang menewaskan Ketua DPRD Sumut Abdul Azis Angkat itu.
Tim Gabungan Polisi, Selasa (10/2) juga menahan seorang calon anggota legislatif dari Partai Damai Sejahtera (PDS) di Kabupaten Langkat berinisial PJS. PJS diduga kuat sebagai pengerah massa sebanyak tiga truk ke Kantor DPRD Sumut di Medan. Padahal, Langkat tidak termasuk dalam daerah pemekaran Provinsi Tapanuli.
Polisi juga menangkap seorang wartawan harian terbitan Medan berinisial LS dan seorang warga berinisial NP. Bersama caleg PDS tersebut, keduanya mengerahkan massa dengan iming-iming uang Rp 40.000 per orang. Ketiga orang itu terancam hukuman enam tahun penjara karena melakukan penghasutan di muka umum dengan lisan atau tulisan kepada demonstran.
Kuat dugaan Harian Sinar Indonesia Baru (SIB) yang dipimpin GM Chandra Panggabean terlibat menjadi corong pembentukan provinsi Tapanuli. Harian SIB Medan selama ini memang dikenal sangat kental dengan misi kristen dalam pemberitaannya. Harian ini secara rutin memberitakan kegiatan-kegiatan gereja di Sumatera Utara. Apakah ada kepentingan kristen dibalik pembentukan provinsi Tapanuli ? (AF)
Fakta yang tidak bisa dipungkiri, bahwa mereka Partai Politik Damai Sejahtera (PDS) merupakan partai orang-orang Kristen, tetap menghalalkan segala cara, gak jauh dgn rekan-rekan partai politik Sekuler dan juga Islam, karena sejatinya tugas partai adalah memberikan pembinaan kepada masyarakat dan kadernya dalam upaya membangun negri ini, atau mengkritisi kebijakan penguasa yang merugikan negri ini juga Rakyat, yang terjadi seluruh Partai politik dalam agenda kegiatannya lebih mengutamakan kekuasaan, padahal kekuasaan itu amanah, buat orang yg takwa dan shalih, lebih baik tidak menerima amanah kekuasaan karena beratnya resiko yang akan dihadapi dihadapan Allah, tetapi banyak manusia, baik Nasrani, Sekuler juga Ummat Islam mengabaikan hal tersebut dan lebih PD utk menjadi penguasa (seolah-olah dia akan amanah dan tahan godaan politik) karena menjadi penguasa itu enak, kaya, disanjung, dihormati, omongannya didenger, dll. Padahal dihadapan Allah mereka akan menyesal karena amanah yang diembannya tidak sesuai dgn apa yang Allah tetapkan dalam Al Qur’an dan As Sunnah.. sulit rasanya menerima amanah yg bisa menyelamatkan diri dihadapan Allah saat sekarang, Sahabat nabi Saja kalau bukan karena desakan Ummat lebih baik tidak menjadi penguasa, padahal sistem yang dipergunakan adalah sistem Islam, apalagi bukan sistem Islam.. iiih.. mengerikan.. rubah dulu Sistem Kapitalis, Demokrasi dan sekuler saat ini dengan Sistem Syariah Islam dan Sistem Kepemimpinan Khilafah Islam… Allahu Akhbar..
itu tdk perlu dibuktikan, soal nya misi kristenisasi sesuai akidah mereka adalah menyelamatkan domba2 yg sesat…jadi kita kuatkan benteng akidah kita lewat penegakan syariat islam dgn merobah pola pikir dan melalsanakan aplikasinya dalam hidup bernegara.
Sudah tercium, kekacauan macam itu terlalu sulit untuk diterima dengan alasan “terjadi secara spontan & kebetulan”
Seperti juga di Ambon dan Jayapura, mereka ini yang berjuang untuk terbentuknya propinsi Tapanuli merupakan aktivis kristen baik di Partai Kristen maupun di Partai lain yang sekuler sesungguhnya mereka bersatu dalam segala hal untuk mewujudkan segala tujuannya. Mereka menginginkan daerah tersebut sebagai pencerminan mayoritas yang ingin berdiri sendiri. Sayangnya, mereka seringkali melakukan hal tersebut dengan berbagai cara termasuk — ingin memisahkan diri sebagai daerah yang identik dengan mayoritas kristen –. Ancaman klasik yang selalu di opinikan adalah merdeka terpisah dari negara kesatuan. Mereka inilah layak disebut separatis — bahkan teroris –.