Keterlibatan Gereja Inggris dan Caterpillar Dalam Kebiadaban Israel di Palestina

Gereja Inggris ternyata menanamkan investasinya di perusahaan Caterpillar Inc. sebuah perusahaan alat berat berbasis di AS yang menjual buldoser-buldosernya ke Israel dan oleh Israel digunakan untuk menghancurkan rumah-rumah rakyat Palestina.

Menyusul agresi militer Israel ke Jalur Gaza bulan Januari kemarin, sekitar 23 pakar ilmu agama di Inggris mengancam akan membuat surat terbuka ke harian Guardian, untuk membeberkan dan mengecam investasi The Church of England di perusahaan alat berat tersebut. Para pakar ilmu agama itu menuding Church of England melanggar kebijakannya sendiri untuk melakukan investasi yang bermoral dan etis untuk kepentingan gereja.

“Kami meyakini apa yang terjadi di Gaza, termasuk penjajahan ilegal yang terus berlangsung di seluruh wilayah Palestina serta perampasan tanah yang dilakukan secara tidak sah oleh para pemukim Yahudi, mendapat dukungan dari pemerintah Israel. Church of England harus membuat keputusan yang tepat untuk segera menarik investasianya dari perusahaan-perusahaan yang telah mengambil keuntungan di atas penderitaan jutaan rakyat Palestina,” demikian penggalan isi surat kelompok teolog yang belum sempat dipublikasikan itu.

Akibat ancaman tersebut, Church of England hari Senin kemarin mengumumkan bahwa pihaknya sudah menarik investasi di Caterpilar Inc. Namun pihak gereja membantah tuduhan bahwa keputusan menarik investasinya itu karena alasan politis atau etis, tapi semata-mata karena alasan ekonomi dan pengumumannya kebetulan bersamaan dengan adanya ancaman dari kelompok teolog tersebut. Church of England ikut menanamkan modal sebesar 3,3 juta dollar AS di perusahaan tersebut sejak akhir bulan Desember 2008 atas dasar pertimbangan ekonomi.

“Church of England menarik sahamnya dari Caterpillar murni karena alasan investasi,” kata Steve Jenkins, juru bicara gereja. Menurutnya, pihak gereja telah menjual semua sahamnya pada Caterpillar akhir bulan Desember kemarin dan badan investasi gereja mempertimbangkan rekomendasi dari kelompok-kelompok yang memberikan masukkan tentang etika investasi.

Perusahaan Caterpillar selama beberapa tahun belakangan ini menuai kritikan dan kecaman dari organisasi-organisasi hak asasi manusia seperti Amnesty International dan Human Rights Watch termasuk dari PBB karena telah menyuplai alat-alat berat berupa buldoser yang digunakan oleh militer Israel untuk menggusur lebih dari 7.000 rumah dan merusak kebun-kebun milik warga Palestina sejak tahun 1967.

Investasi Caterpillar terancam terutama setelah kematian Rachel Corrie, aktivis AS berusia 24 tahun yang tewas dilindas buldoser saat militer Israel melakukan operasinya di Gaza tahun 2003 lalu. Karena setelah peristiwa itu, banyak investor menarik investasinya di perusahaan tersebut.

Sejak serangan brutal Israel ke Gaza kemarin, aksi-aksi protes mengecam kebiadaban Israel marak dan organisasi Palestine Solidarity Campaign meluncurkan kampanye boikot dan pengenaan sanksi terhadap kejahatan Israel di Palestina. Organisasi sipil itu didirikan sejak tahun 2005 ketika Mahkamah Internasional menyatakan pembangunan tembok pemisah yang dilakukan Israel di Tepi Barat adalah tindakan ilegal.

Menanggapi keputusan Church of England menarik investasinya dari Caterpillar Inc, Betty Hunter, sekjen Palestine Solidarity Campaign mengkritik seharusnya penarikan itu sudah dilakukan sejak tiga tahun yang lalu.

“Tiga tahun yang menyedihkan, Church of England tetap menanamkan investasinya di perusahaan Caterpillar, buldoser dan alat berat dari perusahaan itu digunakan untuk mencabut hak yang sah warga Palestina dan digantikan dengan pemukim-pemukim ilegal,” kritik Hunter.

Sementara itu Pendeta Hewit, ketua Interfaith Group for Morally Responsible Investment (IMRI) menegaskan akan melanjutkan kampanyenya, untuk menghentikan investasi pada lembaga atau perusahaan yang melanggar hukum internasional.

“Saya melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana perusakan dan penghancuran di Palestina serta pembangunan dinding pemisah dimana Caterpillar ikut terlibat. Dan saya yakin, banyak kalangan gereja yang menilai tindkan Caterpillar secara moral tidak bisa dibenarkan,” ujar Hewit.

“Target kami selanjutnya adalah Veolia, sebuah perusahaan yang kami anggap terlibat kejahatan perang karena membantu pembangunan jalan kereta api di pemukiman-pemukiman ilegal Yahudi,” sambung Hewit. (eramuslim, 10/02/09)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*