Nasib pengungsi Muslim Rohingya terus mendapat perhatian dunia internasional. Amerika Serikat (AS) pun ikut mendesak Junta Militer Myanmar menghentikan penindasan. Anehnya AS sendiri masih melakukan penindasan terhadap umat Islam seperti di Irak dan Afghnistan.
Lalu, Australia juga berjanji akan mengirimkan perwakilannya ke Thailand untuk menyelidiki dugaan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) terhadap pengungsi Muslim Rohingya yang sempat terdampar di Negeri Gajah Putih itu.
Seperti dikutip dari Republika, pengungsi Muslim Rohingya yang terdampar di Indonesia mengaku telah disiksa dan diperlakukan tak manusiawi oleh tentara Thailand. Menteri Luar Negeri Australia, Stephen Smith, menegaskan, pihaknya sangat menaruh perhatian terhadap laporan dugaan pelanggaran HAM otoritas Thailand terhadap pengungsi Rohingya.
”Kami juga sangat concern untuk minta penjelasan Thailand,” tegas Smith seperti diberitakan ABC News. Australia juga mengapresiasi kesiapan pemerintah Thailand untuk diselidiki dan diperiksa terkait dugaan pelanggaran HAM terhadap pengungsi Muslim Rohingya. Australia meminta agar penyelidikan itu dilakukan oleh organisasi PBB yang mengurus pengungsi, UNHCR.
Isu pengungsi Muslim Rohingya juga akan dibahas dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN yang akan digelar pada 27 Februari hingga 1 Maret 2009 di Thailand. Pertemuan pemimpin negara-negara Asia Tenggara itu akan mengusung tema, ‘ASEAN for the ASEAN people’. ”Pastinya, akan ada beberapa pertemuan singkat dan kami akan membahas kemungkinan untuk bekerja sama terkait Rohingya,” ungkap Menteri Luar Negeri Thailand, Kasit Pirobya.
Angkatan Laut Thailand dituduh telah melanggar HAM terhadap manusia perahu Muslim Rohingya pada Desember lalu. Otoritas Negeri Gajah Putih itu dikabarkan telah memaksa dan melepas 10 perahu yang ditumpangi Muslim Rohingya ke lautan lepas tanpa mesin dan makanan serta minuman yang memadai.
Para pengungsi Rohingya yang terdampar di Indonesia bahkan mengaku telah disiksa tentara Thailand. Pemerintah Thailand membantah telah menyiksa dan menindas para pengungsi Muslim Rohingya. Perdana Menteri Thailand, Abhisit Vejjajiva, menolak menyebut Muslim Rohingya sebagai pengungsi. Thailand menyebut mereka sebagai pekerja ilegal.
”Thailand tak siap untuk menerima mereka sebagai pengungsi,” cetus Abhisit. Thailand mengklaim terdapat sekitar 20 ribu Rohingya di negara itu. ”Tetapi, kalau UNHCR akan memindahkan mereka, kami siap membantu.” Thailand telah mengusulkan agar penanganan isu Rohingya menjadi masalah regional yang melibatkan Indonesia dan Bangladesh.
Penindasan terhadap Muslim Rohingya sama artinya penindasan terhadap umat Islam lainnya di dunia. Islam telah mengajarkan bahwa kaum Mukmin itu bersaudara. Tentu saja, penindasan yang menimpa Muslim Ronghiya tersebut tak bisa diterima umat Islam. Namun kepada siapa berharap ketika kaum Muslim terpecah belah dibatasi batas semu nasionalisme? Harapan itu bukan kepada dunia internasional yang baru ikut memperhatikan bila ada kepentingan di dalamnya. Bukan juga kepada PBB, AS dan Australia yang tercatat rajin melakukan penindasan terhadap umat Islam.
Sungguh, kaum Muslim hanya merindukan kepemimpinan yang tulus untuk menyatukan kaum Muslim dunia dan membebaskan negeri-negeri Muslim dari segala penindasan. Itu semua hanya bisa melalui tegaknya kembali Khilafah Rasyidah yang sesuai dengan metode kenabian, Insya Allah segera. (nl/sumber: Republika, 11/02/09)
Ketika Khilafah tidak ada seperti saat ini, ummat memang tiada tempat mempunyai untuk mengadukan segala permasalahannnya kepada Khalifah. Dinegeri muslim yang penguasanya muslim saja, kedzaliman masih terjadi. Apalagi kaum muslimin yang tinggal dinegeri yang mayoritasnya orang-orang kafir, segala bentuk kedzaliman lebih terasa. Inilah realitas kaum muslimin saat ini, hidup tanpa adanya daulah khilafah. Oleh sebab itu, kita sambut Khilafah yang sudah didepan mata dengan perjuangan yang lebih keras lagi, tanpa kenal lelah. Allahu Akbar