HTI Press,Ternate. Pada hari Sabtu (16/5) Bertempat di lapangan Parkir Masjid Al-Munawar Ternate Sekitar 2000 orang mengikuti Rapat dan Pawai Akbar yang dilaksanakan oleh DPD I HTI Maluku Utara. Kegiatan diawali pada pukul 7.30 dengan melakukan pawai yang dimulai dari tapak 3 jalan reklamasi melewati pasar dan terminal menuju lapangan Parkir Masjid Al-Munawar, peserta berjalan kaki membawa poster dan spanduk sambil berorasi dan membagikan flyer dan press rilis tentang bahaya Neoliberalisme dan Neoimperialisme.
Para peserta berasal dari berbagai kalangan termasuk kalangan militer, tokoh agama, buruh dan lain lain, selain dari kota Ternate juga sebagian peserta berasal dari Kota Tidore dan pulau lain di Maluku Utara.
Kegiatan Rapat Akbar diawali dengan Tarian Soya-soya untuk menyambut dan memberi semangat para peserta. Tari soya-soya sendiri merupakan tarian perang yang menggambarkan perjuangan rakyat dan kesultanan Islam Ternate dipimpin oleh sultan Baabullah dalam melawan Penjajah Portugis yang telah menangkap dan membunuh ayahandanya Sultan Khairun.
Acara dimulai dengan pembacaan tilawah oleh Ust. Askar Madi Ali. Dalam sambutannya ust. Drs. Fatahillah Syukur, Msi Ketua DPD I menyampaikan tujuan dan urgensi dilaksanakannya untuk memberikan edukasi dan kesadaran politik Islam khususnya akan bahaya Neoliberalisme dan Neoimperialisme yang sedang mengancam negeri ini khususnya Maluku Utara, yang memiliki kekayaan yang melimpah dari tambang, hutan termasuk batu Akik Bacan, namun ternyata kekayaan yang melimpah tidak menjadikan masyarakat Maluku Utara sejahtera begitu pula di sektor yang lain juga tak luput dari kerusakan akibat paham neoliberlisme dan neoimperialisme.
Dalam kegiatan ini di Isi oleh 3 Penceramah yaitu Ust. DR. Abbas Adam, Msi dari Kota Tidore, Ust. N. Faqih Syarif, Msi dari DPD I HTI Jawa timur Surabaya dan KH. Yasin Muthohar dari DPP HTI Jakarta. Dalam ceramah ketiganya mengungkap hubungan antara 4 kesultanan yang ada di Maluku Utara dengan kekhilafahan di Turki serta peran penting Kesultanan Ternate dan Tidore dalam penyebaran Islam di Indoensia Timur dan ke Sulawesi bagian Utara hingga Filipina. Dalam cermah ketiganya juga mengungkapkan akan bahaya akibat hilangnya sistem Pemerintahan Islam Khilafah Islamiyah 94 Tahun Lalu tepatnya pada 28 Rajab 1342 H yang menjadi pangkal (ummur jaraim) dari berbagai permasalahan yang menerpa ummat Islam Saat ini. Ditambah lagi dengan Liberalisme dan Imperialisme dengan gaya baru yang semakin menjauhkan ummat.
Pada akhir ceramahnya KH. Yasin Muthohar yang juga pimpinan Ponpes Al-Abqary di serang Banten mengajak ummat untuk bersama-sama menolak segala bentuk Neoliberalisme dan Neoimperialisme dan beliau juga mengajak para peserta untuk bersama-sama dengan Hizbut Tahrir memperjuangkan Khilafah sebagai pelaksana hukum syariah yang dicontohkan oleh Rasulullah. Acara ditutup dengan pembacaan doa oleh pimpinanan Persaudaraan hafidz dan Qori Maluku Utara Ust. Taha Kotu dan foto bersama oleh para tokoh yang hadir.[]MI HTI Malut