HTI Press, Banda Aceh. Dalam rangka memperingati peristiwa Isra’ Mi’raj dan keruntuhan Khilafah Islam di Turki pada 28 Ra’jab 1342 H, Hizbut Tahrir Indonesia Provinsi Aceh menyelenggarakan Rapat dan Pawai Akbar 1436 H pada hari Ahad (24/5) di Stadion H Dimurthala Lampineung, Banda Aceh.
Dalam Kata Sambutannya, Ketua DPD I HTI Aceh, Ferdiansyah Sofyan menjelaskan tentang latar belakang diambilnya tema Bersama Umat Tegakkan Syariah dan Khilafah dan Selamatkan Indonesia dari Neoliberalisme dan NeoImperialisme negeri muslim lain di seluruh dunia saat ini sedang terbelit berbagai macam masalah dan penderitaan. Berbagai upaya sudah dilakukan namun tidak kunjung segera membuahkan hasil. Hal itu terjadi karena ummat Islam telah berpaling dari penerapan syariah Allah secara kaffah.
Ia juga menyinggung tentang penolakan pemerintah Indonesia dan Malaysia terhadap muslim rohingya. Hal ini terjadi ketika ukhuwah Islamiyah dicampakkan oleh kaum muslimin dan mengambil nasionalisme. dimana nasionalisme telah membuat umat Islam terkotak-kotak dan terpecah belah. Maka, langkah yang diambil oleh umat Islam di Aceh untuk membantu muslim Rohingya sangat patut diapresiasi.
Ketua DPD II HTI Meulaboh menjelaskan bahwa Indonesia sedang dijajah oleh NeoImperialisme dan NeoLiberalisme. Sistem ini menjadikan Pemerintah seperti pemimpin perusahaan dimana hubungan rakyat dan penguasa adalah hubungan bisnis, penjual dan pembeli. Negara ini menjadi Negara Korporasi sedangkan penguasanya menjadi tidak perduli lagi dengan rakyatnya.
Dalam orasi kedua Humas HTI Aceh menjelaskan bahwa kaum muslim dan para ulamanya menyepakati bahwa Khilafah adalah wajib adanya. ”Para imam mazhab yang empat (Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Ahmad, dan Imam Syafi’i) rahimahumullah, telah sepakat bahwa Imamah [Khilafah] itu fardhu, dan bahwa kaum Muslimin itu harus mempunyai seorang Imam (Khalifah) yang akan menegakkan syiar-syiar agama dan menolong orang yang dizalimi dari orang zalim. Mereka juga sepakat bahwa kaum Muslimin dalam waktu yang sama di seluruh dunia, tidak boleh mempunyai dua imam, baik keduanya sepakat atau bertentangan,” ujarnya.
Kemudian Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia menjelaskan umat Islam harus bersatu dan hanya Khilafah yang dapat menyatukan umat Islam. “Tatkala Khilafah tegak, umat ini benar-benar akan mewujud menjadi ummah wâhidah, umat yang satu. Umat yang benar-benar memiliki satu aqidah, satu syariah, dan satu daulah. Umat yang bersatu di bawah naungan râyah wâhidah, râyah lâ ilâh illâl-Lâh Muhammadur Rasûlul-Lâh,” lanjutnya.
Di akhir acara dakwah ini, HTI Aceh melaksanakan pawai yang dimulai dari Stadion H Dimurthala hingga berakhir di Mesjid Raya Baiturrahman. Kegiatan Rapat dan Pawai Akbar dihadiri oleh ribuan peserta dari berbagai elemen umat Islam di Provinsi Aceh. Mulai dari dari Sabang, Banda Aceh, Aceh Besar, Meulaboh, Gayo Lues, Subulussalam, Langsa hingga Singkil.[] mi hti aceh