Perang Pimpinan AS dan Penjualan Senjata Adalah ‘Bisnis yang Sangat Menguntungkan’ di Timur Tengah

rudal Senjata ASWashington mengatakan mereka memberikan senjata ke Timur Tengah untuk pertahanan. Namun, kegiatan ini telah menggerakkan perang sementara memecah-belah wilayah tersebut. Demikian kata Brian Becker Anti-War Answer Coalition.

Saat industri pertahanan AS akan melalui masa booming, Pentagon telah mengumumkan kontrak senjata baru untuk Israel dan Arab Saudi, sekutu utama Amerika di Timur Tengah. Kedua negara ini terlibat dalam konflik di wilayah tersebut.

Berikut adalah wawancara Russia Today (RT) dengan Brian Becker (BB).

RT: Apakah kawasan Timur Tengah berubah menjadi sumber penjualan senjata yang tidak terbatas bagi Amerika?

BB: Ya, memang. Kita bisa melihat selama 14 tahun terakhir. Ini dimulai dengan invasi AS ke Afganistan pada bulan Oktober 2001, lalu invasi AS ke Irak pada tahun 2003 dan pendudukan yang terus berlangsung atas kedua negara itu selama lebih dari satu dekade. Lalu pengeboman atas Libya oleh kekuatan NATO, yang dipimpin oleh AS, dan kemudian memberikan dana dan senjata untuk perang saudara Suriah. Semua itu telah memberikan kontribusi terhadap perpecahan di Timur Tengah. Namun, tentu saja hal itu menjadi sumber keuntungan bagi mereka yang membuat senjata di AS—kompleks industri militer, dan kontraktor perang. Mereka adalah bagian dari prinsip ekonomi Amerika. Bagi mereka ini adalah bisnis yang sangat menguntungkan.

RT: Timur Tengah cukup kaya dalam hal sumberdaya alam, seperti minyak. Apakah itu juga  yang membuat AS tertarik?

BB: Ya, Anda melihat lebih banyak dan lebih banyak sumberdaya di wilayah itu, dari Timur Tengah, dan meskipun wilayah itu memiliki banyak minyak dan beberapa [negara] sangat kaya, wilayah itu sangat miskin. Namun, sejumlah besar sumberdaya di wilayah itu sedang dialihkan untuk pembelian senjata. Siapa yang menjadi sumber senjata? Pada prinsipnya dan yang paling penting adalah para kontraktor perang AS, dan kompleks industri militer, adalah sumber senjata. Dengan demikian orang-orang itu meraup keuntungan yang sangat besar. Ya, semakin besar pasokan senjata, semakin menjadi hampir tak terbatas yang menghabiskan uang dari rakyat di wilayah itu untuk perang yang telah menghancurkan wilayah tersebut dan terus terpecah setiap hari.

RT: Para pembeli senjata dari Arab mengatakan mereka membutuhkan senjata Amerika sebagai alat pertahanan terhadap Iran. Bukankah ini malah meningkatkan ketegangan? Jika Anda memiliki senjata, bukankah Anda lebih mungkin untuk menggunakannya?

BB: Ya. Kami selalu mendengar laporan media bahwa pemerintah Arab, kerajaan-kerajaan Teluk khususnya—yang sebenarnya rezim yang rapuh karena mereka tidak memiliki legitimasi domestic—terus-menerus meminta pemerintah AS untuk mengirimkan senjata lagi. Namun, ada sisi lain persamaan. Di belakang layar pemerintah AS, militer dan orang-orang yang menjual senjata mengatakan kepada pemerintah yang sama—yang benar-benar bergantung pada AS—bahwa mereka perlu meminta senjata. Jadi hal ini berjalan dua arah.

Banyak uang yang ditransfer dari negara-negara penghasil minyak ke kas senjata yang memproduksi senjata dengan alasan membela rezim tersebut. Namun, senjata-senjata itu tidak benar-benar membela rezim. Bahkan Anda dapat melihat masalah yang sebenarnya yang dihadapi oleh rezim itu adalah tuntutan demokrasi di dalam negeri, untuk melakukan perubahan. Bukanlah kekuatan eksternal dari Iran yang benar-benar mengancam rezim itu.

RT: Mengapa AS akan menjual senjata ke musuh Israel, yakni Arab Saudi?

BB: AS memiliki bukan hanya Israel, yang tentu saja memilikinya sebagai penahan prinsipnya, sebagai perpanjangan kekuatan militer AS di Timur Tengah. Israel menerima empat miliar dolar AS setiap tahun—penerima bantuan besar militer yang besar dari AS. Namun, AS tidak mengontrol atau memiliki kekuasaan atas Timur Tengah hanya melalui Israel. Mereka juga menggunakan Saudi Arabia dan kerajaan Teluk. Arab Saudi, meskipun itu adalah sebuah negara Muslim dan negara Islam, mereka bukan musuh Israel. Mereka sebenarnya berkolaborasi dengan Israel dan telah melakukan hal yang seperti itu untuk waktu yang lama. Jadi saya tidak menganggap kita akan melihat Arab Saudi dan Israel sebagai musuh yang harus didukung AS. Saya pikir sebenarnya mereka adalah bagian dari jaringan kontrol dan kekuasaan yang dilakukan oleh AS.

(rt.com, 23/5/2015)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*