Dalam rangka mengingatkan runtuhnya Khilafah, Hizbut Tahrir Wilayah Sudan menggelar Pekan Politik, yang dimulai pada 21 Rajab 1436 H atau 10 Mei 2015 M hingga 28 Rajab 1436 H atau 17 Mei 2015 M. Dalam Pekan Politik banyak dilakukan kegiatan yang mengingatkan umat terhadap tragedi runtuhnya Khilafah dan kewajiban untuk menegakkannya kembali.
Di Mahalliyah Ummu Darman mengadakan panggung dialog di wilayah Mauqif al-Tsaurat, dimana selama kegiatan itu telah distribusikan banyak selebaran yang bergema dengan baik di hati masyarakat. Sedang di Mahalliyah al-Qadarif, 410 km sebelah timur Khartoum, untuk kedua kalinya sepanjang minggu ini, Hizbut Tahrir menggelar panggung dialog, pada 23 Rajab 1436 H atau 12 Mei 2015 M, di sebuah pasar besar, dimana kegiatan itu mendapat reaksi dan sambutan baik dari publik.
“Sungguh, kalian telah mengingatkan kami pada hari-hari kemuliaan dan kekuatan,” demikian komentar salah satu mahasiswa setelah selesainya dialog politik, yang digelar para syabab Hizbut Tahrir di Universitas al-Nilain, pada Fakultas Sastra, dan disusul dengan panggung dialog di Fakultas yang yang sama, sehingga menciptakan gerakan mencolok yang membuat orang mendatangi Fakultas tersebut.
Pada hari yang sama, yaitu hari Selasa, Hizbut Tahrir menggelar dialog politik lainnya di Universitas Al-Qur’an Al-Karim. Acara itu mampu membius banyak mahasiswa untuk datang, hingga membuat para penjilat rezim kebakaran jenggot, lalu melakukan berbagai kampanye yang mendistorsi dan mengacaukan kegiatan itu melalui pengeras suara, namun yang terjadi justru sebaliknya, yang mencerminkan tindakan positif, dimana orang-orang semakin terbius untuk merapat ke seruan kebenaran.
Para syabab Hizbut Tahrir juga melakukan pawai atau longmatch di dalam komplek Universitas, dan selama pawai para mahasiswa terus meneriakkan slogan-slogan yang menuntut untuk menegakkan kembali Khilafah. Pawai itu berlangsung begitu mengesankan hingga tidak sedikit para mahasiswa yang bergabung, yang mencerminkan perasaan Islam yang tinggi dalam diri generasi kaum Muslim, dan dukungan mereka terhadap dakwah.
Di Mahalliyah Bahri, Hizbut Tahrir mengadakan panggung dialog di pusat kota, di depan Masjid Agung sambil membagikan sejumlah nasyrah, dan surat kabar ar-Rayah. Panggung dialog itu mampu menarik sejumlah besar warga, sehingga membuat marah aparat keamanan. Namun mereka tidak berani memarahi massa yang sedang lapar dan haus akan Islam dan hukum-hukumnya. Sehingga mereka tidak menghalangi kegiatan syabab Hizbut Tahrir itu.
Mahalliyah Bahri juga mengadakan kuliah di masjid Mus’ab bin Umair, dengan judul: “94 Tahun Umat Tanpa Khilafah”. Kuliah ini disamaikan oleh juru bicara resmi Hizbut Tahrir Wilayah Sudan, al-Ustadz Ibrahim Usman Abu Khalil.
Di Mahalliyah Kosti, sekitar 350 kilometer selatan Khartoum, Hizbut Tahrir menggelar panggung dialog di kota Al-Jazirah, di depan Masjid Jami’ al-Kaun Abadi. Kegiatan dakwah ini mendapat tanggapan baik dari publik.
Sementara di Mahalliyah Kadugli, 589 km dari Khartoum, Hizbut Tahrir mengadakan kuliah di Masjid Al-Anshar, dengan judul: “Apa Yang Hilang Dari Umat Akibat Runtuhnya Khilafah”. Kuliah ini disampaikan oleh Al-Ustadz Abdul Azim Isa. Dan di Mahalliyah yang sama, Hizbut Tahrir juga mengadakan kuliah dengan judul yang sama pula, di Masjid Al-Atiq. Dalam kuliah ini banyak pertanyaan yang diajukan terkait Khilafah dan tata cara baiat. Kedua kegiatan ini mendapatkan reaksi sangat baik dan luar biasa dari publik.
Di Port Sudan, sekitar 675 km dari Khartoum, Hizbut Tahrir mengadakan panggung dialog, di kota Port Sudan, dimana selama acara itu berlangsung banyak interaksi pemikiran yang menyentuh dan berpengaruh dengan masyarakat. Kegiatan ini merupakan rangkaian acara yang dilakukan Hizbut Tahrir di seluruh dunia. (sumber : http://www.hizb-ut-tahrir.info/info/)