Berdasarkan data Departemen Kesehatan per 31 Desember 2008 angka kasus AIDS di Jawa Barat menempati posisi tertinggi di Indonesia dengan jumlah 2888 kasus sedangkan posisi kedua ditempati oleh DKI Jakarta dengan jumlah 2781, Jawa Timur 2591 kasus dan Papua 2382 kasus.
Urutan pertama kasus AIDS yang paling banyak ditemukan berasal dari Kota Bandung dengan 1.856 kasus, Kota Bekasi sebanyak 421 kasus, Kota Bogor 300 kasus, Kota Sukabumi 139 kasus, Kota Cirebon 76 kasus dan Kabupaten Subang 42 kasus.
Menanggapi tingginya kasus AIDS di Jabar, Pengelola Program Komisi Penanggulangan AIDS Propinsi (KPAP) Jabar, Landry Kusmono di Bandung, Selasa mengatakan besarnya kesadaran masyarakat beresiko tinggi untuk memeriksakan diri menjadi alasan utama tingginya kasus yang ditemukan.
“Setiap bulannya KPAP menerima laporan bahwa sekitar 300 orang melakukan pemeriksaan tes HIV/AIDS di rumah sakit, klinik, Puskesmas yang dirujuk sehingga tercermin tingginya kesadaran masyarakat untuk mengetahui kondisinya lebih dini,” katanya.
Beberapa faktor lainnya yang mempengaruhi tingginya kasus ini adalah lebih dari 40 Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang dengan gencar membantu pemerintah memberikan informasi penanggulangan HIV/AIDS.
“Masyarakat juga dapat mendatangi sekitar 34 rumah sakit, klinik ataupun Puskesmas di Jawa Barat yang telah memberikan pelayanan dan pemeriksaan atau Volunteer Counseling and Testing (VCT) dengan harga yang terjangkau,” katanya.
Landry menjelaskan angka penderita AIDS di Jabar lebih tinggi dari penderita HIV, hal ini dikarenakan pasien yang memiliki perilaku resiko tinggi pada masa lalu baru mau memeriksakan diri setelah mengetahui informasi adanya penyakit ini.
“Namun tingginya angka ini tidak menjadikan KPAP berputus asa tapi sebaliknya karena data tersebut menunjukkan adanya pemahaman atas penyakit HIV/AIDS,” katanya.
Untuk Jabar, kasus penderita AIDS didominasi oleh pengguna jarum suntik narkotika sedangkan sisanya berasal dari penularan secara seksual di kalangan heteroseksual, homoseksual ataupun bayi yang tertular ibu kandungnya.
“Kendala dari kebijakan ditutupnya lokalisasi seringkali membuat kami kesulitan untuk melakukan “mobile clinic” dan memberikan informasi,” katanya.
Data yang dikeluarkan Departemen Kesehatan menunjukkan hingga September jumlah penderita AIDS sebanyak 2300 orang artinya 500 kasus AIDS ditemukan selama kurun waktu Oktober hingga Desember 2008. (mediaumat.com, 12/02/09)
ya.. beginilah buah dari sistem kapitalisme.. :-(
ini tantangan baru buat gebernur Jabar untuk memberantas segala macam bentuk kemaksiatan agar masyarakat Jabar tidak terkena berbagai macam penyakit, baik aids dan yang lainnya, tutup saja tempat2 kemaksiatan dan berantas segala macam narkoba, tingkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya narkoba dan tempat2 maksiat, ajak mereka kembali kepada Islam dengan meningatkan Iman dan Taqwa.
itulah hasil penerapan dari sistem sekularisme…
sistem yang bobrok dan cacat dari lahir..
GANTI REZIM DAN GANTI SISTEM!!!
Islam tegak
Maksiat di babat
Percayalah…
Innalillahi wa inna ilaihi roji’un
Tetap saja Ind kok ra ndang melek, ini itu akibat liberalisme yang mereka ujo
mana sich kebijakan pemerintah untuk penanggulangan kasus HIV/AIDS ini??
uda terlalu banyak korban akibat HIV,masanya nggak ada apa cara yang lebih ampuh untuk mencegahnya??
back to syariah…. solusi total…
tuk warga JABAR biar ga makin lieur, back to syariah…. solusi total…
ITU SMUA akbt dr liberalisme…untuk menanggulanginya tegakkanlah syariah!!!
maka Insya Allah khdpn mnjd brkh…Aamiin…