Amerika Serikat (AS), menyatakan belum diketahui secara jelas dampak pemilu Israel bagi proses perdamaian di Timur Tengah, hingga terpilihnya perdana menteri baru. Demikian diungkapkan juru bicara Gedung Putih, Robert Gibbs, seperti dikutip Hareetz, Kamis (12/2).
Setelah perhitungan suara pemilu Israel mencapai 99 persen, Partai Kadima yang dipimpin Menlu Tzipi Livni, meraih kursi 28 kursi di parlemen. Namun angka ini tak terpaut jauh dengan partai sayap kanan pimpinan Benjamin Netanyahu, Partai Likud. Hasil sementara pemilu ini membuat sejumlah pejabat AS merasa kebingungan.
Siapa pun yang nantinya akan menjadi perdana menteri baru Israel, kemungkinan tak akan terobosan besar terkait upaya perdamaian di Timur Tengah. Namun Gibbs mengatakan bahwa Presiden Barack Obama akan terus menjalin hubungan baik dengan Israel siapa pun yang nantinya akhirnya menjadi perdana menteri.
Secara terpisah, juru bicara Deplu AS, Robert Wood, juga mengatakan pemerintah AS akan terus bekerja sama dengan pemerintahan baru Israel siapa pun yang memimpinnya. ”Pemerintahan perlu dibentuk. Kami akan melakukan pembicaraan saat pemerintahan baru terbentuk. Siapa pun yang pemerintahan kami akan tetap menjalin kerja sama dengan Israel.”
Terkait kemungkinan partai anti-Arab, Yisrael Beiteinu, masuk dalam koalisi pemerintahan baru Israel kelak, Wood mengatakan semuanya terserah pada rakyat Israel. ”Ini bukan kepentingan AS melakukan karakterisasi seperti itu. Itu semua pilihan warag Israel. Kami memiliki agenda besar dengan pemerintahan Israel,” katanya menegaskan.
Wood mengatakan bahwa AS telah menjalin kerja sama selama bertahun-tahun dengan pemerintah Israel, mencoba memberikan pengaruh pada proses perdamaian di Timur Tengah. Ini masih tetap menjadi tujuan baik AS maupun Israel. ”Birkanlah sebuah pemerintahan baru terbentuk dan kita berharap pemerintahan baru terus akan mendorong proses perdamaian.”
Pada Rabu (11/2) petang, Obama melakukan pembicaraan dengan Presiden Israel, Shimon Peres, dan menyampaikan selamat atas proses pemilu di Israel. ”Rakyat Israel mestinya berbahagia dengan contoh demokrasi yang telah mereka tunjukkan kepada dunia. Kami juga menegaskan kembali untuk mengupayakan solusi dua negara,” katanya. (Republika, 12/02/09)
gak ada bedanya kok dengan yang sudah sudah, sama2 yahudi juga kok, jahat, bengis, brutal, kejam, sadis, tidak berprikemanusiaan, tetap bangsa monyet dan babi, sangat pengecut, licik, pemakan riba, mereka meyakini selain mereka adalah binatang dan budak yang harus melayani yahudi,mereka tetap merupakan sejahat jahatnya makhluk dan tempat kembalinya kelak diakhirat adalah neraka jahanam dan kekal mereka selama lamanya di dalamnya.