Taushiyyah RPA 1436 H KH Hafidz Abdurrahman

Oleh: KH Hafidz Abdurrahman

ﺍﻟﺴﻼﻡ ﻋﻠﻴﻜﻢ ﻭﺭﺣﻤﺔ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺑﺮﻛﺎﺗﻪ، ﺍﻟﺤﻤﺪ ﻟﻠﻪ ﺍﻟﺬﻱ ﺻﺪﻕ ﻭﻋﺪﻩ، ﻭﻧﺼﺮ ﻋﺒﺪﻩ، ﻭﺃﻋﺰ ﺟﻨﺪﻩ ﻭﻫﺰﻡ ﺍﻷﺣﺰﺍﺏ ﻭﺣﺪﻩ.. ﺃﺷﻬﺪ ﺃﻥ ﻻ ﺇﻟﻪ ﺇﻻ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺣﺪﻩ ﻻ ﺷﺮﻳﻚ ﻟﻪ، ﻭﺃﺷﻬﺪ ﺃﻥ ﻣﺤﻤﺪﺍ ﻋﺒﺪﻩ ﻭﺭﺳﻮﻟﻪ، ﻻ ﻧﺒﻲ ﺑﻌﺪﻩ
[ﺃﻣﺎ ﺑﻌﺪ ]

Saudara-saudara Peserta Rapat dan Pawai Akbar 1436 H dimuliakan oleh Allah..

Apa yang saudara-saudara lakukan hari ini mengingatkan kita pada peristiwa Perang Tabuk. Perang yang dipimpin oleh Rasulullah saw. bersama 30,000 tentara kaum Muslim melawan emperium Romawi.

Ketika itu, Nabi saw. berangkat dari Madinah tepat bulan Rajab 9 H. Suhu panas saat itu diperkirakan mencapi 40oc, sangat panas. Bukan hanya panas, Madinah saat itu pun gagal panen, dan banyak tanaman yang rusak.

Sementara biaya yang dibutuhkan untuk peperangan ini sangat besar, karena besarnya jumlah pasukan dan jarak antara Madinah dan Tabuk, yang ada di wilayah Syam, sangat jauh.

Musuh yang dihadapi pun bukan musuh biasa, tetapi negara adidaya, Romawi. Karena itu, tingkat kesulitan misi pasukan ini pun luar biasa. Wajar, jika pasukan ini kemudian disebut Jaisy ‘Usyrah [tentara sulit].

Saudara-saudara sekalian, apakah dalam situasi seperti ini Rasulullah mundur? Tidak.

Apakah dalam situasi seperti ini nyali kaum Muslim ciut? Tidak.
Hanya orang-orang Munafikyang kendur nyalinya.

Lihat, ketika kaum Muslim berlomba menginfakkan hartanya, ‘Utsman bin ‘Affan memberikan 200 unta, dengan pelananya, 200 Auqiyyah, ditambah 1000 Dinar yang diserahkan di kamar Nabi saw. Dia pun terus menginfakkan hartanya, hingga 700 unta, 100 kuda, selain uang.

Sampai Nabi saw. pun memberikan kesaksian untuknya, “Setelah hari ini, tidak ada satupun perbuatan yang bisa membahayakan ‘Ustman.” [Hr. at-Tirmidzi].

Setelah itu, ‘Abdurrahman bin ‘Auf datang membawa 200 Auqiyah Perak. Abu Bakar memberikan seluruh hartanya, dan tak menyisakan sedikitpun untuk keluarganya. Jumlahnya mencapai 4000 Dirham. ‘Umar datang dengan membawa separo hartanya.

‘Abbas membawa harta yang banyak. Thalhah, Sa’ad bin ‘Ubadah, dan Muhammad bin Maslamah, semuanya membawa harta. Kaum Muslim pun berbondong-bondong menginfakkan hartanya, ada yang banyak dan sedikit. Kaya dan miskin, semuanya berinfak, tanpa kecuali. Bahkan, ada yang hanya memberikan 1 atau 2 Mud.
Tak ada seorang pun yang menahan hartanya, kecuali orang Munafik.

Saudara-saudara sekalian, orang-orang Munafik ini bukan hanya tidak mau ikut berperang, dan tidak mau berinfak, tetapi mereka juga terus- menerus menghembuskan “jiwa pengecut” di tengah-tengah kaum Muslim.

Allah menegaskan:

ﻓَﺮِﺡَ ﺍﻟْﻤُﺨَﻠَّﻔُﻮْﻥَ ﺑِﻤَﻘْﻌَﺪِﻫِﻢْ ﺧِﻼَﻑَ ﺭَﺳُﻮْﻝِ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﻛَﺮِﻫُﻮْﺍ ﺃﻥْ ﻳُﺠَﺎﻫِﺪُﻭْﺍ ﺑِﺄَﻣْﻮَﺍﻟِﻬِﻢْ ﻭَﺃَﻧْﻔُﺴِﻬِﻢْ ﻓِﻲ ﺳَﺒِﻴْﻞِ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﻗَﺎﻟُﻮْﺍ ﻻَ ﺗَﻨْﻔِﺮُﻭْﺍ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺤَﺮِّ ﻗُﻞْ ﻧَﺎﺭُ ﺟَﻬَﻨَّﻢَ ﺃَﺷَﺪُّ ﺣَﺮًّﺍ ﻟَﻮْ ﻛَﺎﻧُﻮْﺍ ﻳَﻔْﻘَﻬُﻮْﻥَ، ﻓَﻠْﻴَﻀْﺤَﻜُﻮْﺍ ﻗَﻠِﻴْﻼً ﻭَﻟْﻴَﺒْﻜُﻮْﺍ ﻛَﺜِﻴْﺮًﺍ ﺟَﺰَﺍﺀً ﺑِﻤَﺎ ﻛَﺎﻧُﻮْﺍ ﻳَﻜْﺴِﺒُﻮْﻥَ
[ﺳﻮﺭﺓ ﺍﻟﺘﻮﺑﺔ 82-81 : ]

“Orang [Munafik] yang ditinggalkan [tidak ikut berperang] itu merasa gembira dengan tinggalnya mereka di belakang Rasulullah, dan mereka tidak suka berjihad dengan harta dan jiwa mereka di jalan Allah. Mereka berkata, “Janganlah kamu berangkat [berperang] dalam panas terik ini.”

Katakanlah, “Neraka Jahannam itu lebih dahsyat panasnya.” Jika mereka tahu. Biarkanlah mereka tertawa sedikit [di dunia], dan banyak menangis [di akhirat] sebagai balasan dari apa yang telah mereka lakukan.” [Q.s. at-Taubah: 81-82]

Saudara-saudara sekalian, lalu apa hasil jerih-payah kaum Muslim dalam Perang Tabuk?

Tentara negara adidaya Romawi itu pun melarikan diri, tidak berani menghadapi Jaisy ‘Usyrah yang luar biasa itu. Mereka gemetar setelah mendengar kehebatan Jaisy ‘Usyrah yang sanggup menaklukkan berbagai rintangan, mulai dari suhu panas di atas 40oc, logistik yang tak memadai dan perjalanan yang sangat jauh.

Jaisy ‘Usyrah ini pun meraih kemenangan tanpa perang.

Saudara-saudara sekalian, kondisi kita sekarang seperti Jaisy ‘Usyrah, saat negeri ini didera krisis, karena cengkraman Neo-Imperialisme dan Neo-Liberalisme, kondisi panas terik yang luar biasa, dan rintangan yang tidak ringan. Namun, saya melihat wajah-wajah Ja’far dan keluarganya yang begitu luar biasa, saat menggenggam erat Rayah, sembari berkata:

ﻳَﺎ ﺣَﺒَّﺬَﺍ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔُ ﻭَﺍﻗْﺘِﺮَﺍﺑُﻬَﺎ ﻃَﻴِّﺒَﺔٌ ﺑَﺎﺭِﺩَﺓٌ ﺷَﺮَﺍﺑُﻬَﺎ ﻭَﺍﻟﺮُّﻭﻡُ ﺭُﻭﻡٌ ﻗَﺪْ ﺩَﻧَﺎ ﻋَﺬَﺍﺑُﻬَﺎ ﻋَﻠَﻲَّ ﺇِﻥْ ﻻﻗَﻴْﺘُﻬَﺎ ﺿِﺮَﺍﺑُﻬَﺎ

“Wahai alangkah indahnya surga, duhai dekatnya ia. Bagus dan dingin minumannya. Romawi adalah Romawi, adzab untuknya benar-benar dekat. Jika aku berjumpa dengannya, pasti aku akan menghancurkannya.”

Dia genggam erat Rayah itu hingga kedua legannya terpenggal. Pun tak membuat nyalinya surut, hingga direngkuh dengan sisa-sisa lengannya sampai akhirnya tubuhnya pun tumbang oleh senjata lawan.

Saudara-saudara sekalian, genggamlah Rayah dan Liwa’ Rasulullah itu, sebagaimana Ja’far menggegamnya.. Jangan lepas, ayo kibarkan.

Karena, itulah tiket Ja’far mendapatkan surga-Nya..

Jika saudara-saudara dihinggapi rasa khawatir dan takut, maka renungkanlah ucapan ‘Abdullah bin Rawwahah:

ﺃَﻗْﺴَﻤْﺖُ ﻳَﺎ ﻧَﻔْﺲُ ﻟَﺘَﻨْﺰِﻟِﻨَّﻪْ ﻃَﺎﺋِﻌَﺔً ﺃَﻭْ ﻟَﺘُﻜْﺮَﻫِﻨَّﻪْ ﺇِﻥْ ﺃَﺟْﻠَﺐَ ﺍﻟﻨَّﺎﺱُ ﻭَﺷَﺪُّﻭﺍ ﺍﻟﺮَّﻧَّﺔْ ﻣَﺎ ﻟِﻲ ﺃَﺭَﺍﻙِ ﺗَﻜْﺮَﻫِﻴﻦَ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔْ ﻗَﺪْ ﻃَﺎﻟَﻤَﺎ ﻗَﺪْ ﻛُﻨْﺖِ ﻣُﻄْﻤَﺌِﻨَّﺔْ ﻫَﻞْ ﺃَﻧْﺖِ ﺇِﻻ ﻧُﻄْﻔَﺔٌ ﻓِﻲ ﺷَﻨَّﺔْ

“Demi Allah, aku bersumpah, wahai Jiwaku, kamu harus benar-benar menerjuninya dengan suka rela, atau kamu benar-benar membencinya. Jika orang-orang telah meraih [syahid] dan mengeraskan jeritan, aku melihatmu membenci surga. Sudah lama nian engkau merasa tenang. Padahal, bukankah engkau dahulu hanya setetes mani di tempat yang hina?”

Iya, kita hanyalah setetes mani tak ada harganya. Kemudian Allah memuliakan kita dengan syariah-Nya. Surga pun terbentang untuk kita di sana.

Mari bersegera, kita ketuk pintunya, agar kita bisa memasukinya..

Saudara-saudara sekalian, ketuklah pintu-pintu surga itu dengan sekuat- kuatnya, dengan perjuangan kalian, menegakkan syariah dan Khilafah. Itulah perjuangan yang bisa membuka pintu-pintu surga Allah SWT…

Takbir, Allahu akbar 3 x (tausiyah ini di sampaikan ke sekitar150 ribu orang sabtu lalu (30/5), di gelora Bung karno)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*