Seperti biasanya, kegiatan mengenang keruntuhan Khilafah—kali ini menginjak 94 tahun—melalui tangan Mustafa Kemal kembali dilakukan. Kegiatan ini dilakukan untuk memberitahu kaum Muslim akan bencana besar keruntuhan negara Khilafah ini. Kegiatan ini juga dimaksudkan agar mereka menyadari bahwa berbagai masalah dan bencana yang terjadi hari ini adalah karena ketiadaan negara Khilafah, juga agar mereka berjuang untuk mengembalikan kehidupan Islam dengan mendirikan negara Khilafah.
Dalam rangka itu, pada tahun ini, para syabāb (aktivis) Hizbut Tahrir di Yaman memasang sejumlah spanduk di beberapa kotadi Yaman, termasuk di Ibukota Sana’a, pada hari Rabu, 27/05/2015 M, dengan tema yang berbeda, di antaranya, “Yang Akan Mengalahkan Kaum Kafir Penjajah dan Para Anteknya…Khilafah Rasyidah ‘ala Minhaj an–Nubuwah”. Pada spanduk-spanduk itu disertakan nomor telepon Hizbut Tahrir Wilayah Yaman.
Sungguh hal itu telah mengundang opini publik yang signifikan. Pasalnya, belum pernah terjadi sebelumnya saat banyak orang menghubungi serta menyetujui gagasan dan perjuangan ini. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang ingin kenal lebih dekat untuk ikut berjuang bersama Hizbut Tahrir. Itu mereka lakukan setelah mereka merasakan kebenaran dari apa yang mereka lihat. Mereka pun menyadari bahwa semua bencana yang menimpa mereka adalah karena tidak adanya institusi yang melindungi kaum Muslim, juga akibat persekongkolan negara-negara kafir ketika itu—Inggris, Prancis dan Rusia—untuk menghancurkan institusi pemerintahan kaum Muslim, negara Khilafah.
Namun, ketika masuk malam hari, semua spanduk itu diturunkan paksa oleh Kelompok Houthi. Kemudian mereka menghubungi nomor telepon yang ada di spanduk untuk melampiaskan kemarahannya terhadap Hizbut Tahrir dan merendahkan gagasan untuk menegakkan Khilafah Rasyidah ‘ala Minhaj an-Nubuwah.
*** *** ***
Kelompok Houthi mengusung tema “Pawai Al-Quran” ketika mereka keluar dengan memikul senjata dari Saada menuju Sana’a, lalu ke wilayah Yaman lainnya. Padahal juru bicara resmi mereka, Muhammad Abdul Salam, mengatakan, “Kami menginginkan negara sipil demokratis.” Pemimpin mereka, Abdul Malik al-Houthi, juga mengirimkan pesan untuk menyakinkan dunia ketika mereka mendekati Sana’a bahwa ia akan terus menjaga sistem republik.
Sungguh, yang mengejutkan di sini adalah bagaimana mungkin “Pawai Al-Quran”tidak cocok dengan Khilafah Rasyidah ‘ala Minhaj an-Nubuwah? Bagaimana mungkin pula al-Quran berseberangan dengan syariah Islam yang mulai disadari oleh kaum kafir sehingga mereka berusaha keras untuk mencegah penerapannya?
Kelompok Houthi membuang spanduk-spanduk Hizbut Tahrir. Padahal mereka tahu bahwa Hizbut Tahrir berjuang untuk melaksanakan firman Allah SWT (yang artinya): “Hendaklah ada di antara kalian segolongan umat yang menyerukan kebajikan, melakukan amar makruf nahi mungkar; merekalah orang-orang yang beruntung (TQS Ali Imran [3]: 104).
Tujuan Hizbut Tahrir adalah mengembalikan kehidupan Islam dengan mendirikan negara Khilafah setelah Khilafah diruntuhkan pada tanggal 28 Rajab 1342 H. / 3 Maret 1924 M. Adapun metode Hizbut Tahrir dalam memperjuangkan tegaknya kembali Khilafah adalah metode Rasulullah saw. dalam menegakkan Negara Islam pertama di Madinah al-Munawwarah.
Bahkan para syabāb (aktivis) Hizbut Tahrir telah bertemu dengan Badruddin al-Houthi dan berdiskusi dengan dia. Sekarang pun para syabāb (aktivis) Hizbut Tahrir bertemu dengan Kelompok Houthi dan berdiskusi dengan mereka. Lalu mengapa mereka melancarkan serangan ini kepada Hizbut Tahrir dengan menurunkan secara paksa spanduk-spanduk Hizbut Tahrir dari jalan-jalan, lalu mereka menyebut Hizbut Tahrir dengan sebutan dan sifat yang tidak ada pada Hizbut Tahrir? Tidakkah akal sehat Kelompok Houthi menyadari bahwa Khilafah adalah hukum syariah dan menegakkan Khilafah adalah wajib bagi mereka, sebagaimana hal itu juga wajib bagi seluruh kaum Muslim? Atau mereka benar-benar sedang menunggu keluarnya seseorang dari ruang bawah tanah untuk melaksanakan kewajiban itu atas nama mereka? Apa yang akan mereka katakan, ketika Tuhan semesta alam bertanya kepada mereka, “Mengapa kalian tidak menerapkan Islam, dan tidak memerintah berdasarkan syariah-Ku, padahal pengaruh kalian sudah mendominasi pemerintahan di Yaman? Apakah kalian tidak mampu? Jadi, kalian belum mendapatkan kekuasaan?
Kapan Kelompok Houthi ini dan para pengikutnya menyadari bahwa Islam itu artinya tindakan sekaligus perkataan, bukan sekadar perkataan tanpa tindakan. Allah SWT berfirman (yang artinya): Hai orang-orang yang beriman, mengapa kalian mengatakan apa yang tidak kalian perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kalian mengatakan apa-apa yang tidak kalian kerjakan (TQS ash-Shaff [61] : 2-3).
Kewajiban mereka adalah melakukan banyak tindakan yang menunjukkan pengetahuannya tentang hukum-hukum syariah dan penjagaannya, misalnya mengurusi semua urusan seperti yang dikehendaki oleh Islam, bukan yang dikehendaki oleh “dunia modern” sekarang, yaitu dunia kapitalisme. Jika mereka memberi sesuatu tentang keamanan, maka mereka tidak menyangkalnya, tetapi mereka tidak dapat memberikan masyarakat kecukupan untuk kebutuhan hidupnya. Sejauh ini mereka tidak membedakan antara kepemilikan publik “yang mana seluruh masyarakat ikut memilikinya” seperti minyak dan gas, dan yang dibangun di atas keduanya, seperti listrik, pendidikan, pertanian, dan lain-lainnya; serta antara memperlakukan para politisi yang menentangnya, sehingga mereka membalas hujjah dengan hujjah, aktifitas politik dengan aktifitas politik, bukan dengan premanisme seperti yang dilakukan orang-orang sebelumnya, dan mereka tidak memberikan keamanan untuk diri mereka dengan cara yang tidak kurang buruknya dari penguasa sebelumnya, Saleh, yang memata-matai semua orang di tempat-tempat mereka hidup, menangkapi mereka, serta memutus sarana-sarana komunikasi, telepon dan memblokir situs-situs internet.
Wahai Kelompok Houthi:
Sesungguhnya Islam itu adalah agama yang diturunkan oleh Allah SWT, Tuhan semesta alam, kepada Nabi Muhammad saw. Allah SWT telah memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw. dan kaum Muslim sesudahnya untuk menerapkan Islam dalam bingkai negara. Jika selain kalian tidak baik dalam menerapkan Islam, lalu mengapa kalian tidak melakukan perbuatan Rasulullah saw. sekarang, sedangkan kalian sudah meraih kekuasaan. Untuk itu, terapkanlah Islam dan janganlah kalian menyalahi Islam. Sekali lagi, mengapa kalian tidak menerapkan Islam? (Ir. Syafiq Khamis, Hizb-ut-tahrir.info, 31/05/2015).