Kokohkan Perjuangan Penegakan Khilafah

11391438_10205410028747509_5392013039443250733_nRapat dan Pawai Akbar ini diselenggarakan sebagai medium untuk mengokohkan visi dan misi perjuangan umat untuk tegaknya kembali kehidupan Islam dalam naungan khilafah.

Bulan Rajab menjadi momentum penting bagi kaum Muslim. Pada bulan tersebut lebih 1400 tahun lalu Allah SWT memperjalankan baginda Rasulullah Muhammad SAW pada suatu malam dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsha di Palestina, kemudian naik ke Sidratul Muntaha. Inilah peristiwa Isra’ Mi’raj yang sangat monumental, yang kelak sangat berpengaruh pada perjalanan hidup Rasulullah dan umatnya.

Nah, pada bulan yang sama, persisnya pada tahun 1342 Hijriah – 94 tahun lalu – Khilafah Utsmani yang berpusat di Turki diruntuhkan oleh tangan-tangan kafir penjajah. Peristiwa itu menjadi pangkal timbulnya berbagai malapetaka yang menimpa kaum Muslimin di seluruh dunia atau ummul jaraaim.

Nah kenapa Hizbut Tahrir menyelenggarakan berbagai kegiatan di seluruh dunia pada saat tersebut? Untuk meratapi momentum menyedihkan itu? Juru bicara Hizbut Tahrir Indonesia M Ismail Yusanto menampiknya. Ia menegaskan, justru ini adalah saatnya untuk membangkitkan dan mengokohkan pendirian bahwa perjuangan penegakan syariah dan khilafah tidak boleh surut sedikitpun.

Bagi Indonesia sendiri, kata Ismail, Rapat dan Pawai Akbar yang ini bertajuk Bersama Umat Tegakkan Syariah dan Khilafah ini sangat releven. Mengingat negeri ini, juga negeri Muslim lain di seluruh dunia sedang terbelit berbagai macam masalah dan penderitaan. Berbagai upaya sudah dilakukan namun tidak kunjung segera membuahkan hasil.

“Rezim berulang berganti, namun tidak ada perubahan yang berarti. Yang ada hanyalah pergantian. Ganti presiden, ganti menteri, ganti gubernur, ganti walikota dan bupati, tapi hasilnya tetaplah sama. Kemiskinan dan penderitaan tetap terjadi di mana-mana, kriminalitas dan kemaksiatan tetap merajalela, kemungkaran juga tidak dapat dihentikan,” paparnya.

Makanya, menurut Ismail, Rapat dan Pawai Akbar ini diselenggarakan sebagai medium untuk mengokohkan visi dan misi perjuangan umat untuk tegaknya kembali kehidupan Islam dalam naungan khilafah. “Visi dan misi ini penting untuk terus ditegaskan dan dikokohkan terlebih di tengah arus besar yang tengah mengancam keselamatan negeri ini, yakni neoliberalisme dan neoimperialisme,” tandasnya.

Dampak Politik

Secara politik penyelenggaraan Rapat dan Pawai Akbar ini akan berpengaruh secara politik baik di Indonesia maupun di seluruh dunia. Paling tidak, opini yang dibangun melalui acara ini lebih menguatkan perjuangan syariah dan khilafah di berbagai penjuru dunia.

Juru bicara Hizbut Tahrir Australia Wassim Doureihi menilai, acara ini mampu mengesahkan eksistensi kaum Muslim. “Pertemuan ini secara tegas menunjukkan bahwa umat cinta Islam dan ingin hidup dengan Islam,” tandasnya, usai acara di Gelora Bung Karno Jakarta, Sabtu (30/5).

Berkumpulnya ratusan ribu orang tersebut pun mengindikasikan bahwa kaum Muslim memiliki loyalitas kepada Islam. “Mereka masih memiliki keterikatan yang kuat dengan Islam,” tutur Wassim. Dunia pun jadi tahu apa yang sebenarnya diinginkan oleh kaum Muslim.

Selain itu, acara ini akan meningkatkan kepercayaan diri para pejuang syariah dan khilafah di seluruh dunia bahwa perjuangan mereka selama ini terus mendapat dukungan nyata dari umat. Dukungan itu semakin hari kian kuat. “Acara ini akan memberikan pengaruh yang mendalam bagi kaum Muslim di seluruh dunia,” kata Wassim.

Pertemuan besar seperti ini, lanjutnya, akan menguatkan keyakinan diri kaum Muslim setelah selama hampir seabad dalam cengkeraman orang kafir atau antek penjajah. “Ini menunjukkan aktivitas dakwah dan keyakinan bahwa umat akan berdiri di atas kakinya sendiri dengan rasa percaya diri,” tandasnya.

Dengan perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat, Rapat dan Pawai Akbar ini akan menyebar ke seluruh dunia dan menjadi bahan perbincangan dan diskusi, tidak hanya bagi kaum Muslim tapi juga yang lain. Termasuk pemerintahan yang berkuasa. Acara ini bisa menggentarkan musuh-musuh Islam.

Seperti pernah disampaikan Utsman Bakhash, Ketua Kantor Media Pusat (CMO) Hizbut Tahrir, acara seperti ini bisa membantah media-media Barat yang menyatakan bahwa kaum Muslim menginginkan demokrasi, ingin negara madani. Bahkan, acara seperti ini pula yang telah ‘menampar pipi’ musuh Islam terutama Amerika yang pada 2005 presidennya saat itu, George W Bush menyatakan bahwa gerakan inilah yang sesungguhnya yang membahayakan karena ingin mendirikan negara yang menyatukan umat Islam dari Indonesia sampai Spanyol.

Acara besar ini menegaskan apa yang diinginkan oleh umat yang datang dari berbagai negeri –bukan hanya dari Indonesia saja—akan tegaknya kembali khilafah. Ini sama dengan yang disampaikan Zayno Baran, seorang peneliti dari Nixon Center Amerika, yang menyatakan, sepuluh tahun lalu ide penegakan khilafah ditolak masyarakat, namun sekarang tuntutan menegakkan khilafah mendapatkan sambutan yang luar biasa.

Bahkan Joe Shea, pemimpin redaksi The American Reporter, memberikan nasihat kepada Presiden Amerika Barrack Obama untuk tidak mencoba menghalangi seruan penegakan khilafah. Karena pemikiran ini sudah tidak akan bisa dibendung lagi, meskipun coba dibungkam dengan kekuatan militer. []

Sumber: Tabloid mediaumat no 152

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*