Para aktivis Mesir mengatakan mereka telah mendokumentasikan kenaikan jumlah penghilangan paksa selama dua bulan terakhir, dalam banyak kasus di mana para korban dibawa tanpa surat perintah dan polisi menyangkal mereka tahu keberadaan para korban.
Mereka telah diculik dari rumah-rumah mereka, jalan-jalan, bahkan dari universitas. Beberapa orang dari mereka muncul dalam keadaan tidak bernyawa, sementara yang lain baru saja lenyap.
Para aktivis pembela HAM mengatakan eskalasi hilangnya puluhan mahasiswa dan aktivis ini adalah hasil dari kampanye pemerintah untuk melawan perbedaan pendapat.
Orang-orang yang telah menghilang di Mesir telah terjadi sebelumnya tapi tidak terjadi pada tingkat seperti sekarang ini, kata Khaled Abdel Hamid, juru bicara kelompok hak kebebasan Brave.
Kelompok ini mengatakan bahwa pasukan keamanan telah menculik 163 orang sejak bulan April dan 64 dari mereka telah dibebaskan.
Organisasi lain, 3adala, mengatakan telah mengkonfirmasi 91 kasus penghilangan orang pada bulan April dan Mei dan 38 orang masih hilang.
Perbedaan dalam penghitungan jumlah ini disebabkan metode verifikasi yang berbeda dan jaringan kontak, serta sifat tertutup aparat keamanan Mesir, aktivis mengatakan.
Bulan lalu, kelompok HAM al-Karama yang berbasis di Kairo mengumumkan bahwa mereka telah meminta Kelompok Kerja PBB untuk Penghilangan Paksa untuk turun tangan dalam hubungannya dengan tujuh kasus penculikan paksa di Mesir. (The Washington Post, 13/6/2015)