HTI Press, Palembang. Menjelang datangnya Bulan Ramadhan, Hizbut Tahrir Indonesia Kota Palembang menggelar tarhib dengan berjalan kaki dari kampus UIN Raden Fatah menuju Monumen Penderitaan Rakyat (Minggu, 14/6). Tampak sekitar 500 peserta melakukan pawai sambil membawa poster dan spanduk.
Sepanjang pawai peserta mengumandangkan shalawat nabi diiringi dengan tabuhan rebana. Selain orang dewasa, pawai juga diikuti oleh anak-anak yang dengan gembira turut berjalan kaki sejauh 4 kilometer. Sampai di Monumen Penderitaan Rakyat (Monpera) diadakan Tabligh Akbar dengan penceramah Ustadz Mahmud Jamhur.
Mahmud mengingatkan seluruh peserta akan keutamaan-keutamaan bulan Ramadhan seraya mengajak untuk memperbanyak amal ibadah.
“Pada saat puasa kita meninggalkan perkara yang dihalalkan seperti makan dan minum serta berjima’ berarti kita juga bisa meninggalkan perkara yang diharamkan oleh Allah.” Kata Mahmud.
Terkait penentuan awal dan akhir Ramadhan Mahmud menegaskan pentingnya persatuan umat dalam naungan khilafah agar tidak terjadi perbedaan. Ketua DPD I Sumatera Selatan itu menjelaskan bahwa dalil penentuan awal dan akhir Ramadhan adalah dengan ru’yat hilal (melihat bulan). Akan tetapi ru’yat hilal ini juga tidak boleh berpatokan pada satu negeri saja namun di seluruh dunia. Jadi meski hilal tidak terlihat di Indonesia tetapi terlihat di Timur Tengah maka umat Islam di Indonesia harus ikut berpuasa pada hari itu.
Meski cuaca panas terik oleh sengatan matahari, peserta tetap antusias mengikuti ceramah sambil duduk lesehan. Ditambahkan Mahmud bahwa bulan Ramadhan adalah bulan perjuangan. Peperangan Rasulullah dan para sahabat melawan orang kafir sebagian besar dilakukan pada bulan Ramadhan.
“Bulan Ramadhan bukanlah Bulan Haram (suci). Pada bulan-bulan haram yaitu Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab tidak boleh dilakukan peperangan tetapi Rasulullah berperang pada bulan Ramadhan.” Kata Mahmud.[] MI Sumsel