Ketua Gabungan Kepala Staf Militer AS, Jenderal Martin Dempsey mengatakan, “Amerika Serikat telah memperluas intervensinya di Irak dalam menghadapi Organisasi Negara Islam (ISIS).”
Dalam konteks ini Dempsey mengatakan tentang “kemungkinan membangun pangkalan militer tambahan untuk membantu pasukan Irak dalam memerangi ISIS yang tengah mendominasi sejumlah wilayah di sana.”
Pembicaraan tentang kemungkinan memperluas intervensi AS terjadi setelah Gedung Putih mengumumkan untuk mengirim puluhan penasihat militer ke Anbar guna membantu pasukan Irak dalam upayanya untuk merebut kembali Ramadi dari kontrol ISIS.
Para penasihat dan tentara Amerika lainnya pergi ke Anbar di pangkalan udara yang terletak hanya 37 kilometer dari Ramadi.
*** *** ***
Keputusan memperluas intervensi AS di Irak, baik dengan mengumumkan pengiriman ratusan tentara atau janji untuk membangun pangkalan militer baru di samping pangkalan yang sudah ada, jelas datang pada waktu yang sensitif. Pemerintah AS menyadari betapa butuhnya terhadap pasukan tambahan, mengingat ketidakmampuan pasukan Irak untuk meraih kesuksesan penting apapun dalam menghadapi organisasi negara Islam (ISIS).
Amerika percaya bahwa kehadiran pasukan dan pangkalan militernya di Irak sangat cukup untuk memastikan kontrol di lapangan secara lebih efektif, juga untuk memastikan pengawasan langsung atas pelaksanaan rencana lama dan barunya untuk membagi Irak, terutama setelah tidak sedikit pejabat tinggi AS yang membuat pernyataan terkait ide pembagian Irak. Yang terbaru adalah pernyataan Senator dari Demokrat, Joe Manchin, yang mengatakan, “Kami mencoba—di Irak—segala cara, namun semuanya tanpa hasil.”
“Amerika akan melakukan hal yang benar setelah mencoba segala sesuatu yang lain.”
Ia menambahkan, “Waktunya telah tiba untuk membahas ide—pembagian Irak—sekali lagi.”
Amerika tengah memanfaatkan konflik sektarian di Irak untuk mempercepat rencananya, untuk membuat langkah-langkah barunya guna menumpahkan darah kaum Muslim lebih banyak lagi, dan menghancurkan negeri-negeri mereka. Sementara itu, tidak ada satu pun pemimpin kaum Muslim, termasuk Irak dan Iran—khususnya—yang menentang dengan serius kehadiran pasukan AS di Irak yang terus bertambah. Justru yang terjadi sebaliknya, kami menemukan bahwa sebagian besar mereka menginginkan dan menyambut baik kehadiran pasukan Amerika ini.
Hanya saja, umat Islam yang terus berjuang di Irak dan di negeri-negeri Islam lainnya tidak akan membiarkan Amerika, pengikutnya dan anteknya terus melakukan persekongkolan baru untuk merobek Irak, dan tidak akan mengizinkan mereka untuk membangun entitas sektarian yang lemah dan kurus. Mereka akan terus melawan dan membayanginya sehingga Amerika tidak akan menuai hasil dari konspirasinya kecuali kekecewaan dan kekalahan, Irak akan tetap bersatu. Bahkan pada akhirnya Irak akan menyatu dengan Suriah dan negeri-negeri kaum Muslim lainnya di bawah naungan satu negara Khilafah Islam—Khilafah Rasyidah ‘ala minhājin nubuwah, meskipun Amerika dan para anteknya melakukan berbagai upaya untuk mencegahnya. Sungguh amatlah mudah bagi Allah SWT untuk mewujudkan semuanya itu. [Ahmad Khathwani]
Sumber: hizb-ut-tahrir,info, 14/6/2015.