Rupiah Kian Tak Berdaya

uang rupiahMelemahnya nilai tukar rupiah akibat meningkatnya aliran keluar modal asing dari negeri ini terutama yang berasal dari pasar saham dan dana obligasi.

Rupiah terus melemah terhadap dolar Amerika. Hingga pertengahan Juni nilai tukar rupiah menyentuh level 13.300 per dolar AS. Ini berarti dalam enam bulan terakhir nilainya telah merosot hingga tujuh persen. Ini adalah pelemahan rupiah tertinggi sepanjang rezim Jokowi-JK berkuasa.

Meski tak separah rupiah, pelemahan juga dirasakan terjadi pada sejumlah mata uang di Asia seperti ringgit, bath, won dan yen.

Salah satu faktor yang menjadi pemicu semakin melemahnya nilai tukar rupiah adalah meningkatnya aliran keluar modal asing dari negeri ini terutama yang berasal dari pasar saham dan dana obligasi. Indeks harga saham gabungan (IHSG) anjlok hingga 11 persen dari posisinya tertingginya pertengahan Maret lalu yang mencapai 5.519. Maklum, hampir 60 persen kepemilikan di pasar saham dikendalikan oleh asing dan 38 persen di obligasi pemerintah. Liberalisasi sektor finansial membuat mereka bebas keluar masuk.

Keluarnya dana asing tersebut masih disebabkan oleh spekulasi bahwa Bank Sentral Amerika Serikat, akan memulai menaikkan Federal Fund Rate. Implikasinya, suku bunga sektor perbankan di negara tersebut akan ikut naik. Membaiknya indikator ekonomi AS seperti menurunnya angka pengangguran ke level 5,5 persen, atau hampir sama pada posisi sebelum krisis finansial akhir tahun 2008 lalu, dapat menjadi alasan the Fed menaikkan suku bunga. Namun demikian, semua itu masih spekulasi hingga Janet Yellen, gubernur the Fed benar-benar mengumumkan kenaikan tersebut.

Namun yang pasti, mata uang di banyak negara termasuk Indonesia telah mengalami fluktuasi yang cukup tajam dalam beberapa bulan terakhir. Belum lagi ekspor Indonesia yang terus melambat diperparah dengan keengganan sebagian eksportir menyimpan pendapatan dolarnya di dalam negeri akibat tingginya fluktuasi rupiah.

Pelemahan rupiah misalnya membuat biaya impor menjadi semakin mahal. Padahal ketergantungan Indonesia pada barang impor sudah sangat tinggi seperti BBM dan sejumlah bahan baku industri. Bahan makan yang mengandalkan impor seperti kedelai dan tepung terigu juga melonjak. Bagi para pengusaha di tengah melambatnya perekonomian nasional hanya tumbuh 4,7 persen pada kuartal pertama, kenaikan biaya impor tersebut semakin memberatkan mereka. Belum lagi tarif listrik industri yang subsidinya telah dicabut terus dinaikkan sejalan dengan pelemahan rupiah.

Pada industri tekstil misalnya, menurut Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat, awal tahun ini sebanyak 18 pabrik tekstil telah gulung tikar dengan jumlah PHK hingga 30 ribu. Angka ini menurutnya akan terus bertambah jika tidak ada perbaikan.

Rakyat yang menjadi konsumen juga mengalami tekanan yang cukup berat akibat pelemahan rupiah ini. Harga-harga barang menjelang Ramadhan terutama bahan makanan terus melambung melampaui kenaikan tahun lalu. Belum lagi sejumlah harga komoditas publik seperti listrik dan BBM juga dipengaruhi oleh kurs rupiah.

Fluktuasi rupiah yang menimbulkan ketidakpastian dalam ekonomi, sebenarnya tidak perlu terjadi jika negara ini mengadopsi standar emas dan perak (dinar dan dirham) sebagaimana yang telah diwajibkan dalam Islam. Kedua komoditas ini menjadi mata uang baik secara langsung ataupun menjadi penopang mata uang yang beredar dalam bentuk kertas ataupun koin. Karena nilai keduanya ditopang oleh fisiknya (intrinsik), maka ia akan relatif stabil sejalan dengan harga emas dan perak di pasar global. Mata uang yang stabil tersebut akan menjadi salah satu pilar yang akan membuat perekonomian tumbuh pesat dan kokoh. Dengan Khilafah Islam, semua itu dapat terwujud.[] LM

Sumber: Tabloid Mediaumat edisi 153

One comment

  1. Jalan satu2 nya ialah mengekang transaksi eksport import spy tdk lagi menggunakan Dollar sebagai alat transaksi.

    Penurunan nilai mata uang saat ini tdk sebanyak era SBY yg mencapai kenaikan Rp.4,125 (12.175/dollar) dari sebelumnya hnya Rp. 8,050/dollar…

    Solusi mengubah mata uang untuk saat ini tidak mungkin. Bnyk negara timteng yg pakai mata uang nilainya lbh tinggi dr dollar,mata uang mereka naik karena transaksi tdk menggunakan dollar sebagai mata uang bisnis.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*