PBNU menyatakan keprihatinannya atas penayangan film Perempuan Berkalung Sorban (PBS) dinilainya mendiskreditkan pesantren
Sikap keprihatinan NU disampaikan Sekjen PBNU Endang Turmudi baru-baru ini sebagaimana dikutip situs resmi NU, www.nu.or.id. “Pesantren dalam film tersebut digambarkan sangat tidak sesuai dengan realitas, sebagai institusi pendidikan agama yang kolot, anti perubahan dan tertutup,” katanya.
Ia mengaku menonton film ini di sebuah bioskop di Surabaya setelah munculnya kontraversi di media.
Dalam film yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo ini, pesantren digambarkan sangat tradisional. Buku-buku yang tidak sesuai dibakar. Perilaku anak kiai yang biasa dipanggil Gus juga digambarkan dengan tampilan kejam terhadap istrinya.
“Pesantren jarang ditampilkan dalam film, lho pas menjadi cerita dalam film, malah digambarkan dengan sangat negatif,” terangnya.
Ia takut gambaran ini akan memberi citra buruk kepada kelompok masyarakat yang selama ini tidak faham dengan dunia pesantren.
Peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) ini memahami seorang seniman berhak untuk berkreasi, namun disisi lain, juga harus menghargai sebuah kultur dengan nilai-nilai yang dimilikinya.
“Kebebasan tidak berarti bisa mendiskreditkan fihak lain dengan seenaknya,” tandasnya.
Sayangnya, sejauh ini belum banyak kalangan pesantren yang berbicara mengenai film ini. Suara paling keras datang dari Imam Besar Masjid Istiqlal, KH Ali Mustofa Ya’kub.
Setelah kesuksesan film Ayat-Ayat Cinta, dunia perfilman nasional banyak mengangkat tema tentang Islam dan pesantren. Selaim PBS, sudah beredar 3Doa3Cinta dan sedang dalam penggarapan adalah Ketika Cinta Bertasbih. [nuoid/www.hidayatullah.com 14 February 2009)
kepada semua ormas islam…
mari rapatkan barisan,
bersatu,
bergerak,
tegakkan ideologi islam!
karena hanya dengan ideologi islamlah pen-citraburuk-an terhadap islam dan kaum muslimin-termasuk pesantren- bisa dihapuskan…
Allahu akbar!!!
BOIKOT FILM PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN!!!!!!!
Mari kita ikuti dan laksanakan seruan dari Imam Besar Masjid Istiqlal KH. Ali Mustofa Ya’kub.
Mendiskreditkan dunia pesantren adalah hal yang sangat melukai perasaan kita semua.
Pesantren adalah salah satu institusi pendidikan Islam yang telah terbukti telah melahirkan banyak tokoh-tokoh Islam agung di Indonesia.
BOIKOT! BOIKOT! BOIKOT! DAN BOIKOT FILM PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN!!!!!
HENTIKAN DISKRIMINASI TERHADAP ISLAM DAN DUNIA PESANTREN DENGAN SYARIAH DAN KHILAFAH!!!
Itulah salah satu dr buah sistem idiologi KAPITALISME yg melahirkn kebebasan tnpa batas..LIBERALISME SYETAN..Dunia perfilman yg penuh maksiat.!Utk pr artis bertobatlah.!Utk penguasa sgr adili pihak2/org2 yg berusaha menghancurkn islam&menghina islam.Sgr terapkn SYARIAT ISLAM.!
ketika ki menonton film pun harus memiliki literasi media. Saat ini pemikiran asing pun bisa disusupkan ke dalam film. Inilah hebatnya sebah pemikiran, pasti akan mempengaruhi poa pikir seseorang.
saya sebagai santri sangat tidak terima dengan pencitraan buruk pesantren, ini fitnah!!. apalagi melalui media film,yang bisa ditonton orang banyak, ini bakal meracuni pikiran orang-orang terhadap pesantren.ini adalah salah satu dari tanda2 akhir zaman.
begitu banyaknya seniman2 muslim dinegeri ini, saya masih optimis bahwa diantara mereka masih ada yang mempunyai jiwa mencerdaskan umat sesuai tuntunan syariah dengan karya2nya-yang tidak hanya mampu menyuguhkan film2 yang menyesakkan seperti PBS..
BOIKOT FILM PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN !!!
HENTIKAN DISKRIMINASI TERHADAP ISLAM DENGAN SEGERA TERAPKAN SYARIAH & KHILAFAH
korban SISTEM kapitalis-sekuler…
innalillaahii …
apapun film islaminya, kalo sutradaranya ga bener, tetep aja keislamiannya itu lenyap bagaikan abu…
lebih baik ga usah dibikin sekalian, buang-buang uang n waktu aja…
bilamana khilafah berdri hari ini…
Ini sngt melukai hati umat islam, pesantren sbg instusi pendidikan formal di Indonesia telah banyak melahirkan toko – tokoh nasional yg bermoral dan berahlak mulia. Bahkan pesantren telah memberikan kontribus yg sangat besar terhadap kemerdekaan negara ini. Karena perlawanan2 terhadap penjajah itu diawali dari pesantren-pesantren yg ada di negeri ini
setuju dengan kawan-kawan
pesantren adlh lembaga pendidikan yg berbasis Islam yg kental, hingga melahirkan bnyak sekali melahirkan ulama’2 terkemuka di negeri ini, bahkan kalo boleh dibilang adanya pesantren dg para pengasuhnya yg Istiqomah dg ajaran Islamlah yg menjadikan negeri ini tetap kokoh sbg NKRI. sudah seharusnya para ulama’ yg lahir dr pesantren hrs “turun gunung” utk melarang beredarnya film2 semacam PBS ini,kalau perlu datangi penguasa yg membiarkan beredarnya film spt ini, agar sgera menyetop peredarannya kalo tdk saya sbg generasi NU khawatir, pesanren aka ditingalkan oleh umat, karena ulah org2 yg tdk bertanggung jawab (kalo tdk bisa dikatakan benci Islam/ Pesantren)
film PBS dibuat berdasarkan sebuah novel dengan judul sama. Baik di novel maupun di filmnya sangat kental nuansa feminisme. Percayalah! feminisme bukannya membuat perempuan makin maju, justru akan membuat perempuan makin menderita. Hancurkan kapitalisme, sekularisme feminisme! Tegakkan Islam!
Bangsa ini merdeka karena andil kalangan santri dan pesantren.. yang telah membakar semangat jihad dalam perjuangan melawan Penjajah.
tapi sungguh film ini menunjukkan betapa anak negeri ini masih saja tidak menghargai jasa para pahlawan terdahulu..
sungguh karya anak bangsa yang tidak tahu rasa syukur
lain kali belajar Agama dulu kalo mau bikin film tentang Agama dech NUNG….
film PBS jelek,cz sutradaranya masih bodoh,n PBS bukan film yg islami,tapi film kolot,film cerita tentang orang2 yg gak paham agama,apalagi sutradaranya?
Saya pun khawatir pencitraan pesantren yang buruk di film ini,saya kira pesantren saat ini tidak seperti itu. terlepas dari hal tersebut.. saya hanya memetik sifat khudori sebagai suami yang sangat bijaksana..
saya sebagai santri tidak terima karna filem itu tidak menggambarkan santi yang seharusnya.!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
film yang ditanyangkan ini telah merobek citra islam dimata dunia, telah mencoreng hati kita semua . mengapa film ini masih ditanyangkan dibioskop dan televisi-televisi seharusnya film ini tidak perlu ditanyangkan kembali .