Penelitian: Korupsi Merajalela Setelah Revolusi Tunisia

banner mantan presiden zainal abidinBank Dunia telah menemukan bukti baru dari korupsi berskala besar dan penggelapan pajak yang dilakukan oleh banyak perusahaan milik keluarga mantan presiden Tunisia Zine el-Abidine Ben Ali selama masa kediktatoran, dan juga memperingatkan bahwa korupsi telah meningkat sejak terjadinya revolusi yang menggulingkannya empat tahun lalu, kata para pejabat hari Rabu.

Bank Dunia merinci bagaimana sistem itu bekerja dalam sebuah laporan pertama tentang korupsi yang dilakukan oleh Ben Ali pada tahun lalu yang berjudul “All in the Family” .

Sebuah laporan penelitian baru oleh ekonom Bank Dunia yang dirilis Kamis menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan yang dimiliki oleh kerabat dan sekutu dekat Ben Ali merugikan negara dari $ 1 miliar hingga US $ 2,6 miliar selama periode tujuh tahun untuk menghindari tarif impor. Para peneliti menyelidiki transaksi dari 206 perusahaan antara tahun 2002 hingga tahun 2009.

Temuan itu merupakan salah satu contoh dari kronisme yang menandai 23 tahun kekuasaan Ben Ali dan itu merupakan salah satu pendorong utama di balik pemberontakan yang menggulingkannya tahun 2011. Para pengunjuk rasa melampiaskan kemarahan mereka terhadap keluarga Ben Ali, khususnya terhadap istrinya, Leila Trabelsi, mantan penata rambut, dan para pengusaha dari kalangan sanak saudara yang cepat mengumpulkan kekayaan dalam jumlah besar.

Dari banyak harta perusahaan yang dimiliki oleh keluarga yang disita, 220 perusahaan memberikan 21 persen dari semua keuntungan bersih sektor swasta di Tunisia, kata laporan itu.

Mereka menemukan bahwa perusahaan-perusahaan itu telah melaporkan harga satuan barang yang tiba dari luar negeri yang jauh lebih rendah dari harga yang dinyatakan oleh perusahaan-perusahaan yang mengekspor barang yang sama ke Tunisia.

Perusahaan-perusahaan pesaing tidak menunjukkan tren yang sama, dan perusahaan-perusahaan milik negara cenderung menaikkan harga barang, menunjukkan berbagai jenis salah laporan atau korupsi.

Sumber : The New York Times, 25/6/2015

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*