Tidak ada manusia yang disarankan hidup 24 jam tanpa air, terutama di daerah seperti Gaza di mana suhu di musim panas naik menjadi di atas 30 derajat celcius. Di atas semua penderitaan lain yang ditimbulkan oleh blokade Israel di Gaza sejak tahun 2007, air telah menurun dalam hal kuantitas dan kualitas.
Masalah air di Gaza di luar dari apa yang dapat anda bayangkan, kata seorang pekerja Islamic Relief. Air di Gaza mengandung salinitas tinggi dan nitrat.
Namun dengan filter reverse osmosis yang dipasang di keran dan menghubungkan pipa, air yang diperoleh banyak keluarga dapa dimurnikan untuk minum dan memasak.
Antara tanggal 8 Juli 2014, yakni ketika Israel melancarkan Operasi militer terhadap Gaza, dan 26 Agustus, ketika mengumumkan gencatan senjata, lebih dari 2.200 warga Palestina – yang kebanyakan dari mereka adalah warga sipil, termasuk 551 anak-anak, menurut PBB – telah tewas. Korban di pihak Israel hanya 73 orang, enam dari mereka adalah warga sipil. Sekitar 11.000 warga Palestina terluka dan 500.000 lainnya mengungsi.
Saat perang di musim panas tahun lalu banyak warga Palestina yang menjadi sasaran sah tentara Israel hanya karena mencari air.
Maha berusia 19 tahun, menggambarkan bagaimana ia dan adik-adiknya mempertaruhkan nyawa mereka untuk mendapatkan air bersih. Mereka melarikan diri dari rumah mereka setelah sebuah bom menghancurkan ruang di mana orang tuanya dan kakak tertuanya sedang makan makan, hingga membunuh tiga orang. “Kami tidak bisa melihat apa-apa, gelap,” kata Maha. “Semua orang berteriak dan menjerit. Saya pikir, ‘Kami harus keluar ke jalan’. Dia baru sadar apa yang terjadi ketika ia tergelincir dalam darah ibunya ketika sedang berusaha keluar rumah.
Delapan anak yang tersisa dari keluarga itu berlindung di sekolah tapi fasilitasnya, terutama bagi perempuan, sangat buruk bahkan tidak ada. “Kami akan datang kembali ke rumah untuk mengambil pakaian dan mencuci,” kata Maha. “Pakaian kami hanya yang menempel pada kulit. Kami datang kembali ke rumah dalam kelompok kecil. Kami tidak ingin mengambil risiko kami semua mati sekaligus. ”
Setelah gencatan senjata anak-anak kembali ke rumah yang rusak oleh bom tetapi air yang keluar dari keran penuh karat dan tidak aman untuk diminum. “Kadang-kadang kami jatuh sakit karena air – diare dan cacingan,” kata Maha. “Kami harus membayar untuk obat-obatan tetapi sering tidak menyembuhkan. “Pada satu kesempatan, karena kurang uang untuk membeli air kemasan, kami sekeluarga tidak minum selama dua hari. Namun, kehidupan telah membaik sejak Islamic Relief memasang filter air dan memberikan nasihat tentang kebersihan yang baik. “Kami tidak perlu menghabiskan begitu banyak uang untuk air sekarang,” kata Maha.
Setahun telah berlalu, Gaza hampir belum melakukan pembangunan kembali sementara penyelesaian politik masih sangat jauh. Bahkan lebih sulit mengatakan berapa lama lagi yang dibutuhkan sebelum penduduk dapat melakukan hal yang sangat sederhana seperti membuka keran untuk berharap mendapatkan air bersih. (Independent UK, 27/6/2015)