Jabhah Al-Nusra Berharap Adanya Persatuan di Suriah

Suriah-TembakPemimpin Jabhah Al-Nusra, Abu Mohammad al-Jolani, menantang sikap al-Qaeda yang memburu kelompok minoritas, dan mengatakan komunitas Alawit – yang merupakan tulang punggung pendukung diktator Bashar al-Assad – akan diterima di Suriah setelah kejatuhan Assad.

“Jika ada yang meninggalkan rezim dan bertobat atas tindakannya terhadap rakyat Suriah, dia akan diampuni dan berhak untuk hidup sebagai warga negara Suriah,” katanya. Dia mengatakan tidak ada risiko bagi masyarakat Druze, dan desa mereka yang di Idlib dikendalikan oleh faksi Jaish al-Fatah akan tetap aman. Bahkan Walid Jumblatt, pemimpin Druze Lebanon, memuji pendekatan Al Nusra ini. Jumblatt menyarankan Druze Suriah untuk melawan rezim Assad – meskipun benteng-benteng mereka di Suriah selatan masih di bawah kendali rezim.

Menurut beberapa sumber baru-baru ini, pemimpin Nusra telah dilaporkan mengadakan pertemuan … di mana dia memutuskan untuk meninggalkan payung al-Qaeda dan beroperasi secara eksklusif untuk mendirikan negara Islam. Langkah ini memuaskan banyak pendukungnya.

“Pertempuran kami adalah dengan rezim Assad, dan kami tidak ada hubungannya dengan AS – meskipun kita sering kali dibom,” katanya. Dengan mengulangi sentimen dari banyak penduduk Suriah pada umumnya, dia mengkritik AS karena mendukung Bashar al-Assad dalam perang aliansi Washington yang dipimpin melawan IS – yang pernah menjadi satu cabang al-Qaeda.

Sebuah negara sipil yang diusahakan oleh pasukan liberal dan sekuler sangat sulit untuk dibangun.

Ada beberapa alasan atas hal ini.  Pertama, kekuatan Islamlah yang menjalankan kekuasaan nyata di lapangan, sementara Barat tidak menghasilkan apapun. Kedua, rakyat Suriah telah menjadi lebih agresif dan militan sebagai reaksi terhadap pembunuhan yang terus berlanjut dan kehancuran yang melanda negara mereka selama bertahun-tahun – dan tidak ada masyarakat internasional maupun kekuatan liberal dan sekuler yang datang untuk menyelamatkan mereka. Namun, kelompok Islam berdiri di negeri mereka, berperang melawan rezim dan mengorbankan diri selama empat tahun terakhir.

Menurutnya,  AS dan Barat dapat bereaksi terhadap Nusra dengan sikap yang mereka anggap cocok. Washington pernah menggambarkan PLO sebagai kelompok teroris – tapi kemudian merubah sikapnya.

Taliban di Afghanistan yang pernah menjadi target utama dari militer AS, saat ini tidak ditetapkan sebagai “organisasi teroris” baik oleh PBB, Inggris maupun Amerika Serikat. Gedung Putih bahkan tidak pernah menyebut Hizbullah atau Pasukan Al Quds Iran pimpinan Qassem Soleimani sebagai kelompok “teroris”.

Sumber : Aljazeera

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*