Dalam pertemuan yang mengejutkan dengan menteri luar negeri Suriah, Presiden Rusia Vladimir Putin menjanjikan dukungannya kepada Presiden Suriah Bashar Assad dan meminta semua negara Timur Tengah untuk bergabung dalam memerangi militan IS.
Perang di Suriah, yang dimulai dengan protes di bulan Maret 2011, telah menewaskan lebih dari 220.000 orang. Rusia, yang memiliki hubungan tradisional yang kuat dengan Suriah, telah dipandang merupakan kunci bagi solusi damai dan sebelumnya telah menolak usulan bahwa pengunduran diri Assad bisa membantu mengakhiri perang.
Kantor berita Rusia mengutip Putin yang mengatakan kepada utusan Suriah bahwa kebijakan Rusia ” untuk mendukung Suriah, kepemimpinan Suriah dan rakyat Suriah tetap tidak berubah.”
Putin juga mendesak negara-negara Timur Tengah lainnya untuk membantu Suriah melawan faksi-faksi Islam bersenjata yang kini menguasai sebagian wilayah ibukota Suriah dan sebagian besar pinggiran kota.
Putin mengatakan kontak Moskow dengan negara-negara di kawasan itu, termasuk dengan Turki dan Arab Saudi, “menunjukkan bahwa semua orang ingin berkontribusi memerangi kejahatan ini,” katanya mengacu pada militan IS.
Dia mendesak semua negara di kawasan itu, apa pun hubungan mereka dengan Suriah, untuk “berupaya bersama-sama” untuk memerangi kelompok militan Islam.
Di Beirut, Menlu Suriah mengatakan dalam kunjungannya ke Moskow pada hari Senin bahwa Rusia telah berjanji untuk mengirimkan bantuan politik, ekonomi dan militer ke negaranya.
“Saya membawa janji bantuan ke Suriah – secara politik, ekonomi dan militer,” kata Walid al-Moualem pada konferensi pers yang disiarkan televisi di Moskow setelah bertemu Putin. (businessinsider.co.id, 29/6/2015)