Dokumen yang baru terungkap dari perang Bosnia dan pembantaian Muslim tahun 1990 di sana oleh regu pembantai Serbia menunjukkan bahwa AS, Inggris dan Perancis berada di balik pembantaian terburuk di Eropa sejak Perang Dunia II itu.
Sebuah penyelidikan baru tentang bagaimana pembantaian terhadap lebih dari 8.000 anak laki-laki dan kaum laki-laki Muslim Bosnia menunjukkan bahwa pemerintah Inggris, Amerika dan Perancis untuk menyerahkan wilayah yang aman yang dilindungi PBB untuk diberikan kepada milisi Serbia bersenjata selama perang di Bosnia.
Regu pembantai Serbia membantai laki-laki Bosnia di Srebrenica selama empat hari pada bulan Juli 1995 dan memberikan rincian baru tentang genosida besar-besaran yang dilakukan oleh orang-orang Serbia yang muncul 20 tahun kemudian, sesaat sebelum menandai peringatan kejadian itu.
Menurut kabel rahasia AS, yang dikutip dalam laporan hari Sabtu oleh harian Inggris, The Guardian, yang memberikan rincian pembunuhan yang dicapai badan-badan intelijen Barat dan para pengambil keputusan segera setelah pembantaian itu dimulai pada tanggal 13 Juli 1995.
“CIA menyaksikan pembantaian itu secara ‘live’ di pos satelit di Wina. Sejak hari itu, pesawat mata-mata menangkap apa yang terjadi. Orang-orang yang berdiri ditahan oleh para penjaga bersenjata. Kemudian gambar menunjukkan mereka berbaring di ladang, dan mati,” tambah laporan itu, mengutip salah satu kabel rahasia.
Laporan itu mengutip seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri AS yang mengatakan bahwa “semua mitra AS segera diberitahu,” tapi pembantaian itu berlangsung dengan tidak ada upaya untuk mencegah para pembunuh, atau untuk mencari para korban.
Menurut harian Inggris itu, sehari setelah pembantaian, Dewan Keamanan PBB mengatakan mengkhawatirkan terjadinya “penganiayaan berat dan pembunuhan warga sipil yang tidak bersalah.” Dewan telah menerima laporan “bahwa 4.000 pria dan anak laki-laki telah hilang.”
Namun, Laporan Guardian itu mengatakan, “para diplomat terus melakukan bisnis sebagaimana biasa.”
Pertumpahan darah terjadi setelah pasukan Serbia Bosnia menyerbu kota Bosnia itu, meskipun secara resmi dinyatakan sebagai kawasan yang dilindungi oleh PBB.
Kabel rahasia itu juga mengungkapkan juga bahwa sebelum pembantaian, Washington menyerukan apa yang disebut pasukan penjaga perdamaian PBB di Srebrenica untuk menarik diri kembali dari daerah yang aman itu, suatu keputusan yang didukung oleh Paris dan London.
Selain itu, mantan pejabat Departemen Pertahanan Belanda telah menyatakan bahwa PBB menyediakan 30.000 liter bahan bakar gas untuk Serbia, memfasilitasi pengambilalihan Srebrenica dan pembantaian brutal di sana.
Semua keputusan yang diadopsi oleh para pemimpin Barat sebelum pembantaian dilakukan dengan sepengetahuan mereka jelas bahwa para pemimpin Serbia telah berjanji untuk membasmi kaum Muslim bahkan jika “darah mengalir hingga ke lutut.”
Sementara itu, genosida tidak pernah disebutkan dalam negosiasi damai dengan para pemimpin Serbia. Pengungkapan baru ini menimbulkan tantangan serius untuk versi resmi Barat atas peristiwa yang telah lama menggambarkan pembantaian Srebrenica sebagai insiden yang mengejutkan dan tak terduga. (presstv, 5/7/2015)