London Inggris, 30 Juni 2015 – Ketika berbicara setelah pembunuhan sejumlah warga Inggris di Tunisia, Perdana Menteri David Cameron mengatakan Inggris menghadapi ‘ancaman eksistensial’ yang harus dilawan melalui respon dengan ‘spektrum berskala penuh’. Di antara langkah-langkah ini, Cameron berbicara untuk mengambil langkah pada ‘narasi ekstrimisi’ dan mereka yang membenarkan hal itu, dengan mengklaim mereka bertindak sebagai pintu masuk bagi terorisme.
Taji Mustafa, Perwakilan Media Hizbut Tahrir di Inggris berkomentar, “Sebagaimana mentornya Tony Blair, Cameron bersikeras untuk mendiskreditkan narasi conveyor belt (alat pengangkut) dengan berargumen bahwa keyakinan pada nilai-nilai Islam normatif menyebabkan orang untuk melakukan tindakan kekerasan. Ini adalah ‘teori’ cacat yang telah dihapus oleh para akademisi – dan bahkan sendiri oleh Unit Perilaku di MI5 itu sendiri “.
“Dengan mengatakan bahwa ia berencana untuk mengambil tindakan terhadap orang-orang yang tidak menggunakan kekerasan tapi yang mengungkapkan pandangan politik dan agama diman dia tidak bisa membantahnya, (yang dia sebut sebagai ‘narasi ekstrimis’) Cameron telah melanggar nilai-nilai yang sangat dia klaim begitu besar. Dengan menargetkan ide-ide dan bukan ancaman keamanan yang sebenarnya, dengan menggunakan bahasa ‘ancaman eksistensial’ atas Inggris, dia menyatakan niatnya untuk terus melancarkan serangan udara ideologis dan pada saat yang sama dia berpura-pura sangat memuja Magna Carta. ”
“Dengan mengkritik ‘orang-orang yang berpikir bahwa khilafah mungkin bukan ide buruk ‘ bagi dunia Muslim, ia benar-benar mengabaikan sejarah wilayah itu, dimana di bawah Khilafah keadaan menjadi stabil dan memiliki sistem pemerintahan yang memiliki legitimasi di mata rakyatnya. Khilafah merupakan bagian integral dari Islam normatif, dan telah mendapat tempat yang mapan dalam hukum Islam klasik, dan bukan beberapa penyimpangan zaman modern. Khilafah ini bukanlah seperti apa yang kita lihat di Irak dan Suriah pada hari ini. ”
“Pidatonya yang disampaikan hanya beberapa minggu yang lalu di sebuah konferensi keamanan di Slovakia menunjukkan dia akan lebih memilih serangkaian Negara-negara yang gagal di dunia Muslim yang bisa dimanfaatkan oleh kekuatan Barat, dimana Khilafah yang sesungguhnya (sebagai lawan dari ISIS) yang sesuai dengan keyakinan orang-orang di wilayah tersebut dan yang mengurusi urusan mereka berdasarkan Islam. ”
“Pendekatan Cameron akan menjadi lucu jika hal itu tidak terkesan bergitu menyeramkan – karena para guru diharapkan untuk memata-matai anak-anak muridnya yang Muslim, meningkatkan pengawasan yang akan mempengaruhi semua orang, dan mengambil tindakan keras atas pandangan politik dan agama yang sah.”
“Alih-alih mengatasi akar penyebab pembunuhan tragis terhadap warga Inggris di Tunisia, Cameron malah terlibat dalam gerakan politik murahan yang tidak masuk akal, dengan mencoba mengalihkan perhatian semua orang dari kebijakan luar negeri yang membawa bencana yang telah menyebarkan kekacauan dan kehancuran di dunia Muslim, dimana banyak penelitian menyatakannya sebagai kontributor kunci atas ketidakamanan dan kekerasan global. ”
Sumber: hizb.org.uk (30/6/2015)