Tindakan teror dan pembakaran masjid yang dilakukan para teroris Kristen Gereja Injili di Indonesia (GIDI) kepada kaum Muslimin saat menunaikan shalat Idul Fitri di Karubaga Papua, merupakan bukti teranyar gagalnya negara sekuler melindungi umat Islam.
“Betul, memang negara sekuler sudah gagal melindungi umat Islam. Memang gagal, jangankan dikaitkan dengan agama, dengan Pancasila saja tidak dilaksanakan secara baik kan seperti ini jadinya,” ujar Ketua Umum Persatuan Islam (Persis) Prof Dr Maman Abdurrahman kepada mediaumat.com, Selasa (21/7) melalui telepon selular.
Menurutnya, banyak tindakan teror yang dilakukan orang-orang Kristen kepada kaum Muslimin tetapi para pelakunya tidak pernah dicap sebagai teroris. Kejadian kali ini, menurutnya, mengingatkan kaum Muslimin atas tindak teror serupa yang dilakukan mereka kepada kaum Muslimin saat Idul Fitri di Ambon (1999) dan di Poso (2000).
“Di Ambon korbannya kalau tidak salah sampai 2500 orang, sedangkan di Poso kalau tidak salah seribu orang korbannya,” beber Maman.
Tapi anehnya, ujar Maman, tidak ada dari orang-orang Kristen yang melakukan teror dan pembantaian tersebut disebut teroris, tetapi kalau pelakunya umat Islam meski hanya satu atau dua orang langsung disebut teroris.
“Maka, saya sangat setuju kalau mereka juga disebut teroris, tapi pada faktanya mereka tidak pernah disebut teroris. Apakah mereka (GIDI Papua) juga akan dimaafkan seperti yang sudah-sudah? Ah terlalu sering menurut saya. Padahal jelas-jelas mereka melakukan tindakan teror, menurut saya,” sesalnya.(mediaumat.com, 22/7/2015)