Menlu Amerika Hillary Clinton dijadwalkan akan segera ke Indonesia. Para ulama berharap ada perubahan sikap Amerika dengan Islam
Menteri Luar Negeri (Menlu) AS yang baru, Hillary Clinton telah memilih Asia sebagai benua pertama yang Hillary di Jepangdikunjunginya, memecah tradisi yang dilakukan para Menlu maupun Presiden Amerika Serikat (AS) yang sebelumnya memilih ke Eropa atau Timur Tengah.
Beberapa hari lagi, tanggal 18-19 Februari ini, Hillary akan berada di Indonesia. Sejumlah agenda yang disebut-sebut akan dibahas dalam kunjungan pertama ini adalah terkait krisis ekonomi global, perubahan iklim, dan ambisi nuklir Korea Utara.
Berbeda dengan tiga negara lain, di Indonesia nanti, menurut sumber Deplu AS, Hillary mungkin akan meletakkan kerangka dasar bagi hubungan yang berubah, kemitraan strategis baru dengan negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia ini. Apa kira-kira yang bakal dilakukan Hillary untuk Indonesia? Dan apa manfaatnya bagi umat Islam?
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi berharap kunjungan Menlu Hillary Clinton ke Indonesia jangan semata untuk kepentingan negara adikuasa tersebut, terlebih hanya untuk menaikkan citra.
“Kita berharap Pemerintah Amerika yang kini dipimpin Barack Hussein Obama dapat bertindak secara objektif melihat Indonesia untuk kepentingan perdamaian dunia, dan jangan hanya untuk kepentingan Amerika Serikat, ” ujar KH Hasyim Muzadi dikutip Pelita.
Hasyim juga berharap agar Amerika saat ini dapat bertindak menjadi Bapak Dunia dan bukan Polisi Dunia. “Artinya, dengan menjadi Bapak Dunia, maka Amerika dapat dicintai oleh seluruh dunia internasional. Akan tetapi jika menjadi Polisi Dunia tentunya Amerika Serikat akan membayar cost yang cukup mahal, khususnya terhadap masalah-masalah yang berkaitan dengan masalah luar negeri, ” jelasnya.
Hal lain, yang juga harus diperhatikan Amerika Serikat adalah terkait masalah penyelesaian perdamaian di Timur Tengah. Dalam hal ini, Amerika harus bertindak proporsional dalam menerapkan kebijakan luar negerinya, khususnya terhadap eksistensi Israel dan Palestina.
Jika tidak proporsional, Amerika sampai kapanpun akan dilihat secara terus menerus menerapkan double standard. Masalah penerapan kebijakan inilah yang justru merugikan Amerika sendiri di mata internasional, kata Hasyim.
Kepada Pemerintah Indonesia sendiri, Hasyim berharap agar dapat melaksanakan kedaulatan pemerintahan dengan sepenuh-penuhnya tanpa adanya upaya yang didikte ataupun ‘diobok-obok’ dalam melaksanakan kebijakan.
Hasyim juga berharap, Amerika harus beri keleluasan kepada Indonesia dalam melaksanakan kebijakannya. Amerika tidak usah terlalu banyak mengintervensi seperti yang dilakukan selama ini. Hal itu dimaksudkan agar ada keseimbangan antara persahabatan dengan bantuan, ujarnya.
Sementara itu, salah satu Ketua PP Muhammadiyah, Dr Haedar Nashir berpendapat, kunjungan Menlu AS ke Indonesia merupakan hal positif jika dilandasi sikap dan kebijakan baru dari pemimpin AS tersebut. Sebaliknya, kunjungan tersebut tidak memberi arti apapun bagi bangsa Indonesia jika negara adikuasa tersebut masih menerapkan standard ganda seperti yang diterapkan di masa George W Bush.
Pemerintah AS di bawah Obama harus memperbarui sikap atau kebijakan politik LN ke arah memahami Islam dan Indonesia, dan tidak seperti yang dilakukan di era Bush. Jangan anggap Indonesia sarang teroris dan fundamentalis seperti pandangan AS di masa Bush, ujar Haedar Nashir.
Terhadap pemerintah, Haedar mengimbau agar Pemerintah Indonesia menunjukkan sikap sebagai negara berdaulat dan tidak mudah didikte kekuatan negara besar manapun. Bekerjasamalah sebagaimana layaknya bangsa dan negara bermartabat. Kita ini juga negara besar, bukan inlander tegasnya.
Pada bagian lain, Haedar menyinggung soal sektor yang harus diperkuat oleh Pemerintah Indonesia terkait dengan kerjasama dengan negara yang kini dipimpin Barack Hussein Obama.
PP Muhammadiyah berharap Pemerintah Indonesia memperkuat kerjasama di bidang pendidikan dengan tetap menghormati kultur masing-masing. Selanjutnya, PP Muhammadiyah juga berharap terjadi negosiasi ulang proyek-proyek besar seperti Freeport dan lain-lain yang menguntungkan kedua belah pihak, serta meningkatkan saling pemahaman di mana Indonesia termasuk negara Muslim terbesar yang moderat.
Sementara, Majelis Ulama Indonesia (MUI) mempersilakan kepada Menlu AS berkunjung ke Indonesia jika memang memberikan dampak positif bagi hubungan kedua negara yang cenderung menimbulkan ketegangan.
“Silakan saja. Yang namanya kunjungan kalau positif ya,… silakan, ” kata Ketua Komisi Fatwa MUI Pusat KH Ma’ruf Amin.
Yang perlu mendapat perhatian, kata Ma’ruf, Presiden AS Obama berkeinginan untuk bersahabat dengan masyarakat Muslim di dunia ini. Dan, Indonesia itu kan masyarakatnya mayoritas beragama Islam, sehingga kita harapkan ada perubahan sikap politik AS terhadap masyarakat Islam, ujarnya.
Ma’ruf mengingatkan, kalau ada kunjungan Menteri Luar Negeri AS ke Indonesia tidak ditindaklanjuti dengan perubahan sikap politiknya terhadap Islam tidak ada gunannya. Ya, kita harapkan ada perubahan sikap politik AS terhadap Islam, ujarnya.
Secara terpisah, Juru Bicara Hisbut Tahrir Indonesia (HTI) Muhammad Ismail Yusanto berharap Pemerintah Indonesia tidak boleh terjebak dan terseret arus keinginan AS yang saat ini tengah memperbaiki citra di dunia Islam.
Bahwa kunjungan Menlu AS Hillary Clinton ke Indonesia pada tanggal 18-19 Februari ini tidak lain adalah untuk lebih menguatkan hegemoni AS di kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara, khususnya Indonesia. AS adalah negara imperialis yang dengan segala cara akan terus berusaha melanggengkan dominasinya di seluruh penjuru dunia, termasuk di Indonesia, demi meraih kepentingan politik dan ekonominya, paparnya.
Menurut dia, penjajahan semacam itu akan terus dilakukan dengan teknik yang berubah-ubah. Bila sebelumnya dengan hard power, sekarang di masa pemerintahan Presiden Obama dibahasakan dengan istilah smart power, yakni melalui cara-cara diplomasi, tekanan politik dan cara-cara lain yang dikatakan smart itu.
Apalagi secara pribadi meski Hillary Clinton berasal dari Partai Demokrat, dia adalah termasuk pendukung agresi AS ke Iraq. Artinya, secara moral dia termasuk figur yang harus bertanggungjawab terhadap kehancuran Irak. Dia juga pendukung fanatik Israel, dengan tingkat dukungan yang lebih besar daripada Presiden Obama sekalipun, tegasnya.
Seiring hal itu, HTI pun menolak kunjungan Menlu AS Hillary Clinton. Pasalnya, kunjungan tersebut akan menjadi jalan makin kokohnya hegemoni AS atas negeri ini.
HTI menyerukan kepada umat Islam di Indonesia, khususnya para tokoh umat, untuk bersama-sama menolak setiap bentuk langkah atau kegiatan baik yang datang dari dalam maupun dari luar negeri, seperti tampak dalam kunjungan Menlu AS Hillary Clinton, yang akan membawa negeri ini makin dalam terjerumus ke dalam pelukan negara imperialis seperti Amerika Serikat ujarnya.
Menanggapi adanya penolakan kunjungan Menlu AS Hillary Clinton, Hasyim Muzadi justru mengaku tidak sependapat dengan sikap penolakan yang disampaikan Ormas Islam dalam menyikapi kunjungan diplomasi tersebut.
PBNU sendiri, kata Hasyim, akan menyambut positif kunjungan Menlu AS. Kalau memang Menlu itu mau datang ke PBNU kita akan menerima, tegasnya. (hidayatullah.com, 17/02/09)
Siapapun orangnya, setiap kedatangan pejabat AS pasti ada maksud tertentu yang intinya adalah menguatkan cengkramannya di negeri2 (terutama) negeri muslim.
Tolong renungkan kembali pada bapak-bapak yang akan menerima dengan baik kunjungan tersebut, serta fikirkan apa yang telah dilakukan the real terorist (AS) terhadap saudara2 kita (irak, afgan, palestin),
Begitu cepatkah anda lupa.
Ingat , hanya orang orang munafik yang mau tunduk dan memberi jalan kepada musuh-musuh Allah (orang kafir)menguasai kita.
Setelah perbaikan citra, cengkeraman terhadap perut Indonesia yang penuh SDA harus diperas biar terus keluar minyaknya!
Lihat:
http://www.antara.co.id/arc/2009/2/17/kunjungan-hillary-bisa-dimanfaatkan-bangun-kilang/
17/02/09 15:12
Kunjungan Hillary Bisa Dimanfaatkan Bangun Kilang
Jakarta (ANTARA News) – Pemerintah mesti memanfaatkan kunjungan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Clinton agar mau membangun kilang pengolahan BBM di Indonesia.
Mantan Direktur Hilir PT Pertamina (Persero) Harry Purnomo di Jakarta, Selasa mengatakan, salah satu agenda kedatangan Hillary ke Indonesia tidak bisa dilepaskan dari rencana pengembangan Blok Natuna D Alpha.
“Boleh saja AS masuk Natuna, tapi pemerintah mesti meminta kompensasi agar mau membangun kilang di Indonesia,” katanya.
Selain AS, pemerintah juga bisa meminta kompensasi serupa ke perusahaan migas multinasional lainnya.
Menurut Harry, perusahaan besar tersebut pasti mau membangun kilang di Indonesia, karena produk BBM-nya langsung dibeli PT Pertamina (Persero).
“Saat ini, kebutuhan BBM Indonesia sangat tergantung impor, sehingga pembangunan kilang mendesak dilakukan,” ujarnya.
Harry menambahkan, seharusnya liberalisasi hilir migas dimulai dari infrastruktur dasar seperti kilang atau minimal depot dan bukan SPBU, agar mendapat nilai tambah.
“Kalau bangun kilang atau depot maka ada investasi dan memperkuat ketahanan energi nasional. Tapi, kalau cuma SPBU, maka cukup UMKM,” katanya. (*)
COPYRIGHT © 2009
Sadarlah wahai pemimpin Indonesia,kita selalu ketinggalan !.di Turki semenjak keruntuhan Khilafah telah bersahabat dengan barat dan menjadi Sekuler tapi tak memberikan keuntungan dan kepuasan pada rakyatnya,setelah bosan dengan sekuler dan ancang-ancang kembali pada Islam yang murni,E malah kita yang memulai meng agung-agungkan persahabatan dengan negara sekuler,kalau tak memimpin dengan cara Islam dan bersahabat dengan musuh Islam,tak sadarkah kalian telah kafir,dan akan dimintai pertanggung jawab Allah di Akhirat kelak.
Menerima kedatangan seorang Yang mendukung Pembantaian Kepada saudara kita adalah sikap yang dilarang dalam Islam….
Tidak ada harapan sedikitpun yang dapat diambil dari si amrik ini, tetap saja agenda yahudinya sangat kental dan tetap saja berstandar ganda, mereka sedikitpun tidak membawa perubaha, kecuali makin bertambah memusuhi ummat Islam dan mau menipu ummat Islam.
Indonesia adalah salah satu negara yg terkaya akan sumber alamnya, emas, minyak, perak, tembaga, nickel, kayu, sebutkan…pasti semua ada yg telah puluhan th., bahkan ratusan th. dieksploitasi. Belum lagi harga minyak dunia terjun bebas dari USD140/barel sampai sekitar USD40/barel sekarang….Siapa yg ga’ naksir gitu. semuanya berujung pada uang dan minyak berikut sumber alam kita…oooooh ummah! Pedih jika melihat keadaan sekarang…sedihhhhhhhhhhh