Banyak pihak berharap penemuan kuburan massal dan ratusan mayat Muslim Rohingya di Thailand selatan menjadi momentum bagi Konferensi ASEAN untuk memecahkan masalah penyelundupan migran Muslim Rohingya.
“Sayangnya, negara-negara ASEAN tampak putus asa. Tanpa rasa takut, Myanmar menolak untuk mematuhi setiap rekomendasi untuk memecahkan masalah penyelundupan migran ini,” ungkap anggota Muslimah Kantor Media Pusat (CMO) Hizbut Tahrir Sumayyah Ammar dalam email yang diterima mediaumat.com, Senin, (25/8).
Pernyataan Sumayyah mengacu pada hasil pertemuan 22 Menteri Forum Regional ASEAN yang diselenggarakan di Malaysia pada 6 Agustus lalu. Dalam pertemuan tersebut, Myanmar enggan berkomentar atas masalah ini dalam konferensi. Myanmar awalnya menyatakan keengganan untuk menghadiri KTT ASEAN pada 1-6 September mendatang di Malaysia jika undangan dimaksudkan hanya untuk mengangkat isu pengungsi Rohingya.
Menurut Sumayyah, negara-negara ASEAN lainnya juga mengabaikan penderitaan kaum Muslim Rohingya dengan alasan perbatasan nasional hingga mereka dianggap sebagai orang luar atau pengungsi yang tidak memenuhi syarat untuk mendapatkan perlindungan. “Kasih sayang dan kemanusiaan telah lenyap dari para penguasa karena asshabiyyah (nasionalisme/tribalisme) batas-batas negara yang ada saat ini,” keluh Sumayyah.
Sumayyah mengingatkan perbatasan nasional yang digariskan oleh para penjajah kafir telah berhasil menutup hati umat Islam sampai-sampai pikiran mereka juga diseret dengan semangat nasionalisme. Padahal Islam jelas-jelas mengharamkan nasionalisme.
“Bukanlah dari kami orang yang menyerukan asshabiyah, atau yang berjuang untuk asshabiyah atau yang mati karena ashabiyah,” ujarnya mengutip hadits Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan Abu Daud.
Maka, tanpa adanya penguasa yang menerapkan Islam, baik di dalam maupun luar negeri, masalah Muslim Rohingya khususnya dan masalah umat ini umumnya tidak akan pernah bisa diselesaikan. Memang, tidak ada cara lain untuk menyelamatkan umat Islam dan mengembalikan kejayaannya kecuali dengan berusaha mendirikan kembali Khilafah yang akan diperintah oleh seorang Khalifah, yang akan bertindak sebagai perisai untuk umat ini sebagaimana ditegaskan oleh Rasulullah SAW.
“Sesungguhnya, Imam (Khalifah) itu adalah perisai, di belakangnya kalian berperang dan olehnya kalian mendapat perlindungan,” Sumayyah membacakan hadits yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim. (mediaumat.com, 24/8/2015)