HTI-Press. Beberapa pihak terbius dengan kunjungan Menlu Amerika Serikat (AS) Hillary Clinton, melupakan kebrutalan penjajahan AS di beberapa negeri Muslim. Bahkan diantaranya berharap banyak terhadap AS. Hal itu paling tidak terlihat dari pengajuan proposal kerjasama yang ditawarkan kepada AS. Seperti Menhan yang mengaku menitipkan proposal kerjasama militer bidang pendidikan pada Hillary untuk disampaikan kepada pemerintah AS.
“Saya sudah sampaikan kepada Pak Hassan. Kita mengutamakan pentingnya pendidikan para perwira Indonesia,” ujar Menhan Juwono Sudarsono di sela-sela acara Lokakarya Pembahasan Universitas Pertahanan di Dephan, Jl Meden Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Rabu (18/2/2009).
Menhan menambahkan, dalam proposal kerjasama ini, pemerintah lebih mementingkan tukar menukar perwira untuk pendidikan daripada pengadaan sistem alutsista (alat utama sistem senjata).
“Negara ini masih kekurangan orang-orang dari lapisan menengah untuk mengelola negara ini. Jadi kita mementingkan untuk pendidikan pertahanan,” kata Menhan.
Menhan menjelaskan, kerjasama yang dibicarakan adalah pertahanan yang tidak bersifat militer. Pihak AS, menurutnya, sudah menyetujui kerjasama tersebut.
“National Defence University dari Washington juga sudah bersedia untuk menyumbangkan tenaga-tenaga pemikir,” kata Menlu.
Para pejabat di negeri ini seolah tidak menyadari, Amerika Serikat sebagai negara pengemban ideologi kapitalisme akan senantiasa menancapkan dominasinya ke setiap lini negeri kaum Muslim. Tak hanya itu, AS juga akan menjadikan setiap negeri jajahannya terus berada dalam kendali mereka. Negara pengemban kapitalisme itu akan terus menancapkan landasan hidupnya yakni sekularisme, pemisahan agama dari kehidupan, ke benak putera-puteri kaum Muslim untuk mempertahankan dan membela para penjajah di negeri mereka. Sekularisme itulah yang telah menjadikan para perwira dan prajurit di negeri ini enggan untuk mengirimkan pertolongan membela saudara-saudara mereka ketika Gaza menangis dan memanggil.Tidakkah mereka menyadari hal ini?
Tidakkah para pejabat negeri ini melihat kerusakkan dan kebrutalan militer AS seperti dalam kasus Abu Gharib di Irak yang telah menghinakan kaum Muslim? Mengapa mereka berharap begitu banyak dengan para perwira AS yang nyata-nyata negeri tersebut telah mengirimkan puluhan ribu tentaranya ke negeri Muslim untuk menancapkan dominasinya di negeri tersebut?
Apakah mereka telah lupa, bahwa kaum Muslim telah memiliki para perwira dan pahlawan yang layak menjadi teladan? Tidakkah mereka melihat para perwira dan pahlawan Islam di masa Khilafah, semisal Shalahuddin Al-Ayubi yang berhasil membebaskan Al-Quds serta memancarkan cahaya kemuliaan dan pasukan salibis pun mengakui hal itu. Keimanan dan Islam telah menjadi pondasi dalam setiap langkah para prajurit kaum Muslim tersebut. Tidak ada ketakutan sedikitpun kecuali mereka mengharapkan mati syahid atau hidup mulia.
Sungguh sangat memalukan bila kaum Muslim berharap kepada para perwira Barat yang berakidah sekular yang bathil yang hanya melahirkan perilaku yang rusak itu. Kembalilah kepada landasan Islam untuk membela dan mempertahankan Islam dan kaum Muslim serta bersegera bahu membahu untuk menegakkan kembali kemuliaan Islam melalui penegakkan Khilafah Islamiyyah. (nl/sumber berita: detik.com)