Analisis baru dari World Resources Institute (WRI) menyimpulkan bahwa pasokan air di Timur Tengah akan memburuk dalam 25 tahun, yang akan mengancam perekonomian dan keamanan nasional di wilayah tersebut. Kondisi ini akan memaksa lebih banyak orang untuk pindah ke berbagai kota yang padat penduduk. Juga, bahwa wilayah yang dihuni 350 juta manusia ini telah mulai pulih dari rangkaian gelombang suhu panas mematikan dengan suhu yang terus meningkat dalam beberapa minggu berturut-turut.
Sebuah laporan juga mengatakan bahwa air sekarang dianggap sebagai senjata di Suriah. World Resources Institute (WRI) menegaskan ada 14 negara lebih dari 33 negara yang akan menderita masalah air di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara, termasuk Bahrain, Kuwait, Qatar, UEA, Palestina, entitas Yahudi, Arab Saudi, Oman, Iran dan Lebanon.
Laporan itu mengatakan bahwa perusahaan, lembaga dan penduduk di kawasan ini sangat rentan terhadap perubahan sumber daya air. Sementara sumber air di Timur Tengah sangat bergantung pada air tanah, tetapi kekeringan berada pada tingkat yang lebih besar. Lembaga Dunia untuk Pengembangan Permanen memperkirakan bahwa Sungai Yordan akan menyusut 80% pada tahun 2100, dan sumber air tanah akan sangat memburuk dengan meningkatnya permintaan. Mengingat, air tanah adalah sumber daya yang tidak terbarukan, dan sumber air yang paling penting ada di Arab Saudi. Timur Tengah merupakan wilayah yang rawan konflik air, dan cenderung tetap demikian. Bahkan air merupakan faktor penting dalam konflik permanen antara Palestina dan entitas Yahudi (kantor berita HT, 4/9/2015).