Bisnis Berkah di Penghujung Kapitalisme

IMG_20150926_121734HTI Press, Bandung. Sabtu (26/9), HTI Jawa Barat menyelenggarakan Forum Pengusaha di Waroeng Setiabudi, Bandung. Acara ini mengangkat tema “Solusi, Transformasi Bisnis dan Ekonomi Islam Saat Perlambatan Ekonomi Dan Bisnis Kapitalisme”.

“Indonesia pada saat ini, telah ‘menghalalkan’ dirinya untuk menerima azab dari Sang Pencipta. Lihatlah, berbagai kemaksiatan seperti zina, membolehkan riba dan lainnya telah mengundang kerusakan mulai dari yang parsial hingga sistemik. Hal tersebut memberikan kita pelajaran bahwa kita semua seharusnya taat kepada Allah SWT dalam menjalankan aktifitas kehidupan ini,” jelas ustad M. Ryan Syababi, M.Ag selaku Ketua DPD 1 HTI Jawa Barat dalam sambutannya.

Hadir sebagai pembicara Ir. H Dwi Condro Triono, M.Ag., Ph.D, DPP HTI, menjelaskan bahwa sebagai pengusaha muslim yang ingin mencari keridhoan Allah SWT, tentu tidak akan menjalankan aktifitas bisnisnya terlibat riba. Akan tetapi, tetap saja terkena debu riba di dalam menjalankannya. Nabi SAW bersabda, “Sungguh akan datang pada manusia, suatu masa (ketika) tiada seorang pun diantara mereka yang tidak akan memakan (harta) riba. Siapa saja yang (berusaha) tidak memakannya, maka ia tetap akan terkena debu (riba)nya”. (HR.An-Nasa’I, Ibnu Majah dan Abu Dawud).

“Yang menjadi pertanyaan adalah, mengapa ummat Islam masih mengambil riba? keadaaan mereka yang demikian itu adalah disebabkan mereka (berkata) berpendapat sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba,” ungkap Ir. H. Dwi CHondro Triono, Ph.D.

Beliau menyampaikan bahwa di dalam sistem ekonomi kapitalisme yang diterapkan hari ini, antara sewa, upah dan bunga dianggap sama sebagai laba (keuntungan). Mekanisme ekonomi ini diatur oleh lembaga perbankan dan pasar modal (Perusahaan Kapitalisme) terhadap rumah tangga dan perusahaan di dalam distribusi barang dan jasa. Begitulah Sistem ekonomi kapitalisme, ibarat manusia, Tubuhnya adalah Pasar bebas, aliran darahnya adalah uang kertas, jantungnya adalah lembaga perbankan, dan pemompa jantungnya adalah suku bunga.

“Mekanisme seperti inilah yang ada di dalam sistem kapitalisme sehingga tidak heran bila riba terus dijaga sekalipun jelas bahayanya. Sebab suku bunga adalah pemompa jantung ekonomi kapitalisme. Berbeda sekali dengan sistem ekonomi Islam, tubuhnya adalah penerapan politik ekonomi Islam, aliran darahnya adalah aliran uang emas dan perak, jantungnya adalah lembaga baitul mal, dan pemompa jantungnya adalah kewenangan khalifah,” jelasnya.

Di akhir acara, pembicara mengajak pengusaha muslim untuk senantiasa menjauhkan aktifitas bisnisnya dari riba. Dan menjalankan aktifitas jual beli berdasarkan sistem ekonomi Islam yang memiliki akidah Islam serta bersama-sama turut memperjuangkan penegakan Syari’ah dan Khilafah bersama Hizbut Tahrir. Agar aktifitas real dalam mencapai perubahan sistemik dapat terwujud.[]mi jabar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*