MUMBAI – Tiga bulan usai aksi teroris terkordinasi di Mumbai, Muslim di India mulai merasakan diskriminasi yang makin berkembang sejak tindak kekerasan tersebut.
“Setiap kali muncul aksi teroris, seorang Muslim langsung ditahan, seolah-olah seluruh komunitas harus menerima bahwa mereka yang bersalah,” ujar Laila Atif, 30 tahun, eksekutif marketing seperti yang dikutip oleh Washington Times, 21 Februari lalu. “Apakah kami bisa menuntut perasaan bersalah kolektif dari komunitas lain?”
Padalah sepertiga korban lebih dari 160 orang terbunuh dalam serangan di Mumbai November lalu ialah Muslim. India sendiri telah menuding Lashkar-e-Taiba, sebuah kelompok pemberontak Pakistani yang berjuang melawan pemerintahan India di wilayah mayoritas Muslim Kashmir, bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Dan Muslim India sendiri langsung melakukan serangkaian aksi mengutuk teroris dan menolak pemakaman para penyerang di pemakaman muslim. Para Muslim jamaah masjid dan beberapa bintang Bollywood juga bersama-sama mengenakan ikat kepala atau ban lengan warna hitam dalam aksi pengutukan teroris tersebut.
“Lebih dari sepertiga yang terbunuh dalam serangan Mumbai adalah Muslim,”ujar Sabitendranath Roy pengarang buku ternama dalam sebuah seminar Hubungan Hindu-Muslim di Kalkuta. “Sehingga sangat konyol dan menyerang sekali bila menyalahkan Muslim India, untuk serangan semacam itu hanya karena para pelakunya ialah Muslim dan berasal dari Pakistan,” ujarnya lagi.
Muslim India memang telah lama mengeluhkan diskriminasi berlarut-larut dari masyarakat mayoritas Hindu. “Ada puluhan ribu contoh tindakan bias terhadap komunitas, dilakukan oleh polisi yang sering menganggap Muslim tak lebih dari teroris atau kriminal,” ujar Sujato Bhadra, anggota eksekutif Asosiasi untuk Perlindungan Hak-Hak Demokratis.
Investigasi tiga bulan oleh Tehelka, majalah berita tersohor atas investigasi kamera tersembunyi terhadap politisi korup, menemukan pengawasan dan perburuan sistematis sekaligus menakutkan atas Muslim tak berdosa.
“Sangat menyedihkan…, bahkan proses pengadilan sering kali terlibat dalam tindak diskriminasi sewenang-wenang mengerikan tersebut,” ujar pimpinan redaksi Tarun J.Tepal dalam sebuah editorial majalah.
“India memiliki sekitar 160 juta Muslim, Bahkan jika ada 10 ribu orang yang benar-benar radikal, itu layaknya sebatang pohon di tengah hutan. Menciptakan atmosfir mencengkeram ke seluruh penjuru hutan jelas sebuah kesalahan,” tulisnya lagi.
Data resmi pemerintah menunjukkan, Muslim yang merupakan 13 % dari 1,1 milyar populasi masih menderita buta hurup. Diskriminasi terhadap Muslim meliputi seluruh kehidupan mereka. Muslim kerap pula mengeluh atas diskriminasi dalam pekerjaan. Hanya 7 % yang duduk dalam kantor pemerintahan, lima persen dalam sektor perkereta apian, empat persen dalam sektor perbankan, dan hanya 29 ribu orang yang masuk dalam militer India.
“Ada gerakan anti-Muslim, meskipun kecil namun memiliki suara dan kekuatan dominan terutama dari kelas-kelas korporat dan elit bisnis,” ujar Amaresh Misra, pengamat politik berbasis di Mumbai. “Dalam seksi inilah mereka mulai menyingkirkan Muslim dari perusahaan, korporasi, hingga bermacam bisnis termasuk real-estate,” ujarnya. (Republika, 23/02/09)
sebagai sesama muslim kita harus bisa membantu saudara-saudara kita di india. bangun kembali kekhalifahan islam, agar kita bisa bersatu kembali
ass…
sungguh allah swt maha mendengar n maha melihat, pasti dia akan menolong yg makruf n membumi hanguskan yg mungkar…wslm.
mari kita berjihad menghancurkan sikap yg mungkar,, ya..allah berilah kepda kami sbgai muslim utk membangun khalifah islam kembali.