Rusia mengirim rudal dan sistem pertahanan udara untuk Suriah guna melindungi pesawat tempurnya, menurut saluran berita Russia Today (05/11). Kepala Pasukan Kedirgantaraan Rusia Viktor Bondarev mengatakan bahwa negaranya telah mengirim ke Suriah sistem pertahanan udara dan rudal untuk melindungi pasukannya yang ada di sana, dan mencegah kemungkinan pembajakan pesawat tempur, serta untuk merespon secara tepat waktu. Bondarev mengatakan dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Rusia, Komsomolskaya Pravda: “Kami telah mempelajari semua kemungkinan ancaman, dan kami telah mengirim ke sana (Suriah) tidak hanya pesawat penyerang, peluncur granat dan helikopter, namun juga sistem rudal anti-pesawat, untuk digunakan dalam kasus ‘force majeure’, misalnya kemungkinan pembajakan pesawat militer dari pangkalan yang dikendalikan oleh pemerintah Suriah, dan melakukan serangan udara terhadap kami. Untuk itu, kami harus siap menghadapi kemungkinan tersebut.”
Pejabat militer Rusia menjelaskan bahwa pesawat tempur Rusia terpaksa memasuki wilayah udara Turki bulan lalu untuk menghindari serangan, dengan mengatakan: “Pesawat tempur kami di sana tengah menjalankan misi tempur di Suriah utara, saat berawan tebal. Ketika pertempuran mendekati perbatasan Turki perangkat menunjukkan bahwa sistem pertahanan udara di darat mencoba untuk mencegat pesawat tempur itu, sehingga terpaksa melakukan manuver anti-rudal selama beberapa detik dan memasuki wilayah udara Turki sedikit, namun kami mengakui semua itu dengan terus terang.”
*** *** ***
Apa yang dilakukan oleh Rusia dengan mengirim sistem pertahanan udara dan rudal ke Suriah menimbulkan banyak pertanyaan tentang motif yang membuatnya melakukan semua itu, dan banyak ahli militer yang menyamakannya dengan kubah besi yang dibangun oleh entitas Yahudi untuk berlindung dari roket kelompok perlawanan.
Apakah Rusia benar-benar takut, atau Rusia telah mencium bau pengkhianatan dari sekutunya dalam bayang-bayang pembicaraan api yang ramah, dan penegasan Washington untuk memberikan pada brigade “moderat” persenjataan yang canggih dan efektif, juga jumlah besar amunisi?
Sebenarnya tidak ada kebutuhan mendesak terhadap rudal anti-pesawat, sebab semua orang tahu bahwa brigade tempur tidak memiliki senjata udara. Sementara pada saat yang sama kita menemukan bahwa Amerika segera menarik perangkat pertahanan “Patriot” dari Turki?
Apakah Rusia sebenarnya takut bahwa pangkalan militernya di Tartus, Latakia dan lainnya akan mendapatkan serangan dari “beberapa kelompok lokal” sebagaimana yang dikatakan Lavrov?
Dalam hal ini jelas bahwa Rusia mulai merasa kebingungan dan tenggelam di “rawa-rawa Suriah”. Rusia yang membayangkan bahwa arsenal militernya dan pesawat tempurnya akan mampu memaksa para pejuang revolusi, dan mendorong mereka untuk duduk bernegosiasi dengan sekutunya, sang vampir Bashar al-Assad; dan Rusia telah bertaruh bahwa serangan udaranya akan membuat—goncangan (shock) dan ketakutan—sehingga menjadikan keretakan dalam sejumlah brigade tempur dan memdorong beberapa atau semuanya segera ke Moskow untuk bernegosiasi dan menerima status quo.
Namun tampaknya, Rusia telah menyadari bahwa keterlibatannya dalam masalah Suriah, dan meyakini betapa sulit untuk mencapai tujuannya, sehingga Rusia melepaskan prasyarat keharusan Bashar tetap dalam kekuasaan—sebagai persyaratan fundamental dan penting dalam setiap proses negosiasi—dan segera membawa arsenalnya untuk melindungi pangkalan dan instalasi militernya di Suriah.
Sebenarnya, kecemasan dan ketakutan Rusia yang sesungguhnya adalah bangkitnya militer yang sadar akan keprihatinan umatnya dan kepentingannya, sehingga mereka akan mengubah loyalitasnya yang sebelumnya kepada para penguasa antek—para penguasa monster—menjadi loyalitas kepada akidahnya dan kepada generasi umatnya yang mukhlis, serta kepada Hizbut Tahrir yang telah mendedikasikan dirinya sejak awal dan berjanji kepada Tuhannya untuk berjuang keras demi memulai kembali kehidupan Islam dalam naungan Khilafah Rasyidah ‘ala minhājin nubuwah, yang akan menyapu bersih imperialisme negeri-negeri kaum Muslim, dan yang akan mengemban misi Islam yang jernih dan murni, yaitu misi penyebaran petunjuk dan cahaya kebenaran Islam. Allah SWT berfirman: “Dan mereka berkata, ‘Kapan itu (akan terjadi)?’ Katakanlah: ‘Mudah-mudahan dalam waktu dekat’.” (TQS. Al-Isrā’ [17] : 51).
Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 8/11/2015.