Indonesia kembali mengulangi dukungannya terhadap Kemerdekaan Palestina. Dalam Konferensi Internasional mengenai Yerusalem yang dimulai Senin (14/12) di Jakarta Menteri Luar Negeri Indonesia menyatakan kesediaan Indonesia menjadi tuan rumah konferensi ini untuk menegaskan dukungan penuh pemerintah dan rakyat Indonesia terhadap kemerdekaan Palestina yang sejati .
Retno Marsudi menambahkan selain dukungan politik, Indonesia ikut meningkatkan pembangunan kapasitas dan kerjasama teknis dengan Pelestina. Indonesia sejauh ini telah melatih 1.308 warga Palestina di berbagai bidang, antara lain : pertanian, pemerintahan yang bersih dan keuangan mikro.
Konferensi ini dihadiri 25 negara anggota Komite Palestina PBB dan 24 negara peninjau ini dilangsungkan oleh Komite Palestina PBB dan Organisasi Konferensi Islam atau OKI.
Pernyataan berulang mendukung kemerdekaan Palestina kerap disampaikan Indonesia. Namun kita perlu tegaskan, dukungan yang diberikan selama ini tidak lah cukup. Bahkan jauh dari upaya sungguh-sungguh untuk menyelesaikan persoalan Palestina. Sebab persoalan Palestina bukanlah masalah pertanian, bukan pula masalah keuangan mikro atau pemerintahan yang bersih. Namun masalah Palestina adalah keberadaan penjajah Yahudi di bumi yang diberkati itu. Kita ulangi , persoalan Palestina adalah masalah penjajahan entitas Yahudi.
Segala bentuk solusi yang tidak mengarah kepada penghilangan penjajahan ini tidak akan menyelesaikan persoalan Palestina. Termasuk pemberian kemerdekaan kepada Palestina dalam konteks “solusi dua negara” (two states solution ) yang diadopsi Indonesia. Solusi ini justru merupakan pembenaran terhadap keberadaan penjajah Yahudi yang ilegal.
Bantuan kesehatan hanya bersifat mengobati, setelah itu penjajah Yahudi,- kalau tidak ada yang mencegah-, kembali membombardir , membunuh, dan melukai umat Islam. Bantuan pembangunan atau ekonomi pun tidak begitu berarti, apabila serangan bersenjata yang menargetkan rumah-rumah sakit, sekolah-sekolah, dan pemukiman penduduk tidak dihentikan. Dibangun, berhenti sejenak, dihancurkan lagi. Begitulah terjadi secara berulang.
Keterlibatan Indonesia dalam proses perdamaian yang disponsori PBB, Amerika Serikat, atau negara-negara Eropa, tidak akan menyelesaikan masalah secara keseluruhan. Pasalnya, segala bentuk proses perdamaian ala Barat, tetap dalam kerangka mempertahankan penjajah Yahudi. Padahal penjajah ini lah yang menjadi persoalannya. Proses perdamaian hanyalah membuang-buang waktu yang memperpanjang penderitaan rakyat Palestina.
Untuk melawan penjajahan yang didukung oleh PBB dan negara-negara Barat ini, tidak ada jalan lain kecuali jalan perang (jihad fi sabilillah). Karena itu yang dibutuhkan adalah pengiriman tentara-tentara regular negeri-negeri Islam termasuk Indonesia untuk berperang mengusir penjajah Yahudi . Semua ini hampir mustahil kecuali ditengah-tengah umat Islam ada Khilafah. Negara inilah yang akan menggerakkan tentara-tentara umat Islam untuk memerangi penjajah Yahudi termasuk para pendukungnya.
Ini pulalah yang menjadi kesimpulan dalam kampanye global yang diluncurkan oleh Divisi Muslimah di Kantor Media Pusat Hizbut Tahrir berjudul: “ Khilafah adalah Pembebas Al-Aqsha dan Penjaga Perempuan yang Mulia”. Kampanye ini untuk mendukung Al-Aqsa dalam menghadapi kebisuan dunia termasuk dunia Islam terhadap apa yang terjadi pada Al-Aqsa yang diberkahi, dari pengotoran dan upaya-upaya untuk meraih dominasi atas Al-Aqsa dan membagi-baginya. Belum lagi apa yang selama ini diderita oleh rakyat Palestina termasuk perempuan dan anak-anak, orang tua dan pemuda, dari penindasan, pembunuhan, penghinaan, dan pelecehan.
Kegagalan masyarakat internasional, konvensi-konvensi dan lembaga-lembaga internasionalnya, untuk melindungi umat Islam Palestina, telah menjadi jelas. Bahkan hal yang sebaliknya telah terjadi . Merekalah yang justru menyetujui penindasan ini. Merekapun mendukung kejahatan keji terhadap umat Islam yang menjadi korbannya.
Pesan dalam kampanye ini adalah sangat jelas : “ Demi Allah, bencana-bencana yang menimpa umat Islam memiliki satu penyebab, yang disimpulkan oleh Umar al-Farouq dalam pernyataannya: “Kami adalah orang-orang yang telah dijadikan terhormat dengan Islam oleh Allah , dan ketika kami mencari kehormatan dengan selain Islam maka Allah akan menghinakan kami…”
“Inilah keadaannya dan hingga saat ini masih tidak berubah karena sejak runtuhnya Negara Islam, Negara Khilafah. Umat Islam telah menderita dan ditindas, negeri-negeri Islam dalam kerugian, sumber daya mereka dijarah, darah mereka telah menjadi murah dan telah ditumpahkan, umat Islam hidup nyaris tanpa kehormatan”
Karena itu kita berharap tentara-tentara di tengah-tengah umat Islam ini mendengar seruan dari kampanye global ini, seruan yang akan memberikan kebaikan di dunia dan diakhirat bagi yang memenuhinya. “Wahai tentara Allah, bersegeralah memberikan dukungan kepada kaum muslim untuk membebaskan tanah yang diberkahi dan meninggikan bendera Islam, mengguncang singgasana para penindas… dan membangun benteng besar Islam dan barisan menuju kami demi pembebasan yang segera tampak…Kami berharap suara kami mencapai telinga-telinga yang mendengar, dan hati-hati yang sadar dan berdetak untuk menerimanya, dengan izin Allah SWT”. Allahu Akbar (Farid Wadjdi)