Kalau Milisi Oregon Muslim Atau Kulit Hitam, Mereka Sekarang Pasti Sudah Mati

pengikut bundy berunjuk rasaOleh: Wajahat Ali
Jika, tiba-tiba dikatakan ada seorang pria berjenggot dengan kepala tertutup telah memposting video di media sosial yang menyerukan para pengikutnya untuk meninggalkan rumah mereka dengan membawa senjata, lalu pindah ke wilayah yang baru, kemudian mengambil alih properti milik pemerintah “selama diperlukan ” dan agar menggunakan kekerasan jika berhadapan dengan aparat penegak hukum, anda mungkin akan menganggap bahwa saya sedang berbicara tentang propaganda video terbaru yang dirilis oleh ISIS, yang dibuat filmnya di Irak atau Suriah dan dimaksudkan untuk merekrut kaum ekstremis dengan kekerasan.Tapi sebenarnya cerita itu adalah tentang kelompok milisi di Oregon yang mengambil alih tanah milik pemerintah federal pada saat ini yang dipimpin oleh Amon Bundy yang mengatakan bahwa pengikutnya tidak akan “mengesampingkan penggunaan kekerasan” jika aparat penegak hukum “mencoba untuk mengeluarkan mereka” dari wilayah itu.

Tentu saja mereka bukan “Teroris”: Bundy dan para pengikutnya hanyalah kelompok kulit putih para “pejuang kebebasan”, yang menggunakan senjata dan amunisi untuk melindungi konstitusi AS dan nilai-nilai Amerika dari pemerintah dan orang Amerika lainnya yang ingin mematuhi undang-undang federal sebagaimana orang lain.

Namun, jika ada seorang pria berkulit hitam memegang pistol mainan plastik bahkan jika dia sedang berjalan ke arah gedung federal, apalagi bersama dengan 150 orang laki-laki berkulit hitam lainnya yang semua memegang senapan berisi penuh dengan peluru, dia dan teman-temannya pasti akan ditembak mati oleh aparat penegak hukum, dan tidak perlu ada pertanyaan.

Dan jika ada 15 Muslim yang menduduki 7-Eleven dengan senjata mainan dan segelas minuman, para penegak hukum federal mungkin akan “menggulung” mereka dengan senjata MRAP dan segera melakukan tindakan bergaya Waco.

Di sinilah terlihat kemunafikan aparat penegak hukum Amerika dimana meskipun ada sejumlah orang yang terlibat dalam tindakan seperti itu dalam dua tahun terakhir, mereka tidak dikenakan tuduhan pidana setingkat ekstremisme, menurut Southern Poverty Law Center.

Yang benar sekaligus  menyedihkan adalah bahwa para ekstremis itu – baik di dalam negeri maupun di luar negeri – sering merasa tidak puas, ketakutan dan juga adalah orang-orang marah yang merasa putus asa dalam mencapai tujuan, dan merasa bahwa dunia tidak pedulu dengan nasib mereka.

Sebelum mengambil alih wilayah perlindungan satwa liar, Ritzheimer – sebagaimana para ekstremis lain – membuat video “Selamat tinggal” untuk keluarganya dan beralasan bahwa tindakannya itu membela kebebasan terhadap “Pemerintah Tirani”.

Mungkin sudah waktunya bagi para politisi dan para penegak hukum untuk mengakui kebenaran yang sesungguhnya dalam menghadapi para ekstremis yang mengatas namakan “Amerika” atau yang mengeluh karena hal lain. (riza/theguardian.com)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*