Kemenag Ingin Tutupi Sejarah Nabi

menag di sekolah“Karena itu bila kita melihat sejarah kisah hidup nabi itu kita seperti melihat keseluruhan ajaran Islam. Nabi adalah contoh paling baik dalam menjalankan Islam.”

Sebenarnya rencana Kementerian Agama (Kemenag) mengubah materi pelajaran sejarah Nabi Muhammad SAW di sekolah dasar dan menengah wajar saja namun bila dikaitkan untuk menangkal radikalisme dinilai tidak adil dan tidak proporsional.

“Rencana Kemenag adalah sesuatu yang wajar saja hanya yang aneh itu ketika dikaitkan dengan radikalisme, ini kan tanggapan yang tidak adil dan tidak proporsional,” ujar juru bicara Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Muhammad Ismail Yusanto kepada Media Umat, Selasa (12/1).

Karena kalau berbicara soal radikalisme. Sebenarnya, radikalisme itu merupakan respon saja dari umat terhadap kezaliman dan ketidakadilan yang menimpa umat.

Nah, respon umat itu begitu beragam. Dari yang diam sampai yang melakukan tindakan pembalasan. Jadi, kalau kita berbicara radikalisme yang harus dipersoalkan terlebih dahulu itu adalah hal yang menimpa umat ini.

“Sebab kalau ujug-ujug berbicara tentang diri kita lalu berupaya mengurangi dari radikalisme itu seolah-olah menyalahkan diri kita sendiri semata, seolah-olah radikalisme itu tanpa sebab, tanpa ada masalah. Dan seolah-olah sumbernya adalah umat Islam dan salah satu faktornya adalah sirah (sejarah Nabi Muhammad SAW, red) yang dinilai terlalu bercerita tentang peperangan,” tegasnya.

Menurut Ismail, sosok Nabi itu merupakan cerminan langsung dari ajaran Islam. Ajaran itu meliputi akidah dan syariah. Akidah itu perkara-perkara yang harus diimani sedangkan syariah itu menyangkut tuntunan di dalam menjalani kehidupan, baik itu dalam masalah ibadah, makanan, minuman, pakaian, akhlak, maupun muamalah.

“Karena itu bila kita melihat sejarah kisah hidup nabi itu kita seperti melihat keseluruhan ajaran Islam. Nabi adalah contoh paling baik dalam menjalankan Islam,” ujarnya.

Ia pun menyarankan sebaiknya sirah menggambarkan keseluruhan kehidupan Nabi agar keseluruhan ajaran Islam itu bisa tertangkap.

Ismail juga tidak menampik adanya sirah yang fokus pada aspek-aspek tertentu. Misalnya, buku tentang perang-perang di masa Nabi. Ada juga buku Kemanusiaan Muhammad itu fokus kepada aspek kemanusiaan Rasulullah. Jadi itu sesuatu yang wajar dalam penulisan biografi Nabi untuk memberikan titik tekan tertentu sesuai dengan yang diinginkan.

“Masalahnya adalah kita ini di dalam menulis sirah mau apa?” tanyanya retoris.

Seperti diberitakan BBC Indonesia, Ahad (10/1) Kemenag akan memperbaiki materi pelajaran sejarah Nabi Muhammad SAW di sekolah dasar dan menengah karena cenderung menonjolkan perannya dalam peperangan dan tidak memberi tempat pada sifat-sifatnya yang toleran dan mendukung perdamaian.

Kementerian Agama mengatakan, upaya perbaikan ini tidak terlepas dari meningkatnya radikalisasi yang menjangkiti sebagian umat Islam di Indonesia.

Abdurrahman tidak memungkiri kajian ulang terhadap materi sejarah Nabi Muhammad tidak terlepas dari meningkatnya radikalisasi yang menjangkiti sebagian umat Islam di Indonesia.

“Ideologi pemerintah ‘kan ideologi kerukunan. Otomatis, bagaimana kita menangkal radikalisme, terorisme,” katanya. (mediaumat.com, 13/1/2016)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*