Isu yang diangkat dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) ke-5 tentang Palestina dan Al-Quds, dikritik keras pengamat hubungan internasional Budi Mulyana karena dianggap melupakan persoalan mendasarnya.
Menurutnya, persoalan mendasar Palestina adalah penjajahan oleh entitas zionis yahudi, penjajahan ini yang harus dienyahkan.
“Sayangnya, dalam pertemuan ini tidak ada suara untuk mengenyahkan Israel dari Palestina!” ujarnya kepada mediaumat.com, Ahad (6/3) melalui surat elektronik.
Menurut Budi, Israel sudah sedemikian mencengkram dan oleh OKI dianggap sebagai realitas yang tidak bisa diubah. Walhasil dosa sejarah masa lampau tidak menjadi cermin untuk mendapatkan solusi yang mendasar dari persoalan Palestina ini. “Lalu apa kekuatan OKI dengan 57 anggotanya?” tanya Budi retorik.
Ada enam isu yang diangkat dalam KTT yang dibuka pada hari ini di Jakarta, yakni perbatasan, pengungsi, status kota Jerusalem, pemukiman ilegal, keamanan dan air. Semuanya menurut Budi persoalan yang sangat teknis, seolah melupakan persoalan mendasar dari perjuangan bangsa Palestina ini yaitu penjajahan Israel terhadap bumi Palestina.
Di samping itu, Budi juga melihat dokumen resolusi maupun deklarasi yang akan dikeluarkan oleh OKI yang terbentuk usai pembakaran Masjid al-Aqsa pada 1969 ini, pastinya tidak akan mengikat secara hukum internasional. Dengan demikian, tidak ada sanksi hukum jika kedua dokumen ini tidak dilaksanakan.
“Mungkin hanya secara moral dan secara politik saja. Itu pun mesti dilihat seberapa efektif dorongan moral dan politik ini, mengingat bukankah selama ini dukungan moral dan politik terhadap Palestina terus digulirkan,” pungkasnya.[] Joko Prasetyo