Ulama Pakistan: Pemerintah Telah Melakukan Pembantaian!

Para ulama Pakistan yang ditunjuk sebagai penengah krisis Masjid Merah menyatakan bahwa pemerintahan Pervez Musharaf telah melakukan pembantaian

Hidayatullah.com–Para ulama Pakistan yang ditunjuk sebagai penengah krisis Masjid Merah menyatakan bahwa pemerintahan Pervez Musharaf telah melakukan pembantaian, setelah pihak militer memaksa menjebol dinding masjid pada Selasa dini hari kemarin, yang menyebabkan tewasnya puluhan orang, termasuk Al Ghazi dan ibu kandungnya.

Qari Hanif, salah satu ulama yang ditunjuk sebagai penengah bersama dengan mufti Pakistan Syeikh Rafi Utsmani dalam sebuah siaran pers mengatakan, ”Pemerintah adalah satu-satunya pihak yang harus bertanggung jawab atas pembantaian dan pembunuhan warga sipil selama proses pengepungan”.

Qari Hanif juga menyatakan bahwa pemerintah telah memperdaya para mediator dan merusak upaya negosiasi. Karena pihak mediator telah berhasil melakukan kesepakatan dengan Syeikh Al Ghazi, beliau telah menerima saran dari para penengah dan bersedia untuk keluar dari pengepungan lalu tinggal di kampung keluarganya di desa Rujan Propinsi Punjab, setelah itu akan dilakukan proses hukum untuk mebuktikan tuduhan-tuduhan yang dialamatkan pemerintah kepadanya.

Akan tetapi pihak pemerintah membatalkan kesepakan ini, dan tidak menyetujui permintaan Al Ghazi, sebagai timbal balik atas permintaan pemerintah. Sayangnya Qari Hanif tidak menyebutkan secara rinci timbal balik yang dibebankan kepada pemerintah sebagai konsekwensi atas persetujuan Al Ghazi. Malah akhirnya pihak pemerintah mengambil keputusan untuk menyerang masjid. [IoL/Toriq/www.hidayatullah.com]

Al Ghazi: Ulama yang Pernah Bekerja Untuk “Barat”

Tokoh utama yang ikut tewas oleh serangan aparat Pakistan adalah, Maulana Abd Rasyid Al Ghazi. Siapakah sesungguhnya dia? Mengapa bisa membawa senjata?

Hidayatullah.com–Abdur Rasyid Al Ghazi sejak kecil memang telah menghafal Al Qur’an, akan tetapi ia enggan untuk melanjutkan sekolah diniyah dan memilih untuk menjalani pendidikan tingkat SMU di sekolah pemerintah. Ayahnya, Abdullah sebenarnya menginginkan agar ia bisa menjadi penggantinya kelak, seperti kakaknya Abdul Aziz.

Akan tetapi ia cenderung memilih sekolah umum. Ia pernah mencoba untuk mengikuti pendidikan di Jami’ah Al Faridiyah yang berada satu komplek dengan Masjid Merah, tapi tidak lama kemudian ia keluar dan melanjutkan ke salah satu universitas negeri di Karachi hingga memperoleh gelar master dalam bidang sejarah dan fasih dalam bahasa Inggris.

Tak lama setelah itu, ia menjadi pegawai yang berada dibawah Kementrian Pendidikan, dan bahkan kemudian bekerja di salah satu badan PBB yang bergerak dalam bidang pendidikan (UNESCO).

Baru setelah ayahnya Abdullah dibunuh karena alasan agama tahun 1998, sifat Al Ghazi berubah total. Ia bahkan begitu perhatian dengan isu-isu keagamaan. Ia bahkan mulai berkhutbah di masjid. Itulah yang membuat kakaknya Syaikh Abdul Aziz bergembira dan menunjuknya sebagai wakil imam di Masjid Merah walau ia masih tetap menjadi pegawai pemerintah.

Nama Abdul Rasyid Al Ghazi tambah berkibar sebagai tokoh agama di media-media masa pada tahun 2001. Terutama, ketika kelompok-kelompok Muslim mendirikan ”Gerakan Pembela Afghanistan” untuk merespon serangan Amerika ke Afghanistan.

Ia juga sebagai salah satu tokoh penting yang berada di balik berbagai demonstrasi yang terjadi di Pakistan sebagai penentangan atas serangan Amerika ke Afghanistan pada waktu itu.

Sejak saat itu, namanya terus dikenal. Sampai-sampai, beberapa pihak, tepatnya tahun 2004 terjadi usaha percobaan pembunuhan terhadap dirinya dan kelompoknya. Akibat seringnya terjadi usaha pembunuhan, menyebabkannya selalu menaruh senapan Klasenkov buatan Rusia di dalam mobilnya. Kemungkinan, pembunuhan sang ayah, telah ikut mengilhaminya hingga untuk selalu membawa senapan ke manapun saat pergi dengan pengawalan teman-temannya. Apalagi di tempat itu, senjata sisa perang Afghan masih mudah di dapat. Yang sedikit orang tahu, Al Ghazi, adalah pejuang tegakknya syariah Islam di Pakistan. Yang, tentu saja paling kurang diinginkan Barat. [IoL/Toriq/www.hidayatullah.com]

Sumber :

http://hidayatullah.com/index.php?option=com_content&task=view&id=5013&Itemid=1 http://hidayatullah.com/index.php?option=com_content&task=view&id=5014&Itemid=1

2 comments

  1. sudah sedemikian jelas permusuhan terhadap orang yg mengusung syariat Islam. sejelas mentari di siang hari.

    apa lagi yg musti ditunggu?
    (anehnya, peristiwa ini dianggap sepi saja oleh kebanyakan umat muslim)

  2. saya setuju kalo yang menjadi pemerintah adalah orang islam yang tidak berhubungan dengan barat.
    sudah saatnya kita jadi umat yang mandiri.
    mungkin kita perlu meniru gerakan yang pernah dilakukan oleh Mahatma Gandhi”berdiri diatas kaki kita sendiri”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*