HIP 2 TABALONG : MASA DEPAN POLITIK ISLAM

HTI Tabalong Kalimantan Selatan kembali menggelar Halqoh Islam dan Peradaban edisi 2. HIP yang diadakan di Gedung Djoeang Tanjung pada hari Ahad, 1 Maret 2009 ini mengangkat tema ‘Masa Depan Politik Islam’. Hadir sebagai pembicara adalah Akhmad Jubairi (Ketua KAPPU Cabang Partai Bulan Bintang Tabalong) dan Abu Amin (HTI Tabalong). Yang menarik, HIP kali ini diawali dengan pemaparan hasil-hasil survey politik oleh Hasbi Nuryadin, S.Si (Praktisi Statistik).

Dalam paparannya, Hasbi Nuryadin menjelaskan bahwa perolehan suara parpol Islam dalam 2 kali pemilu di era reformasi masih belumlah menggembirakan. Hal ini dapat dilihat dari perolehan suara gabungan parpol Islam masih kalah jauh dibandingkan partai nasionalis. “Bahkan, seandainya pemilu dilaksanakan hari ini maka 23,8% memilih PDIP dan 29,4% menyatakan tidak tahu/tidak menjawab. Partai Islam tertinggi hanya meraih pilihan 7,4%,” jelas Hasbi sambil mengutip hasil survey Indo Barometer.

Dengan mengutip banyak hasil-hasil survey politik yang dilakukan oleh lembaga-lembaga survey terkemuka, Hasbi menyatakan bahwa 54,60% masyarakat tidak puas dengan kinerja parpol dan sebanyak 66,50% tidak puas dengan kinerja wakil rakyat dari parpol yang dipilih. “Yang sangat mengejutkan adalah persepsi publik terhadap parpol Islam. Ternyata, 43,3% menyatakan tidak ada bedanya antara parpol Islam dengan partai lain dan 34,8% menyatakan perilaku elit/pengurus dari parpol Islam sama saja dengan parpol lain yang bukan dari parpol Islam. Padahal di sisi lain, keinginan masyarakat terhadap syari’ah Islam terus meningkat dari tahun ke tahun. Roy Morgan Research menyatakan 52% orang Indonesia mengatakan bahwa syari’ah Islam harus diterapkan di wilayah mereka, PPIM-UIN menyatakan 74% masyarakat Indonesia menghendaki penerapan syari’ah Islam, bahkan dalan survey termutakhir 83% setuju dengan penerapan syari’ah Islam. Dari sini kita layak bertanya ada apa dengan parpol Islam? ” ungkap beliau.

Akhmad Jubairi – selaku pembicara I – menyampaikan bahwa parpol Islam saat ini menghadapi kendala besar, yaitu derasnya arus opini sekulerisme dan Kapitalisme yang kadangkala mengikis jatidiri partai. “Sekalipun demikian, PBB akan terus memperjuangkan syari’ah Islam di bumi Indonesia karena dengan syari’ah Islam itulah kita akan diberkahi oleh Allah SWT. Sistem sekarang sangat tidak menguntungkan bagi perjuangan parpol Islam, sehingga banyak yang harus berfikir realistis dan pragmatis dengan mengorbankan idealismenya,” akunya.

Pembicara II Abu Amin menjelaskan bahwa penerimaan yang terus meningkat terhadap syari’ah Islam setidaknya disebabkan oleh 2 hal, yaitu 1) landasan keimanan umat Islam yang menuntut ketaatan terhadap aturan yang diturunkan oleh Dzat yang mereka imani (Allah SWT), 2) kegagalan system yang ada sekarang untuk mengatasi problem-problem kemanusiaan yang dihadapi. “Lantas mengapa tidak sinkron antara kesadaran masyarakat terhadap syari’ah Islam yang terus meningkat dengan dukungan terhadap parpol Islam ?” tanya Abu Amin. Beliau menjelaskan sebabnya adalah 1) hasrat rakyat untuk bersyari’ah memang sudah membuncah. Tetapi ketika hendak disalurkan, mereka belum melihat adanya parpol – termasuk parpol Islam – yang meyakinkan mereka. Pada titik ini, mereka berada di persimpangan jalan : antara tidak memilih karena memang tidak ada yang bisa dipilih, dan memilih yang ada dengan mengorbankan hasrat mereka, dengan pertimbangan : daripada tidak memilih, 2) Parpol yang ada memang tidak pernah melakukan edukasi kepada umat sehingga antara hasrat bersyari’ah dengan pilihan mereka pada akhirnya tidak sama. “Dengan demikian, yang harus dilakukan parpol Islam saat ini justru adalah menyuarakan penerapan syari’ah Islam secara lebih tegas dan terbuka,” tandas beliau.

Di sesi diskusi, Drs Zainudin Amin – Sekretaris Muhammadiyah – melontarkan gagasan bahwa ke depan parpol harus memiliki seperangkat konsep. Dan bagi parpol Islam tentu solusi yang ditawarkan haruslah solusi Islam. Ust Arli Jahrudin, S.Ag menggambarkan parpol Islam bergabung saja masih kalah suara apalagi sendiri-sendiri. Hal senada dilontarkan pula oleh Bp H. Husni. Ibu Halimah menyatakan perlunya pembentukan nafsiyah dan pemahaman akan penerapan syari’ah Islam secara kaffah bagi aktivis parpol Islam. Ust Kamaludin mengakhiri sesi diskusi dengan pernyataan bahwa niat memperjuangkan syari’ah Islam saja belumlah cukup kecuali kita terlibat di dalam upaya perjuangan tersebut.

Abu Amin memungkasi sesi diskusi dengan menjelaskan metode Rasulullah SAW yang memulai perjuangannya dengan fase tatsqif baik murakkaz (pembinaan intensif/kaderisasi) maupun tatsqif jama’iy (pembinaan umum untuk membentuk opini dan kesadaran umum). Dilanjutkan dengan fase tafa’ul ma’al ummah (berinteraksi di tengah umat), di mana pada fase ini proses tatsqif terus berlanjut, ditambah dengan upaya pergolakan pemikiran (ash shiro’ul fikri), membongkar persekongkolan (kasyful khuthath), mengadopsi kemaslahatan umat (tabanni masholihul ummah), dan mencari dukungan/pertolongan (tholabun nushroh). Jika semua fase dan aktivitas ini dapat dijalankan dengan baik maka fase berikutnya, yakni penerimaan kekuasaan (istilamul hukmi) yang menandai penerapan syari’ah Islam tak bisa dibendung lagi. “Saat itulah kaum muslimin dan umat manusia seluruhnya akan hidup dalam aturan yang memanusiakan manusia di bawah naungan Khilafah. Dan semoga masa itu tidaklah terlalu lama lagi.”

One comment

  1. Alhamdulillah, ternyata dakwah HTI sudah sampai ke Tanjung, semoga membawa berkah di kota minyak ini. Siapa lagi siap bergabung, mari berlomba menegakkan agama Allah melalui HT.
    Allahu Akbar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*