Fatah dan Hamas mengumumkan keterikatannya dengan keputusan KTT Arab, menghormati keputusan internasional dan kesepakatan PLO; Semuanya merupakan bentuk pengakuan terhadap negara yahudi!
Pada malam ini, telah diumumkan penandatanganan kesepakatan antara Fatah dan Hamas. Kesepakatan ini diwakili oleh Presiden Otoritas Palestina Mahmud Abbas serta Kepala Kantor Urusan Politik Hamas Khalid Mash’al dan Perdana Menteri Ismail Haniyeh. Mereka mengakui dengan jelas dan transparan untuk terikat dengan semua keputusan KTT Arab serta menghormati semua keputusan internasional dan semua kesepakatan yang telah ditandatangani oleh PLO. Semua keputusan dan kesepakatan ini menegaskan dan mengakui negara Yahudi, sekaligus menjadi langkah awal untuk menghapus sisa-sisa dokumen Daun Tut—itu pun kalau masih tersisa—yang berupaya menutupi berbagai manuver lisan agar bisa mereposisi pengakuan langsung, tanpa diembel-embeli lagi dengan guntingan daun (Tut) lagi!
Penandatanganan kesepakatan yang disebutkan tersebut sesungguhnya merupakan musibah; semakin mengerikan dan kurang ajar terhadap agama Allah, karena tiga hal.
Pertama: Kesepakatan tersebut ditandatangani pada bulan Haram dan dilakukan di Tanah Suci, padahal dosanya jauh lebih besar ketimbang yang lain:
وَمَنْ يُرِدْ فِيهِ بِإِلْحَادٍ بِظُلْمٍ نُذِقْهُ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ
Siapa yang bermaksud di dalamnya melakukan kejahatan secara zalim, niscaya akan Kami timpakan kepadanya sebagian siksaan yang pedih. (QS al-Hajj [22]: 25).
Kedua: untuk kesepakatan tersebut, mereka telah melakukan upaya (dengan memproduksi) ekskalasi peperangan antara pendukung Otoritas Palestina (Mahmud Abbas) dan pendukung pemerintah (Ismail Haniyeh) serta pertumpahan darah orang-orang yang tidak bersalah. Tujuannya adalah untuk menciptakan ketakutan dalam diri penduduk Palestina supaya mereka bisa menerima kesepakatan musibah tersebut dengan alasan menghindari pertumpahan darah.
Ketiga: penegasan dan pengakuan terhadap negara Yahudi ini justru terjadi ketika negara itu meningkatkan ekskalasi kejahatannya dengan menggali dan menggerogoti Masjid al-Aqsa secara bertahap, sementara kejahatan itu ada di depan mata dan telinga para penguasa dan otoritas tersebut. Seharusnya mereka memobilisasi tentara untuk membela al-Aqsha. Kenyataannya, mereka malah menandatangani kesepakatan yang menyatakan keterikatan dan penghormatannya pada semua keputusan yang mengakui entitas Yahudi yang merampas al-Aqsha dan pelaku pembantaian di sana!
Wahai kaum Muslim:
Sudah sangat jelas bagi siapa saja yang masih mempunyai mata dan nurani, bahwa sejak Hamas menang—atau tepatnya dimenangkan—dalam Pemilu Palestina dengan suara yang sangat telak, ada sebuah perangkap yang telah disiapkan untuk Hamas agar bisa menduduki pemerintahan supaya kelak berakhir, sebagaimana yang sebelumnya dialami oleh Fatah, yaitu secara bertahap menerima entitas Yahudi dan melakukan manuver lisan untuk meredam para pengikutnya…sampai pada titik memberikan pengakuan secara terbuka kepada negara Yahudi dalam pendudukan Palestina tahun 1948, dengan kompensasi izin dari Yahudi terhadap subnegara yang hilang akibat pendudukan Palestina tahun 1967, atau sebagian dari wilayahnya. Semuanya itu agar negara Yahudi mendapatkan pengakuan dari berbagai gerakan rakyat Palestina yang dibungkus dengan Islam, sebagaimana pengakuan berbagai gerakan rakyat Palestina yang dibungkus dengan sekularisme dan nasionalisme yang terjadi sebelumnya. Dengan begitu, negara Yahudi itu bisa mengumumkan bahwa pendudukannya terhadap Palestina menjadi sah dan berlanjut dengan aman dan damai!
Wahai kaum Muslim:
Sesungguhnya Palestina adalah mutiara negeri Islam; negeri tempat Isra’ dan Mikraj; negeri kiblat yang pertama di antara dua kiblat kaum Muslim; tanah suci ketiga dan wilayah yang tidak boleh diperjualbelikan, tidak boleh dibarter atau dijadikan tawar-menawar. Allah telah memuliakan dan memberkatinya. Dia telah meng-isra’-kan Nabi-Nya ke Masjid al-Aqsha sebelum mengibarkan bendera Islam. Itu merupakan indikasi akan ditaklukkannya al-Aqsha dan negerinya. Begitulah yang telah terjadi. Palestina telah ditaklukkan pada zaman Khalifah al-Faruq, ‘Umar bin al-Khatthab, kemudian diduduki oleh tentara Salib, dan berhasil dibebaskan dari najis mereka pada zaman Khalifah ‘Abbasiyah an-Nashir, dan di bawah kepemimpinan Shalahuddin. Sekarang Palestina telah diduduki oleh Yahudi, dan dengan izin Allah akan dibebaskan kembali dari tangan mereka, sebagaimana Palestina pernah ditaklukkan dan dibebaskan untuk pertama kalinya. Semuanya itu dengan menggerahkan tentara kaum Muslim ke sana:
وَلِيَدْخُلُوا الْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوهُ أَوَّلَ مَرَّةٍ
Agar mereka memasuki masjid itu sebagaimana musuh-musuh kalian memasukinya pada kali pertama. (QS al-Isra’ [17]: 7).
Kaum Muslim saat ini telah diuji dengan otoritas dan para penguasa yang tidak bertakwa kepada Allah, sebaliknya mereka loyal kepada musuh-musuh Allah. Mereka tidak mempersiapkan tentara ke medan perang, sebaliknya hanya untuk melakukan penghormatan dan penyambutan. Karean itu, kondisi peperangan dengan negara Yahudi, perampok Palestina itu tidak akan pernah lagi ada, sampai al-Faruq, an-Nashir atau Shalahuddin-nya Palestina tiba… sebagaimana yang diberitahukan oleh Rasulullah saw.:
«لَـتُـقَاتِلُنَّ الْـيَهُودَ فَلَتَقْـتُـلُـنَّهُمْ»
Kamu benar-benar akan memerangi Yahudi hingga kamu benar-benar membunuh mereka.
Ketika itu, orang-orang Mukmin akan senang dengan pertolongan Allah. Palestina pun akan kembali utuh menjadi bagian dari Negara Islam.
Wahai kaum Muslim:
Palestina memanggil Anda, meminta pertolongan kepada Anda. Dengan tangan-tangan Anda, Anda bisa menyelamatkannya dari pendudukan Yahudi. Jika Anda tidak bisa, atau tidak mampu menyelamatkannya sekarang, maka janganlah Anda mengakui pendudukan Yahudi meski hanya sejengkal pun sehingga mundur dari satu bagian untuk mundur dari bagian-bagian yang lain. Siapa saja yang menghinakan dirinya, maka dengan mudah dia akan mendapatkan kehinaan. Hizbut Tahrir menyeru Anda agar Anda tidak mencatat daftar aib diri Anda yang tidak akan bisa dihapus, juga kehinaan yang tidak akan bisa dilupakan, serta kenistaan yang tidak akan bisa ditebus. Karena itu, janganlah Anda menyia-nyiakan kiblat Anda yang pertama dan tempat Isra’ dan Mikraj Nabi Anda. Jika tidak, balasan dari kehinaan dan kenistaan Anda di dunia itu adalah azab yang lebih dahsyat dan pedih di Hari Akhir. Itu merupakan kerugian yang sangat nyata.إِنَّ فِي هَذَا لَبَلاَغًا لِقَوْمٍ عَابِدِينَ.
Sesungguhnya (apa yang disebutkan) dalam (surat) ini, benar-benar menjadi peringatan bagi kaum yang menyembah Allah). (QS al-Anbiya’ [21]: 106).
21 Muharram 1428 H
09/02/2007 M
Hizbut Tahrir