Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) tidak bisa dipisahkan dari Parti Refah yang sudah dibubarkan. Pengalaman masa lalu bisa jadi membuat Erdogan mengubah strategi dan tidak lagi mendukung politik pro-Islam secara terus terang untuk menghindari pertikaian dengan kelompok sekular.
Kemenangan AKP dalam Pemilu Turki terlampau dini untuk disebut sebagai kemenangan Islam. Pasalnya, walaupun Erdogan dilihat sebagai berpewatakan Islam, dia sebenarnya mudah tunduk pada tekanan hingga sanggup mengadaikan prinsip-prinsip Islam. Baru-baru ini Erdogan mendukung demontrasi yang membawa sepanduk berbunyi: “No to a military coup, no to Sharia (Islamic) Law”. (Reuters, 15/5/2007).
Erdogan juga menegaskan, AKP bukan partai agama, melainkan partai yang ingin menciptakan kesejahteraan bagi rakyat Turki. “Tidak ada peran agama dalam partai politik dan juga tidak ada partai agama dalam politik,” tegas Erdogan.
“Saya bukan politisi Islam dan tidak pernah selama karir politik saya, saya mengumandangkan, saya politisi Islam; tetapi saya Muslim yang akan memberi komitmen menjalankan ajaran Islam,” lanjutnya.
Lebih dari itu, Erdogan menegaskan, bersedia mempertahankan hubungan saling menguntungkan antara Turki dan Israel. Tentang rencana serangan Amerika Serikat (AS) terhadap Irak, Erdogan hanya menandaskan, terlalu dini membahas isu itu. Namun, Erdogan tetap mengkritik dilarangnya hijab di kampus Turki. Ia tak segan mengutarakan kekagumannya terhadap praktik sekularisme di AS yang memberi kebebasan penganut agama menjalankan ajaran agamanya.
Menurut dia, jika partainya bisa membentuk pemerintahan tanpa koalisi dengan partai politik lain, pemerintahannya nanti bersedia berunding dengan IMF guna membahas program penyelamatan ekonomi Turki yang didanai IMF sebesar 16 miliar dolar AS (sekitar Rp 147,2 trilyun). Ia berjanji pula akan mempercepat proses masuknya Turki ke dalam UE serta memperkuat interaksi ekonomi Turki dengan ekonomi dunia seraya membuka pintu bagi para investor asing.
Untuk menghilangkan kecemasan kalangan sekular Turki, Erdogan juga menandaskan akan mengimbau rakyat agar tetap memegang komitmen prinsip sekularisme di Turki seperti yang tertera dalam konstitusi.
Erdogan yang kini menjabat sebagai PM Turki mengatakan bahwa sudah seharusnya pemerintah, siapapun, komitmen dengan sistem sekular Turki, sebagaimana dalam perkataannya, “Pemerintah harus komitmen untuk memelihara undang-undang dasar negara dan harus terus mempertahankannya.” [Farid Wadjdi, dari berbagai sumber]
saya tidak sepakat dengan opino ini, perjuangan yang telah dilakukan oleh partai keadilan dan pembangunan sungguh luar biasa. baru-baru ini mereka berhasil mengubah larangan berjibab yang hampir satu abad ada di turki. yang ingin saya sampaikan adalah perjuangan itu pertahapan bung. tidak bisa kita langsung mengusung khilafaf, rosulullah aja berdakwah 20 tahuanan dengan bimbingan Allah dan tentara langit. kita…, maka sebenarnya kita perlu sabar, kita harus cerdas, jangan asal-asalan hidup kilafah, semua orang menginginkan daulah islamiyah tapi pasti ada tahapannya….
salam perjuangan …
hidup islam
Memang ada tahapannya… kita tinggal ikuti saja metode dakwah Rasul SAW:
– Tatsqif -> Tafaul Mal Ummah -> Istilamul Hukmi
(Pembinaan -> Interaksi dengan Ummat -> Penerapan hukum)
– Berdakwah secara berjamaah & terang-terangan
– Diikat oleh ikatan ideologi yang sama yaitu Islam, tidak
menerima orang kafir sebagai anggotanya
– Ditanamkan standar halal-haram dalam berbuat, bukan
maslahat
– Aktifitas dakwah politis, memiliki visi jauh kedepan
yaitu untuk menerapkan aturan Islam dalam bingkai daulah
– Menjelaskan kerusakan dan kesalahan sistem & aqidah
jahiliyah
– Memfokuskan dalam pembentukan masyarakat Islam, yang
akan memiliki pemikiran, perasaan, peraturan Islam
– Tidak mengubah kemungkaran dengan tangan (aktifitas
fisik). “Lam nu’mar bi dzalik (kita belum diperintahkan
untuk itu)”
– Tidak masuk sistem kufur, dilihat dari penolakannya
terhadap tawaran kaum kafir quraisy. “Seandainya
matahari di tangan kananku..bulan di tangan kiriku..”
Wallahualam bi as-shawab